Ello, seorang dokter pediatri yang masih berduka atas kehilangan kekasihnya yang hilang dalam sebuah kecelakaan, berusaha keras untuk move on. Namun, setiap kali ia mencoba membuka hati untuk wanita lain, keponakannya yang usil, Ziel, selalu berhasil menggagalkan rencananya karena masih percaya, Diana kekasih Ello masih hidup.
Namun, semua berubah ketika Ello menemukan Diandra, seorang gadis misterius mirip kekasihnya yang terluka di tepi pantai. Ziel memaksa Ello menikahinya. Saat Ello mulai jatuh cinta, kekasih Diandra dan ancaman dari masa lalu muncul.
Siapa Diandra? Apakah ia memiliki hubungan dengan mendiang kekasih Ello? Bagaimana akhir rumah tangga mereka?
Yuk, ikuti ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6. Aksi Meloloskan Diri
"Satu gadis ... satu-satunya yang tersisa yang bisa merebut kembali perusahaan ini, dan kalian tidak bisa menemukannya?" Brata mengepalkan tangannya, napasnya memburu. "Gadis itu ... jika dia muncul, semua kekayaan keluarga Cahyono bisa jatuh ke tangannya. Kita harus menemukannya sebelum terlambat."
Salah satu anak buahnya mencoba bicara dengan suara gemetar. "Kami sudah melakukan yang terbaik, Tuan. Tapi gadis itu terlalu pandai bersembunyi."
Brata mendekat, mencengkeram kerah pria itu dengan kasar. "Kalau begitu, kalian belum cukup bekerja keras. Temukan dia ... atau kalian semua akan menyesal."
Brata melangkah keluar dari ruangan itu, namun tiba-tiba menghentikan langkahnya, seolah teringat sesuatu yang penting. Dia melirik tajam ke arah anak buahnya yang masih berdiri dengan tegang di depannya. "Bagaimana dengan kekasih gadis itu? Apa kalian sudah menyelidiki dia?"
Salah satu anak buahnya menjawab cepat, takut membuatnya semakin marah. "Kekasihnya sudah tidak tinggal di negara yang sama, Tuan. Dia pindah karena urusan pekerjaan."
Brata mengerutkan kening, tampak berpikir sejenak sebelum ia berbicara lagi dengan nada tegas. "Aku tidak peduli di mana dia sekarang. Selidiki dia lebih dalam. Jika ada jejak yang bisa menuntun kita ke gadis itu, kita harus menemukannya. Tidak ada yang boleh luput!"
Pria itu lalu berbalik, tatapannya penuh dengan tekad dan kekejaman yang tak terselubung. "Pastikan kalian tidak gagal lagi. Mulai sekarang, fokus juga pada kekasih gadis itu."
Saat Brata baru melangkah beberapa langkah meninggalkan ruangan itu, tiba-tiba salah satu anak buahnya muncul dengan napas tersengal. "Tuan, gadis yang kita cari ... disinyalir menuju sebuah pelabuhan," ujarnya dengan nada terburu-buru.
Mata Brata menyipit tajam, tanda bahwa pikirannya langsung bekerja cepat. "Pelabuhan?" gumamnya, setengah tidak percaya namun segera menguasai dirinya. Ia berhenti sejenak, merenung, kemudian tanpa ragu memberi perintah.
"Segera siapkan orang-orang kita. Kita menuju ke sana sekarang. Jangan sampai dia lolos!" perintah Brata dengan tegas. Tanpa membuang waktu, anak buahnya bergerak cepat, memanggil yang lain untuk bersiap.
Brata merapikan jasnya, wajahnya dipenuhi oleh ketenangan yang dingin. Di balik ketenangannya, ada kegelisahan. "Gadis itu tidak boleh lolos. Jika dia berhasil membawa dokumen itu keluar, semua rencana yang telah aku bangun selama bertahun-tahun akan runtuh seketika," batin Brata. Lalu berkata, "Selesaikan ini, apa pun yang terjadi," tambahnya dengan nada yang tak terbantahkan, sebelum bergegas meninggalkan ruangan, diikuti oleh anak buahnya yang siap bergerak.
***
Di dekat pelabuhan yang ramai, seorang gadis dengan pakaian serba tertutup-hoodie, topi, kacamata hitam, dan kupluk yang menutupi sebagian besar wajahnya, berjalan dengan tenang namun waspada. Setiap langkahnya tampak hati-hati, seolah siap melarikan diri kapan saja. Dia menyesuaikan napasnya, berusaha tetap tak mencolok di antara hiruk-pikuk orang yang berlalu lalang.
Tiba-tiba, sebuah suara keras menerobos ketenangan suasana. "Itu dia!" teriak seseorang, memecah kerumunan. Gadis itu berhenti sejenak, matanya melebar.
"Sial!" umpatnya, menyadari bahaya yang mendekat.
Derap langkah kaki semakin jelas. Sekelompok pria berbaju hitam mulai mendekatinya dengan cepat. Tanpa berpikir dua kali, dia segera berlari, menembus kerumunan orang di pelabuhan yang sibuk. Tubuhnya melesat gesit, melawan arah arus orang-orang yang berjalan santai.
Namun, mereka semakin dekat, jumlahnya lebih banyak dari yang dia duga. Beberapa orang mencoba menghadangnya. Dengan gerakan cepat dan lincah, gadis itu melawan, menendang salah satu pria yang menghalanginya hingga terjungkal ke tanah. la terus berlari, napasnya makin berat, tapi tidak ada waktu untuk berhenti.
"Jangan biarkan dia lolos!" teriak salah satu pengejarnya, memacu mereka semakin nekat.
Gadis itu mendorong tubuhnya lebih keras, memanfaatkan celah di antara kerumunan. Sesekali dia berputar untuk menghindari genggaman tangan yang mencoba menangkapnya, memukul mundur siapa saja yang berani mendekat. Pandangannya terus mencari jalan keluar, tapi pengejarnya tak memberinya ruang bernapas.
Namun, gadis itu tidak menyerah. Dalam kegilaan itu, dia menemukan jalur sempit yang mengarah ke gang pelabuhan, sebuah celah kecil yang bisa memberinya sedikit waktu.
Gadis itu terus berlari, jantungnya berdegup kencang seiring langkahnya yang semakin cepat. Hingga akhirnya, ia tiba di tepi pantai yang sepi, pasir yang lembut kini terasa seperti batas akhir dari pelariannya. Dengan napas yang terengah-engah, ia berhenti, lalu memasang kuda-kuda, siap menghadapi apa pun yang akan terjadi.
Ia menyapu pandang ke sekeliling, waspada. Namun, di hadapannya, semakin banyak pria muncul, membentuk lingkaran yang semakin menyempit. Mereka mendekat perlahan, tatapan penuh ancaman. Gadis itu tak gentar. Tangannya mengepal kuat, siap bertarung untuk kebebasannya.
"Mau lari ke mana kau? Lebih baik menyerah, karena bagaimanapun kau akan tertangkap," ujar salah satu pria, suaranya penuh percaya diri, seolah kemenangan sudah di tangan mereka.
Gadis itu hanya tersenyum miring, tatapannya tajam. "Mimpi!" serunya, tanpa aba-aba. Dalam sekejap, tubuhnya bergerak cepat, menerjang ke arah pria terdekat. la memukul dengan presisi, membuat pria itu terhuyung ke belakang. Tanpa memberi kesempatan, ia melompat, menendang pria lainnya hingga jatuh tersungkur. Gadis itu bertarung dengan gesit, setiap serangannya menghantam lawan yang mencoba mendekat.
Gadis itu berjuang mati-matian melawan beberapa pria yang mencoba menangkapnya. Gadis itu, dengan luka dan kelelahan yang mulai terasa, menyadari bahwa ia tak bisa menangani semua orang yang mengepungnya. "Aku harus bisa lari dari mereka dan pergi ke negara itu," batinnya. Ia bergerak cepat memukul dan menendang beberapa orang, berlari meninggalkan para pria itu.
"Jangan lari !" Para pria itu berusaha mengejar.
Suara tembakan menggema di udara, peluru-peluru menghantam pasir di sekitar gadis itu.
Melihat sebuah motor yang terparkir tak jauh darinya, dengan kunci yang masih menggantung di sana, ia memutuskan untuk kabur dengan motor itu. Dengan cepat, ia melompat ke atas motor, menyalakannya, dan tancap gas meninggalkan para pengejarnya.
Seorang pria yang sedang berjongkok di bawah pohon tersentak mendengar derap langkah mendekat diiringi suara tembakan. Namun, panggilan alam membuatnya tak bisa segera bergerak. “Hei! Jangan bawa motorku! Sial!” teriaknya panik ketika melihat seseorang menaiki motornya. Sambil mengumpat, ia cepat-cepat menaikkan resleting celananya, bersiap mengejar si pencuri yang sudah melesat jauh.
Namun, ia segera mengurungkan niat mengejar motornya begitu melihat situasi di sekitarnya. Orang yang mencuri motornya ternyata sedang dikejar oleh sekelompok pria dengan wajah garang. Menyadari situasi itu terlihat berbahaya, ia memutuskan mundur pelan-pelan, tak ingin ikut terlibat dalam masalah yang tampak rumit dan berisiko.
Suara deru mesin motor memecah kesunyian malam, sementara sebuah mobil hitam mengejarnya melaju kencang di belakang.
Aksi kejar-kejaran antara motor dan mobil berlangsung sengit. Angin laut yang dingin menerpa wajah gadis itu saat ia memacu motornya di jalan yang sempit dan berliku. Namun, di depan sana, sebuah tikungan tajam menunggu, dan dari arah berlawanan muncul sebuah mobil yang melaju cepat.
"BRAKK"
Kecelakaan pun tak terhindarkan. Gadis itu menabrak sisi mobil, terlempar dari motornya, dan jatuh ke tebing yang curam di sisi jalan. Tubuhnya meluncur bebas, menghantam air laut di bawah tebing dengan bunyi keras, sementara motornya hancur di bebatuan.
"Sial!" umpat salah satu pria yang mengejarnya, menghentikan mobilnya di tepi jalan.
"Kita harus mencari dia dalam keadaan hidup atau mati. Kalau tidak ketemu, bos akan marah besar," sahut pria lain dengan nada cemas, menatap laut yang gelap di bawah tebing.
"Tapi Bos menginginkan gadis itu hidup-hidup. Dia akan marah besar kalau gadis itu sampai mati," ujar salah satu pria dengan nada khawatir.
Yang lain mendengus, memandang ke arah tebing dengan raut tegang. "Kita nggak bisa pastikan dia masih bernyawa setelah jatuh dari ketinggian seperti tadi," katanya. "Ombaknya kuat, dan arus laut di sini terkenal ganas."
Suasana hening sejenak, tegang. Beberapa dari mereka mulai gelisah, menyadari konsekuensi yang mungkin harus mereka hadapi jika kembali tanpa gadis itu dalam keadaan hidup.
Mereka berdiri di tepi tebing, memandang ke bawah dengan wajah tegang. Sementara itu, ombak yang menghantam tebing perlahan menelan jejak sang gadis, menyembunyikannya dalam kegelapan.
"Di mana dia?"
...🌸❤️🌸...
.
To be continued