NovelToon NovelToon
Jodoh Masa Kecil

Jodoh Masa Kecil

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Dosen / Perjodohan / Patahhati / Konflik Rumah Tangga- Terpaksa Nikah
Popularitas:305.1k
Nilai: 5
Nama Author: N. Mudhayati

Gendhis... Gadis manis yang tinggal di perkampungan puncak Sumbing itu terjerat cinta karena tradisi perjodohan dini. Perjodohan itu disepakati oleh keluarga mereka saat usianya delapan bulan dalam kandungan ibunya.
Gadis yang terlahir dari keluarga sederhana itu, dijodohkan dengan Lintang, anak dari keluarga kaya yang tersohor karena kedermawanannya
Saat usia mereka menginjak dewasa, muncullah benih cinta di antara keduanya. Namun sayang, ketika benih itu sudah mulai mekar ternyata Lintang yang sejak kecil bermimpi dan berhasil menjadi seorang TNI itu menghianati cintanya. Gendhis harus merelakan Lintang menikahi wanita lain yang ternyata sudah mengandung buah cintanya dengan Lintang
Seperti apakah perjuangan cinta Gendhis dalam menemukan cinta sejatinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon N. Mudhayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Strategi Cinta Sang Ketua OSIS

Mentari bersinar cerah. Bunga dan dedaunan melambai ramah menyambut hangat sinarnya. Padi di sekitar gedung sekolah mulai menguning. Nyanyian burung berkicau bersahutan. Kendaraan tak banyak berlalu lalang di depan gerbang sekolah. Suara gemercik air sungai seolah menjadikan Smandong khas dengan suasana pedesaan. Tak heran jika sekolah tersebut sering dijuluki sekolah "Mewah" atau "mepet sawah".

Suasana di parkiran tampak sepi. Hanya ada beberapa motor di parkiran khusus guru, dan dua mobil pickup yang hendak membawa peserta LDK menuju Silancur Highland, salah satu tempat wisata dan bumi perkemahan yang berada di puncak Gunung Sumbing. Mereka sengaja tidak diperbolehkan mengendarai motor sendiri, namun berangkat bersama dengan didampingi oleh guru pembina OSIS dan Waka Kesiswaan.

Beberapa siswa laki-laki mengangkat perlengkapan berkemah seperti tenda dan sebagainya. Sedang siswi perempuan sibuk dengan mengurus keperluan pribadi mereka.

Pak Agung mengumpulkan peserta kemah LDK di lapangan upacara untuk mengecek segala kesiapan.

"Apa semuanya sudah siap?" Tanya Pak Agung sesaat sebelum berangkat.

"Siap, Pak!" Jawab Riko sigap.

"Riko, apa sudah di absen?" Pak Agung memastikan.

"Sudah, Pak. Semuanya lengkap. Hanya kurang Gendhis, Katanya dia langsung memenuju lokasi." Lintang menjawab.

"Baiklah... Kalau semua sudah siap, kita berangkat sekarang!" Kata Pak Agung yang tak kalah semangatnya dengan anak didiknya.

"Ye... berangkat!!!" Teriak semua peserta kemah dengan kegembiraan.

Seolah tak sabar lagi, mereka berebut menaiki dua mobil pickup yang sedari tadi sudah terparkir di halaman depan sekolah. Meski sedikit gengsi harus terlihat seperti tumpukan sayur berdesak-desakan di atas mobil, namun tak menyurutkan semangat mereka. Maklum saja, anggota OSIS ini sudah dipilih berdasarkan seleksi yang cukup ketat. Dari sekian banyak peminat yang mendaftarkan diri, mereka yang terpilih. Hanya yang sungguh-sungguh dan berdedikasi lah yang bisa menjadi anggota OSIS di Smandong.

Mobil beranjak pergi menuju puncak Sumbing. Tiada sekalipun mereka melepaskan pandangan mata dari keindahan alam sepanjang kaki Sumbing hingga ke atas puncak. Sangat sejuk dan memesona. Ke arah kanan dan ke kiri mereka menengok, terbentang luas hamparan tanah yang ditumbuhi beraneka macam sayuran hijau. Beberapa petani sedang mengurus lahan mereka dengan sangat hati-hati. Mereka menggunakan kepala seraya memberi salam dari kejauhan.

Setelah kurang lebih 30 menit mereka menikmati perjalanan, mobil pickup yang satat akan penumpang itu pun berhenti di lapangan parkir lokasi nan luas. Dari kejauhan, Gendhis bak tuan rumah yang sudah siap menyambut tamu istimewanya. Ia berdiri sejajar dengan beberapa penduduk kampung. Kelihatannya mereka adalah orang yang mengurus obyek wisata tersebut.

"Selamat pagi, Bapak Ibu guru. Selamat datang di bumi perkemahan Silancur Highland..." Sapa Gendhis lembut pada beberapa guru yang datang mendekatinya di pintu masuk.

"Selamat pagi, Dis... Wah... pantesan kamu betah tinggal di puncak Sumbing. Saya baru pertama ke sini, dan ternyata sangat menakjubkan. Pemandangannya agus bangettt... dan warganya pun ramah-ramah." Kata Bu Mila yang juga ikut andil dalam kegiatan ini.

"Wah... Bu Mila ini bisa aja." Jawab Gendhis tersipu malu.

"Bapak, Ibu... silakan menuju rumah Pak Karto." Ucap Gendhis sambil menunjuk lelaki paruh baya yang berdiri tak jauh darinya.

"Beliau ini yang mengurus obyek wisata Silancur bersama beberapa orang lainnya." Kata Gendhis melanjutkan.

"Oh... ya... ya... ya..." Kata Pak Agung sambil menganggukkan kepala.

"Rumah Pak Karto tidak jauh kok, Pak. Sebelum parkiran tadi ada satu rumah di sebelah kiri jalan. Itu rumah Pak Karto." Gendhis menjelaskan.

Riko yang sedari tadi berdiri di belakang Pak Agung ahirnya bicara.

"Iya, Pak, Bu... Bapak Ibu guru bisa istirahat dulu sambil menunggu anak-anak memasang tenda. Nanti kalau sudah selesai dan semuanya siap, saya beritahukan Bapak untuk segera melaksanakan upacara pembukaan." Kata Riko.

"Baiklah kalau begitu... Bapak Ibu guru, mari kita beristirahat dulu." Ajak Pak Agung pada beberapa rekan guru yang lain.

"Monggo... Pak, Bu..." Ucap Pak Karto sambil berjalan menunjukkan rumahnya.

Hanya Gendhis dan Riko yang masih berada di tepi jalan masuk.

"Makasih, ya... Dis." Ucap Riko tersenyum sambil menatap wajah Gendhis.

Sayang gadis itu tak membalas tatapannya, dia lebih memilih untuk mendukkan kepalanya sambil berkata,

"Ya, Mas. Sama-sama... Aku duluan Mas, mau gabung sama temen-temen dulu." Ucap Gendhis sambil berlalu meninggalkan Riko.

"Eh... Dis, tapi..." Riko menghela nafas panjang. Belum selesai dia bicara, Gendhis sudah kabur meninggalkannya.

Riko bicara sendiri.

"Gendhis... Gendhis... kapan sih, sekaliiii... aja kamu mau ngobrol sama aku. Susah banget sih... semakin kamu lari, maka aku akan semakin mengejarmu. Kita lihat saja nanti, apakah di sini kamu masih bisa menghidar dari ku... Karena di sini, tunangan mu yang pemarah itu nggak akan bisa mengawasimu." Ucap Riko.

Sesaat kemudian, Riko pun menyusul teman-temannya yang tengah asyik memasang tenda. Silancur memiliki area camping ground yang cukup luas, sehingga para pengunjung pun bisa bebas menikmati gemerlap lampu dari Kabupaten Magelang dari ketinggian.

Ada dua tenda untuk siswa putri, dua tenda untuk siswa putra, satu tenda untuk bapak guru, dan yang ibu-ibu guru menginap di penginapan milik Pak Karto. Lokasi tenda tidak terlalu jau dari pintu masuk. Setelah berjalan naik kurang lebih 500 meter, maka akan sampai di lokasi perkemahan. Lokasi ini berada di tengah wisata Silancur. Kalau ingin melihat sun set, mereka harus berjalan lagi ke atas sekitar 500 meter agar sampai ke bagian tertinggi obyek wisata tersebut.

Waktu sudah menunjukkan pukul 14.00 WIB. Tenda pun sudah terpasang dengan rapi. Seusai mereka melaksanakan sholat dzuhur dan makan siang, peserta LDK pun diminta berkumpul di halaman depan tenda mereka untuk mengikuti upacara pembukaan.

Semua siswa sudah berbaris rapi. Bapak Ibu guru juga mulai berdatangan menuju lokasi. Upacara pembukaan dibuka dengan Pak Agung yang membuka acara tersebut lalu memberikan beberapa kata sambutan.

"Anak-anakku semuanya... selamat mengikuti kegiatan LDK dengan baik, lancar dan mudahan tidak turun hujan. Karena seperti yang kita tahu, Bulan Desember curah hujan masih tinggi, namun mengingat kegiatan ini cukup penting dalam program kerja OSIS, karenanya harus tetap dilaksanakan." Ucap Pak Agung.

"Namun apabila ternyata hujan turun, Pak Karto sudah menyiapkan tempat bermalam untuk kita semua, dan semua kegiatan akan diadakan di ruang tertutup." Lanjut Pak Agung.

Semua siswa pun terdiam. Dengan khidmat mereka mendengarkan arahan dari pembina OSIS.

"Yang terakhir, selamat mengikuti kegiatan dengan baik, jaga nama baik sekolah kita dan jangan melakukan aktivitas diluar yang sudah ditetapkan oleh kakak-kakak senior kalian. Apa kalian mengerti?" Tanya Pak Agung tegas.

"Siap, mengerti!" Serempak anggota LDK menjawab.

Akhirnya kegiatan itu resmi dibuka dan semua siswa pun mengikutinya dengan seksama sesuai arahan dari Pak Agung.

*****

Kegiatan LDK di malam kedua adalah mengenal lingkungan sekitar, dan malam itu menjadi malam penutup kegiatan LDK. Pembina OSIS mendatangkan beberapa tokoh masyarakat sekitar sebagai narasumber. Salah satunya adalah Pak Argo juga beberapa pemuda yang berkecimpung di lingkungan masyarakat. Dari situlah peserta tahu bahwa ternyata obyek wisata tersebut adalah milik keluarga Lintang.

Beberapa pemuda yang hadir salah satunya adalah Lintang. Syukurlah, dia bisa datang dan setidaknya sekedar mengawasi ruang gerak rivalnya jika sewaktu-waktu melancarkan aksinya mendekati Gendhis.

Sembari mengikuti jadwal kegiatan, Riko terus menggerutu dalam hatinya.

"Oh... Tuhan... dunia ini ternyata begitu sempit. Dasar, Riko... Riko! Harusnya dari awal kamu pikir, Gendhis dan lelaki itu tinggal sekampung. Sudah pasti lah, dia nyusul kesini. Kalau dari awal aku tahu tempat ini punya keluarganya, nggak bakalan aku pilih tempat ini." Riko mengherutu sendiri di tengah-tengah peserta kemah yang sedang sibuk mendengarkan narasumber bicara.

"Rencanaku untuk bisa ngobrol sama Gendhis bisa berantakan kalau begini caranya..."

Dia masih berjalan mondar mandir di belakang barisan peserta kekah yang duduk melingkari api unggun.

"Ayo Riko... berfikir... kalau nggak rencana mu jauh-jauh datang ke sini bakal gagal..." Katanya.

Setelah berfikir sejenak, ahirnya dia menemukan ide.

Nampak Tomi teman Lintang berjalan mendekatinya. Seolah dia faham, apa yang sedang difikirkan sahabat dekatnya itu. Tomi menghampiri Riko dan berkata,

"Riko, kamu ngapain dari tadi aku amati dari jauh cuma jalan mondar-mandir... lihat tuh, acara udah mau selesai."

"Tom... aku lagi mikirin sesuatu ni. Urgent banget pokoknya..." Jawab Riko.

"Alah... paling juga masalah Gendhis, iya kan?" Tomi menebak.

"Nah, kamu tahu... kenapa kamu tanya?" Riko balik bertanya.

"Iya lah, masalah apa lagi yang bisa buat Sang Ketua OSIS pusing... selain masalah Gendhis." Kata Tomi.

Keduanya terdiam sejenak.

Sesaat kemudian, Tomi mencoba menasehati sahabat kesayangannya itu.

"Eh, Rik... kamu jadi mau ngamong sama Gendhis?"

"Ya jadi lah... kenapa enggak..." Riko menjawab yakin.

"Emang kamu nggak takut... tuh lihat..." Sambil melipat tangan, lalu Tomi mengacungkan jari telunjuknya ke arah Lintang.

"Emang kenapa sama dia?" Riko pura-pura nggak tahu.

"Yaaa... kamu sendiri kan tahu kalau Gendhis sudah bertunangan." Tomi mencoba menjelaskan.

"Ya ela Tom... Aku heran. Kamu ini temen ku apa temen Lintang sih... bukannya dukung aku malah belain dia." Riko sedikit marah saat berusaha diingatkan.

"Eh... eh... tenang Bro... Bukan gitu maksud ku. Bukannya aku belain Lintang, Bro..." Tomi berkata.

"Lha itu tadi, apa namanya kalau nggak belain?" Riko mulai sewot.

Tomi menata kembali kalimatnya, agar Riko tidak salah faham. Dia tahu betul, kalau melihat kondisi sekarang ini, tidak mudah untuk memisahkan dua insan yang sudah terikat cincin tunangan.

"Riko..." Panggil Tomi dengan nada yang lebih lembut.

"Kamu jangan salah faham, sampai kapanpun kita tetep sahabat, Bro. Dan aku akan selalu dukung apapun yang terbaik untuk mu. Tapi..." Ucapan Tomi terputus.

"Tapi apa? Kamu mau bilang kalau aku nggak pantes dapetin Gendhis?" Riko mendahului bicara.

"Bukan seperti itu... Apa lagi yang kurang dari dirimu? Dompet tebel... Prestasi oke, motor keren, kamu juga Ketua OSIS yang banyak digandrungi cewek-cewek cantik. Tinggal kamu audisi aja mau yang mana. Tampang? Jangan di tanya lagi... Aldebaran aja lewat... kenapa harus memilih Gendhis, gadis yang sejak kecil sudah dijodohkan oleh orang tuanya." Tomi berusaha menasehati seraya menghibur.

Riko tersenyum dengar ledekan temannya.

"Jadi, menurut kamu, Gendhis itu nggak cantik? Riko balik bertanya.

" Duh... salah lagi. Ampun dah, ngomong sama Kak Ketua..." Tomi menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Makasih, Bro... udah ngingetin. Tapi kalau untuk mundur... sampai detik ini, aku belum berfikir ke situ." Riko menjawab dengan tenang dan yakin.

Tomi pun tak bisa banyak berkata. Tahu betul, sahabatnya itu memang pantang menyerah.

Sejak kecil, tak ada keinginan Riko yang tak bisa ia dapatkan. Apalagi dia terlahir dari keluarga seorang anggota dewan. Tinggal ngomong sama orang tuanya, tak perlu waktu lama pasti ia dapatkan apa yang ia mau. Tapi dia lupa, bahwa Gendhis bukanlah barang yang bisa dengan mudah ia dapatkan begitu saja. Karena itulah nalurinya merasa tertantang.

Acara di lapangan malam itu akhirnya selesai. Seluruh peserta mulai bubar meninggalkan api unggun yang tinggal bara memerah.

Riko bergegas meninggalkan Tomi.

"Bentar ya, Tom." Pamit Riko terburu-buru.

Belum sempat dijawab, sahabatnya sudah berlalu meninggalkan Tomi.

Riko berlari menemui Tina yang sedang berjalan menuju tenda. Untung Gendhis tak melihatnya. Segera ia memanggil Tina.

"Tina... Tin... tunggu sebentar."

Tina membalikkan badan, mencari dari mana sumber suara yang memanggil namanya. Ia menemukan Riko sedang berlari menuju ke arahnya. Setelah sampai di hadapannya, Tina bertanya pada Riko,

"Kak Riko, panggil aku? Ada apa, Kak?" Tina penasaran, sekaligus bisa menebak. Tiada lain pasti masalah Gendhis.

"Tin, aku mau ngobrol sebentar." Riko basa basi.

"Iya, Mas ada apa?" Tanya Tina.

Riko menengok ke kanan dan ke kiri, seolah ada yang sedang ia cari.

"Gendhis, mana Tin?" Ahirnya Riko membuka percakapan.

Benar apa yang Tina fikir, laki-laki itu pasti mau ngomong masalah Gendhis, tapi apa? Tina masih penasaran.

"Oh... Gendhis tadi sudah pergi duluan, katanya tadi dicariin sama Bu Mila. Apa perlu aku panggilin, Kak?" Tina menawarkan.

"Oh... ndak usah, Tin." Syukurlah, Riko lega.

"Tin... aku bisa minta tolong nggak?" Tanya Riko.

"Soal apa, Kak?" Tina bertanya.

"Em... aku mau ngobrol, bentaaaar... aja sama Gendhis, tapi kamu tahu kan, belum juga ngomong, tiap kali ketemu aku aja Gendhis langsung kabur. Belum lagi, tunanangannya yang sok belagu itu, kemanapun Gendhis pergi, dia selalu membuntuti." Riko menjelaskan.

"Memangnya aku bisa bantu apa, Kak?" Tanya Tina.

Riko diam sejenak, lalu bertkata,

"Besok pagi setelah sholat subuh, sebelum terbit fajar, bisa nggak kamu ngajak Gendhis ke kursi deket taman atas? Aku cuma pengen ngomong sebentar aja sama Gendhis, gimana Tin?" Riko meminta.

Tina nampak berfikir.

"Eemmm... gimana ya, Kak. Nanti kalau Gendhis marah sama aku gimana? Atau... kalau sampai Kak Lintang, tahu? Nggak... nggak... ah Kak. Aku nggak berani, Kak." Tina ragu untuk menuruti permintaan Riko.

"Tina... please... aku mohon. Sekali ini aja, ya?" Riko memohon.

"Nggak bisa, Kak. Nanti kalau ada apa-apa gimana? Aku bisa kena masalah." Jawab Tina.

"Aku janji nggak akan lama. Dan aku pastikan, kamu nggak akan kena masalah apapun. Sekaliiii... ini aja. Cuma kamu yang bisa bantu aku, Tin. Please..." Riko masih terus memohon.

Setelah berfikir matang-matang, ahirnya Tina bersedia untuk membantu Riko.

"Baiklah, Kak. Tapi kali ini aja ya, Kak. Dan kalau sampai terjadi apa-apa sama kalian aku nggak mau ikut ikutan pokoknya." Tina mengajukan syarat.

"Oke... deal... makasih banyak ya, Tin..." Riko merasa lega, akhirnya sebentar lagi keinginannya untuk bicara sama Gendhis akan terwujud.

Merekapun bergegas meningglkan tempat tersebut sebelum ada yang curiga.

Riko rasa malam ini akan menjadi malam terpanjang dalam sejarah pencarian cinta sejatinya.

1
Nur Mashitoh
Riko cocoknya jd sahabat
Hairun Nisa
Kalau Lintang n Arnold masih Taruna, berarti Gaby yg sudah jadi Dokter... usianya jauh lebih tua donk ya?
Gandis juga baru lulus SMA kok bisa langsung jadi guru?
Nur Mashitoh
Tah jodohmu yg nolongin Dhis
Nur Mashitoh
kasihan Gendhis..beruntunglah nanti yg dpt jodoh Gendhis
Nur Mashitoh
Gala jodohnya Gendhis nih..sama² hatinya suci
Nur Mashitoh
pantaslah klo Lintang ga berjodoh dgn Gendhis yg sholeha karna Lintang punya sisi liar yg terpendam
Hera
👍🏻👍🏻👍🏻
Ruzita Ismail
Luar biasa
⚘Senja
alur critanya mirip sinetron india "Anandi". ini menurutku ya kakak.
Afida Punya Hayat
bagus, ceritanya menarik
Sandisalbiah
penyesalan itu emang dari dulu selalu gak patuh dgn peraturan krn dia selalu datang terlambat dan sayangnya sampe sekarang gak ada yg bisa menegurnya buat sadar... hadehh.. lintang.. terima nasib aja deh...
Sandisalbiah
nah lo... sakit gak tuh... kamu yg menabur angin lintang, maka kamu yg akan menuai baday... tinggal nunggu karma buat si geby...
Sandisalbiah
karma mulai mereyap mendekat kehidupan lintang.. hemmm... selamat menikmati.... hubungan yg diawali dgn yg salah dan kebohongan juga hanya berlandaskan nafsu yaaa.. endingnya begini... rumah tangganya kacau...
Sandisalbiah
simalakama gini mah....
Sandisalbiah
nah.. makan yg kenyang hasil karya mu lintang... biar warga tau semua kebobrok kan mu... enak aja mau ngikat Ghendis, gak rela Ghendis diambil cowok aini... situ waras.... dasar kang selingkuh...
Sandisalbiah
thor.. enaknya si lintang ini kita ceburin ke kawah merapi yuk... udah egois, songong pula... pengen tak pites itu org...
N. Mudhayati: 😆😆😆 setuju bangeeet kakak.... 👍👍
total 1 replies
Sandisalbiah
pengecut berkedok pahlawan bertopeng kamu Lintang.. banci yg berkaris atas dukungan Lintang tp kamu bagai kacang lupa akan kulinya... jd gak sabar pengen lihat karma apa yg akan kamu terima karena tega menyakiti gadis yg tulus seperti Ghendis
Sandisalbiah
gak gampang buat nyembuhin luka hati pak dosen... se enggak nya perlu waktu dan kesabaran... semangat pak Gala... obatin dulu luka hati Ghendis baru rengkuh hatinya...
enokaxis_
bagus
Noer Anisa Noerma
lanjuuutttttt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!