Dalam rumah tangga, CINTA saja tidak cukup, ... Masih diperlukan kesetiaan untuk membangun kokoh sebuah BIDUK.
Namun, tak dipungkiri TAKDIR ikut andil untuk segala alur yang tercipta di kehidupan FANA.
Seperti, Fasha misalnya; dia menjadi yang KEDUA tanpa adanya sebuah RENCANA. Dia menjadi yang KEDUA, walau suaminya amat sangat MENCINTAI dirinya. Dia menjadi yang KEDUA, meski statusnya ISTRI PERTAMA.
Satu tahun menikah, bukannya menimang bayi mungil hasil dari buah cinta. Fasha justru dihadapkan kepada pernikahan kedua suaminya.
Sebuah kondisi memaksa Samsul Bakhrie untuk menikah lagi. Azahra Khairunnisa adalah wanita titipan kakak Bakhrie yang telah wafat.
Tepatnya sebelum meninggal, almarhum Manaf memberikan wasiat agar Bakhrie menikahi kekasihnya yang telah hamil.
Wasiat terakhir almarhum Manaf, akhirnya disetujui oleh Bakhrie dan keluarganya tanpa melihat ada hati yang remuk menjadi ribuan keping.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AYAK SATU
...Buat yg tanya boleh tidak menikahi wanita hamil, silahkan baca bab 15 dulu ya... Setelah itu kalian boleh komentar lagi di bab satu dan memutuskan untuk lanjut baca atau tidak......
Namaku Quilla Fasha Miller, sebut saja Acha untuk lebih dekatnya. Aku putri King Miller, ayahku CEO Millers corpora group.
Ritel, real estate, ah, aku beruntung dilahirkan di keluarga kaya raya. Menjadi Nona muda yang dimanjakan keluarga.
Aku dilahirkan kembar tiga, dua saudara kembar ku lelaki. Dan aku masih memiliki satu adik bungsu yang paling tantrum di antara saudara ku lainnya.
Usiaku 25 tahun. Aku dinikahi lelaki bergelar doktor, ia Samsul Bachrie, lulusan S3 Al-Azhar yang baru tiga bulanan ini mengajar di salah satu universitas Dubai.
Sebelumnya, ta'aruf, lalu kurang-lebih 8 tahun dikhitbah, dan akhirnya menikah dengan segala kemegahan yang ada.
Mas Bachrie kekasih pertama, walau bukan orang pertama yang pernah kusuka. Dia pria shaleh, tampan, lagi mapan.
Satu tahun aku hidup bersamanya, aku kira sudah cukup untuk aku mengklaim bahwa lelaki itu sangat sempurna. Namun, ternyata hidup tidak sesederhana itu, Mas Bachrie asing setelah kedatangan Azahra.
...][∆°°°°^°°∆°°^°°°°∆][...
Dari lantai atas, Fasha ikut menjadi saksi atas pernikahan kedua suaminya. Sebuah kondisi memaksa Samsul Bakhrie bin Sudjatmiko menikah lagi.
Azahra Khairunnisa adalah wanita titipan kakak Bakhrie yang telah wafat. Tepatnya sebelum meninggal, almarhum Abdul Manaf bin Sudjatmiko memberikan wasiat agar Bakhrie menikahi kekasihnya yang telah hamil.
Wasiat terakhir almarhum Manaf, akhirnya disetujui oleh Bakhrie dan keluarganya tanpa melihat ada hati yang remuk menjadi ribuan keping.
Satu tahun menikah, bukannya menimang bayi mungil hasil dari buah cinta mereka. Fasha justru dihadapkan kepada pernikahan kedua suaminya.
Di bawah sana, Azahra sang madu sudah mencium tangan Bakhrie. Fasha tak sanggup lagi menyaksikan suaminya disentuh wanita lain hingga dengan segera ia berlari masuk ke dalam kamarnya.
Mengeluarkan raungan tangis yang dia tahan sebisanya sedari tadi. Sakit, ternyata sesakit ini melihat Mas Bakhrie mengecup kening wanita lain.
Dering ponsel terdengar gaduh. Fasha mendatangi nakas di mana gawai tipis miliknya tergeletak dan bergerak akibat getaran panggilan sang ayah.
Papa King akan tahu jika dirinya sedang menangis sekarang, entahlah, Fasha tak berani menjawabnya.
Namun, ayahnya yang posesif akan langsung datang ke sini seandainya Fasha tidak langsung mengangkat panggilan itu.
Maka, dengan cukup pertimbangan, Fasha meraih ponselnya. Berdehem kecil dan menguluk salamnya. "Assalamualaikum."
📞 "Kenapa lama? ... Papa dari sore telepon tidak ada jawaban sama sekali. Bahkan, Bakhrie pun tidak mengangkat panggilan, Papa!" King sampai tidak menjawab salam dari putrinya.
"Acha lagi honeymoon lagi, Pa."
Yah, itu alasan yang tepat karena saat ini, Fasha sedang ada di Dubai. Belum lama, tapi akan menetap di sini untuk beberapa tahun ke depan.
📞 "Suara, Acha kenapa hm?"
Fasha menelan saliva, gugup. Memang benar, suaranya terdengar sengau, khas orang yang sedang menangis.
"Udara di sini lagi nggak bersahabat sama Acha. Acha batuk pilek, tapi sudah agak mendingan setelah minum obat. Makanya tadi Acha nggak angkat telepon, Acha ke dokter diantar Mas Bakhrie. Mungkin, Mas Bakhrie terlalu khawatir makanya dia juga lupa bawa hape."
📞 "Pantesan, Mimi kamu dari tadi nggak mau berhenti dzikir, katanya cemas sama kamu dari kemarin."
Fasha tergelak supaya ayahnya berhenti untuk mengkhawatirkannya. "Acha baik- baik saja kok, Pa. Tenang, ya."
📞 "Jadi kapan kamu ke Indonesia?"
"Mungkin seminggu lagi ya, Pa. Tunggu sampai Acha sembuh." Fasha belum tahu kapan bisa pulang ke Indonesia, sejauh ini Bakhrie belum mengizinkannya ke mana pun.
📞 "Baiklah. Nanti telepon Mimi ya. Kasihan, dia cemas tanpa alasan yang jelas, Mimi kamu memang terlalu over thinking. Makanya sering- sering kasih kabar."
"Okay!" Sesaat setelah Fasha memutus sambungan teleponnya. Suara pintu terbuka mengalihkan pandangannya.
Di sana berdiri, Bakhrie bersama istri kedua. Inginnya tidak menangis. Tapi, Fasha wanita yang perasa. Dia membuang air mata yang hampir menetes dengan mengedipkan-nya.
"Kalian sudah menikah?"
Fasha hanya basa- basi, karena sejatinya, dia menyimak bagaimana suaminya merapal ikrar qobul di depan matanya. Seketika, lelaki 29 tahun itu mendekat dan memeluk Fasha.
"Maafkan aku."
Bakhrie tidak akan menikah lagi jika pernikahan ini bukanlah wasiat terakhir dari kakaknya. Apa lagi, Azahra hanya anak yatim piatu yang telah mengandung cucu pewaris keluarga Sudjatmiko.
Fasha diam saja. Karena dia tahu, tidak ada yang akan berubah hanya karena teriakannya.
"Terima kasih atas izinnya, Fasha." Azahra berusaha meraih tangan mungil Fasha yang menepisnya secara reflek.
Azahra menundukkan kepalanya. Bakhrie yakin Fasha masih belum bisa menerima istri keduanya meski kemarin, Fasha mengizinkan dirinya untuk menikah kembali.
"Aku mengantuk." Fasha menatap Bakhrie yang juga menatapnya dengan memelas.
"Tidak perlu memperkenalkan istri kedua mu, Mas. Kami sudah cukup saling kenal." Fasha bertolak menuju ranjang, kemudian masuk ke dalam selimut tebalnya.
Air mata menetes bersamaan dengan pintu yang Bakhrie tutup. Tak lama kemudian, Fasha beranjak dan menatap ke arah pintu, di mana sebelumnya, Bakhrie keluar bersama sang madu.
Fasha terkekeh miris. Malam ini, bukankah malam pertama? Namun, Fasha sempat berharap jika Bakhrie akan lebih memilih tidur bersamanya malam ini.