NovelToon NovelToon
Dmyth: Kembalinya Hantu Dari Hutan Terlarang.

Dmyth: Kembalinya Hantu Dari Hutan Terlarang.

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem / Identitas Tersembunyi / Epik Petualangan / Menjadi NPC / Hari Kiamat / Evolusi dan Mutasi
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: orpmy

Jo Wira, pemuda yang dikenal karena perburuan darahnya terhadap mereka yang bertanggung jawab atas kematian orang tuanya, kini hidup terisolasi di hutan ini, jauh dari dunia yang mengenalnya sebagai buronan internasional. Namun, kedamaian yang ia cari di tempat terpencil ini mulai goyah ketika ancaman baru datang dari kegelapan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon orpmy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Takut akan kehilangan

Wira berada di dalam lift yang turun menuju ruang rahasia, begitu pintu lift terbuka dia segera memasuki laboratorium. Niat awalnya sederhana, memeriksa dan mengobati luka-lukanya yang diperoleh dari pertempuran dengan akar berduri. Namun, begitu dia membuka perban yang membalut lukanya, Wira tertegun.

"Sembuh?."

Luka-luka yang sebelumnya terbuka lebar dan memar-memar yang menghiasi tubuhnya kini hilang tanpa bekas. Kulitnya kembali mulus, seolah-olah tak pernah ada goresan. Wira menyentuh bagian tubuh yang sebelumnya mengalami luka paling parah, mencoba memastikan apa yang dilihatnya benar.

"Padahal aku hanya menggunakan salep pereda nyeri," gumamnya heran. Dia memang sengaja melakukan perawatan minimum pada lukanya karena lebih mementingkan merawat Kinta dan Sumba.

Melihat lukanya yang sembuh sepenuhnya, Wira mulai teringat peristiwa sehari yang lalu, saat cedera tulang belakangnya yang parah tiba-tiba pulih tanpa sebab yang jelas.

"Apa aku benar-benar sudah menjadi mutan sekarang?" pikirnya dengan ragu, mencoba mencari penjelasan. Namun, rasa penasaran itu hanya melahirkan lebih banyak pertanyaan yang tak terjawab.

Karena kondisi fisiknya kini baik-baik saja, Wira memutuskan untuk tidak membuang waktu. Ia segera beralih ke persoalan yang lebih mendesak yakni mempersiapkan diri untuk berburu harimau titan.

"Kira-kira, senjata apa yang bisa aku gunakan untuk menghadapi makhluk sebesar itu?" gumamnya, sambil membuka laptop untuk mencari inspirasi dan informasi.

Selama dua jam penuh, Wira berselancar di internet. Ia mencari tahu tentang keanehan yang mungkin terjadi di luar hutan Semaraksa. Apakah ada laporan tentang zombie, goblin, atau bahkan hewan raksasa yang muncul di tempat lain?.

Apakah fenomena ini hanya terjadi di hutan ini, atau ada pola yang tersebar di seluruh dunia?.

Namun, hasilnya nihil. Tak ada berita tentang anomali yang serupa. Tidak ada laporan tentang zombie atau hewan raksasa di belahan dunia lain. Dunia luar tampaknya berjalan seperti biasa, seolah-olah semua anomali yang dia lihat hanya ada di dalam imajinasi Wira sendiri.

Wira mendengus kesal. "Apa pemerintah menyembunyikan semua ini?" pikirnya. Ia tahu alasan seperti itu masuk akal, seperti untuk mencegah kepanikan massal. Namun, dia juga sadar bahwa ini adalah abad ke-22, di mana teknologi informasi sangat maju dan rahasia besar sulit disembunyikan.

"Banyak orang bodoh yang suka membocorkan rahasia demi lima menit ketenaran," gumamnya sinis.

Tak ada jawaban yang pasti. Tapi jika anomali ini benar-benar hanya terjadi di hutan Semaraksa, Wira sadar situasinya jauh lebih buruk daripada yang ia bayangkan. Karena kemunculan anomali, semua perhatian dunia akan tertuju ke tempat ini, dan itu berarti hidupnya yang damai akan terancam.

Dia menghela napas panjang, berusaha meredakan kekhawatirannya."Sungguh merepotkan," ujarnya dengan raut wajah lelah.

Ketika ia hendak melanjutkan pencariannya, suasana laboratorium mendadak berubah. Lampu-lampu ruangan berkedip, lalu berubah menjadi merah menyala, menandakan keadaan darurat.

Wira langsung bergerak cepat, memeriksa sistem kontrol utama. Setelah beberapa saat, dia menemukan penyebabnya dari peringatan sistem.

[Energi listrik yang ada di dalam generator hanya tersisa 10%]

"Agh, sial!" teriaknya kesal. Energi yang tersisa hampir habis, sementara rencana untuk merancang senjata baru memerlukan energi yang sangat besar. Wira tahu ia tidak punya pilihan. Tanpa listrik, sebagian besar peralatan di ruang rahasia tidak bisa digunakan.

Dengan cepat, ia membuat keputusan. "Aku harus pergi ke tambang untuk mengisi ulang persediaan batu bara," gumamnya.

Tambang tua yang terletak di dekat lembah di pinggiran hutan itu adalah sumber daya utama untuk pembangkit listriknya. Namun, perjalanan ke sana berbahaya, terutama dengan anomali yang kini menguasai hutan Semaraksa.

***

Saat Wira melangkah keluar dari ruang rahasia, sinar matahari pagi yang menyusup dari celah jendela menyadarkannya bahwa malam telah berlalu. Ia menghela napas panjang, rasa lelah menggerayangi tubuhnya, namun pikirannya segera tertuju pada anjing kesayangannya, Kinta.

Tanpa membuang waktu, ia berjalan menuju ruang tengah untuk memastikan keadaan Kinta. Namun, yang ia temukan hanyalah helai-helai bulu rontok yang berserakan di lantai. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Kinta.

“Kinta?” panggilnya, suaranya terdengar serak dan dipenuhi kecemasan.

Tiba-tiba, telinganya menangkap suara gaduh dari arah dapur. Wira langsung menuju sumber suara dengan langkah cepat. Namun, hatinya semakin tidak tenang ketika ia melihat jejak bulu-bulu rontok yang memanjang ke arah dapur.

Setiap langkah terasa berat, pikirannya dipenuhi bayangan buruk tentang apa yang mungkin terjadi pada sahabat kecilnya itu. "Dia pasti baik-baik saja," gumamnya mencoba meyakinkan diri, meskipun nalurinya berkata sebaliknya.

Ketika ia tiba di dapur, pemandangan di depannya membuat tubuhnya terpaku. Seekor anjing dengan punggung yang telah terkelupas, memperlihatkan daging transparan sehingga organ dalamnya terlihat dari luar. Anjing itu mengobrak-abrik lemari pendingin, seperti anjing yang sangat kelaparan.

“Kinta...” bisik Wira, nyaris tanpa suara.

Anjing itu berhenti, perlahan menoleh ke arah suara. Mata merah menyala menatap tajam, kulit wajahnya yang koyak memperlihatkan gigi-gigi tajam, dan cairan hitam pekat menetes dari rahangnya.

Wira hanya berdiri di sana, menatap tanpa kata. Tidak salah lagi itu adalah Kinta, anjing yang pernah menemaninya melewati hari-hari paling gelap dalam hidupnya. Tapi kini, Kinta bukan lagi makhluk yang sama.

Kinta menggeram rendah, menunjukkan taringnya yang berlapis cairan hitam pekat. Tubuhnya yang cacat perlahan mendekat ke arah Wira, langkahnya goyah namun penuh ancaman.

Namun, alih-alih mundur atau waspada terhadap serangan, Wira tetap diam di tempatnya. Matanya melembut, menggantikan ketakutan dengan rasa sayang yang mendalam. Ia merogoh sakunya dan mengeluarkan kismis, camilan favorit Kinta.

Dengan hati-hati, ia berlutut di lantai, mencoba menenangkan anjing yang kini menjadi mayat hidup. “Anjing baik... kemarilah,” ucap Wira pelan, suaranya penuh kasih sayang.

Kinta berhenti sejenak, menundukkan hidungnya untuk mengendus kismis di tangan Wira. Ragu-ragu, ia mendekat, membuka rahangnya yang berlumuran cairan hitam untuk menyantap camilan yang ditawarkan tuannya.

Saat Kinta menikmati kismis, tangan kiri Wira perlahan membelai kepala anjing itu dengan penuh perhatian, meskipun kulitnya dingin dan licin oleh darah. Perasaan Wira bercampur aduk—antara bahagia dan pilu.

Keadaan ini membuat Wira teringat kembali saat ia bertemu dengan Kinta. Keadaannya saat itu tidak jauh lebih baik dari pada yang saat ini terjadi padanya.

Kinta, seekor anjing selokan yang tubuhnya penuh koreng akibat kutu dan luka yang membusuk. Anjing lemah yang hendak di jadikan cadangan makanan saat Wira dalam persembunyian, tapi pada akhirnya mereka menjadi teman sejati.

“Anak nakal, kau benar-benar berhasil membuatku khawatir.,” bisik Wira, suaranya nyaris bergetar. Pekikan minta terdengar lirik seakan meminta maaf.

Akhirnya, ia tidak lagi bisa menahan emosinya. Dengan air mata yang jatuh tanpa henti, Wira memeluk Kinta erat-erat, mengabaikan bau busuk dan tekstur kasar yang menusuk kulitnya.

Meskipun tahu Kinta telah berubah menjadi zombie, Wira tidak peduli. Di dalam hatinya, Kinta tetaplah sahabat yang tak tergantikan. Namun, di balik pelukan itu, rasa takut mengintai.

Wira takut kehilangan Kinta sepenuhnya, takut harus mengambil keputusan yang mungkin menghancurkan dirinya sendiri.

1
Orpmy
Yey, akhirnya chapter 20.

mohon berikan dukungannya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!