Araa frendzone Berlin mau tak mau harus menukar posisi mengantikan kakak tirinya Catlin frendzone Berlin untuk menikah dengan CEO sekaligus mafia berdarah dingin🥶.
Aston zesnard Phoenix lelaki berusia 30 tahun yang kini duduk di bangku kebesarannya menawarkan pernikahan kepada Lelaki tua yang perusahaannya di ambang kebangkrutan.
Bima frendzone Berlin tidak memiliki cara lain menyelamatkan perusahaannya kecuali dengan menerima penawaran lelaki di hadapannya ini.
Haruskah dia menyerahkan satu putrinya??
Lalu siapa putri yang akan menjadi istri aston??
Bagaimana ceritanya? Yuk ikuti novel mom lin sekarang dan nikmati alurnya jangan lupa like komen dan vote💋💋💋
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Momy ji ji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13
LUCU JUGA KALAU SEDANG PANIK
setelah mengambil kunci motornya, Araa keluar dari rumah itu dan mengendarai motornya keluar dari kediaman ayahnya. Araa dan Dona melajukan motor mereka hingga sampai ke kampus.
sesampainya Araa menemani Dona sarapan ke kantin kampus, karena sahabatnya itu memang tidak pernah sarapan dirumah. bukan tanpa alasan, mereka memang niat supaya bisa sarapan bersama nantinya.
"Araa, kamu benar udah sarapan?" Dona memulai percakapan, karena Araa hanya menemani tetapi tidak sarapan.
"udah Don, maaf ya. aku tidak bisa menolak karena pamanku meminta sarapan bersama" jawab Araa tidak berbohong. karena memang Aston yang memintanya tadi, hanya saja dia sedikit mengubah fakta kalau yang memintanya adalah suaminya sendiri.
"yaudah gpp, bagus karena ada yang perhatian padamu" jawab Dona mengiyakan.
"terus bagaimana dengan pekerjaanmu?. kita sebentar sip sore Raa seperti biasa, bos selalu bertanya tentangmu padaku" tanya Dona lagi kali ini dia serius dengan bicaranya.
"E-eh, untuk itu. sepertinya aku perlu bicarakan sama pamanku Don" jawab Araa ragu-ragu, sepertinya Dona akan mencurigainya.
"kamu benar baik-baik saja kan?, apa pamanmu sudah menikah?" tanya Dona lagi menatap manik mata Araa dalam.
"sudah" jawab Araa singkat tapi jantungnya sudah berdegup kencang saat ini. Araa berusaha terlihat biasa saja.
Dona manggut-manggut paham ucapan Araa.
"baiklah, bicarakan sama pamanmu itu. takutnya kamu dipecat sama bos gimana. lebih asyik kalau kerjanya bareng kamu Araa" balasnya dengan tatapan sendu dibuat-buat.
'huft aman' batin Araa.
"iya Don" balasnya kemudian.
sesudahnya, Araa dan Dona mengikuti kelas siang ini. keduanya tampak sibuk dengan kegiatan masing-masing.
tugas yang menumpuk membuat Araa harus seharian di dalam Perpustakaan. ditemani Dona yang juga ikut sibuk dengan beberapa lembar materinya hari ini.
hingga keduanya baru selesai di jam dua siang, Araa dan Dona memutuskan untuk pulang. karena Dona harus mengambil sip kerjanya jam tiga sore nanti, jadwal yang padat membuat keduanya kurang memilik moment time bersama untuk sekedar healing menyenangkan diri.
"Dona hati-hati yah" ucap Araa saat keduanya sudah di luar gerbang kampus, dengan motor masing-masing.
"kamu juga Araa, jangan lupa bicarakan sama pamanmu. semoga besok kita bisa bareng kerjanya" balas Dona melambaikan tangan pada Araa.
"iyaaa, I love you Dona" ucap Araa.
"love you to my twins" balas Dona mengecup dengan tangannya.
Araa dan Dona melajukan motor Masing-masing membela jalan ibu kota ke Arah kediaman tempat tinggal mereka.
Araa sampai di mansion, dia memarkirkan motornya asal. kemudian melangkah masuk kedalam, hingga kini dia sudah berada di kamarnya dan Aston. karena kecapean Araa membaringkan tubuhnya di sofa lalu tertidur disana.
sore tiba......
Araa bangun dari tidurnya lalu bergegas membersihkan diri. setelah selesai, Araa mengganti baju kemudian melangkah ke meja rias. menatap pantulan bayangnya disana lama.
Araa menyisir rambutnya yang lurus panjang tebal dan juga hitam menambah kecantikannya. cukup lama dia merapikan rambutnya.
Araa mematung di depan cermin. saat ini dia berfikir bahwa menikah dengan Aston entah suatu keberuntungan atau bahkan nasib buruk baginya. di satu sisi dia merasa dirinya hina dan rendah karena menjual harga dirinya pada ikatan pernikahan, walau tidak sepenuhnya dia memberikan dirinya pada Aston. sisi lainnya dia merasa beruntung bisa terlepas dari jeretan Meri dan Catlin.
"Aku seperti wanita murahan yang rela memberikan diri secara cuma-cuma demi menyelamatkan keluarga yang sama sekali tidak menganggapku bagian dari mereka, cepat atau lambat semua akan tahu kalau aku hanyalah istri bayaran, istri kontrak, istri di atas kertas, atau apalah itu. Serendah itukah dirimu Araa. tidakkk!!!, jika bukan karena Ayah aku tidak akan melakukannya. suatu saat jangan datang padaku jika kamu sudah sadar Ayah" Araa berbicara sendiri didepan cermin.
Tok tok..
"Nona, Tuan sudah sampai di gerbang utama. Anda harus turun menyambut kedatangan tuan" ucap Bi Dini saat sudah masuk dan berdiri didepan Araa.
Araa mengikuti Bi Ema turun ke lantai bawah dengan tergesa-gesa, membiarkan rambutnya yang indah tergerai begitu saja.
di pintu utama dia menantikan kedatangan Aston bersama Bi Ema dan para pelayan, Aston turun dari mobilnya dan melangkah sampai ke hadapan Araa.
"selamat datang Tuan" ucap Araa spontan mengikuti beberapa pelayan sambil membungkuk. Araa langsung meraih Tas Aston dan membawanya mengikuti langkah suaminya. di sampingnya Jack mengikuti,
'Astaga tas ini berat sekali, apa isinya ya' batin Araa kesusahan memeluk tas Aston.
sesampainya di kamar, Aston menyandarkan tubuhnya disofa dan memijat keningnya. dia memang sangat lelah karena padatnya jadwal hari ini.
"mau jadi patung kamu" pekik Aston, dia melayangkan tatapan tajamnya pada Araa.
'aku harus apa' batin Araa.
"memangnya, tuan membutuhkan sesuatu" tanya Araa hati-hati.
"otakmu itu selalu rusak atau bagaimana" jelas Aston dengan nada mengancamnya.
'kepalamu yang rusak, memangnya kamu pikir Aku ini sekertatismu. yang ditatap begitu langsung mengerti' gerutu Araa sambil menerka-nerka apa yang diinginkan Aston.
"buka sepatuku bodok!!!!" teriak Aston. kesal sekali dengan respon Araa yang selalu memancing urat-uratnya timbul.
Araa bergegas menunduk dan melepaskan sepatu Aston. melihat itu Aston dengan nalurinya memperbaiki anak rambut Araa merapikannya ke belakang telinga mungil Araa.
mendapat perlakuan seperti itu, membuat degup jantung Araa tidak terkendali. tanpa sengaja dia menarik paksa sepatu Aston dari kakinya.
"jemari kakiku bisa copot sialan!!!" teriak Aston menyentak tangan Araa dari kakinya.
"maaf Tuan, m-maafkan saya" maaf Araa meraih kaki Aston melepaskan kaos kaki yang masih terpasang lalu mengusapnya pelan.
sebenarnya tidak sakit, Aston hanya melebih-lebihkan atau dengan sengaja ingin mengerjai dan melihat kepanikan Araa.
'lucu juga kalau sedang panik' batin Aston bergegas berdiri dari duduknya meninggalkan Araa yang masih pada posisinya sambil menatap pergerakan Aston.
Aston melepas bajunya dihadapan Araa sekali lagi, membuat wanita itu menatapnya gemetar.
'kenapa makhluk ini suka sekali melepas bajunya begitu saja. bertelanjang dada didalam kamar ini, apa dia tidak sadar ada wanita belum cukup umur sedang menatapnya. atau mungkin dia tidak menganggapku, syukurlah kalau begitu' batin Araa tidak percaya. kemudian dia melangkah ke kamar mandi untuk mengisi bathtup untuk Aston.
dia keluar dan membiarkan Aston masuk untuk membersihkan diri.
bersambung.......