Kiara Pratiwi menangis didalam kamarnya, setelah mengetahui pernikahan suaminya Devan Kalandra,tidak pernah terpikirkan oleh Kiara kalau Devan akan mengkhianatinya.
Kiara sangat terkejut dengan apa yang dia alami sekarang seperti disambar petir disiang bolong,
Sera sahabat yang sangat dia sayangi, mereka telah mengkhianati Kiara, Devan pernah mencintai Sera tapi Sera memilih dan menikah dengan Haris.
Apa dulu mereka saling mencintai tapi jodoh nggak berpihak pada mereka berdua, apa aku yang jadi orang ketiga diantara mereka.
kejadian yang tadi siang dia lihat di sebuah restoran membuat Kiara ragu akan semua kata cinta Devan padanya.
Kiara menepuk dadanya yang terasa sesak dan menarik nafas panjang “aku ihklas menolong mu Sera dan juga Kafi anakmu tapi kenapa kalian menikam ku dari belakang, ini balasan yang aku dapatkan dari mu”
Kiara mengepalkan kedua tangannya, pengkhianatan Devan dan Sera membuat dunianya hancur, apa Kiara sanggup menghadapinya atau Kiara akan pergi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mande Qita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10 Kepanikan Devan
Sementara itu Devan yang sudah sampai di kota S hari sudah malam, setelah beristirahat sebentar dia mengambil telpon genggamnya untuk menghubungi Kiara, karena dari tadi perasaannya tidak enak setiap mengingat Kiara hatinya seperti berdenyut.
Segera Devan menekan nomor handphoe Kiara tapi tidak bisa tersambung, Devan coba lagi masih tidak bisa.
Devan mulai panik dia takut kalau apa yang dia khawatirkan terjadi Kiara pergi meninggalkannya, segera dia menelpon bik Jum untuk menanyakan keberadaan Kiara, karena hari sudah malam bik jum tidak mendnegar ada telpon yang masuk.
Devan menarik nafas panjang lalu menghembuskannya pelan pelan mencoba untuk rileks sejenak agar kepalanya bisa berpikir, setelah agak tenang dia mencoba lagi menelpon Kiara.
Mungkin handphone Kiara lagi kosong bateraynya makannya tidak bisa dihubungi, Devan masih berusaha berpikiran positif dia mencoba menghilangkan pikiran pikiran tentang Kiara yang pergi darinya.
“kamu kemana Kia? Tolong jangan pergi” rintih Devan dalam hatinya, Devan melihat kearah jam masih jam 10 belum terlalu malam.
Ditengah kepanikannya Sera menelponnya tapi Devan tidak mengangkatnya karena dia tau paling Sera hanya akan menanyakan kabarnya yang sudah sampai disini.
“maaf sera, mas nggak akan telpon dari kamu, mas nggak mau kalau kamu ikut cemas mendengar Kiara yang susah untuk dihubungi” gumam Devan sambil menatap kearah telpon genggamnya itu.
“mudah mudah tidak terjadi apa yang aku pikirkan tentang Kiara, mas berharap handphone kamu baterainya kosong jadi nggak bisa dihubungi” ucap Devan dalam hatinya.
“Sera, mas sudah sampai disini dengan selamat, mas capek banget mau istirahat dulu” Akhirnya Devan memutuskan untuk mengirim pesan pada Sera, dari pada Sera telpon dia lagi karena saat ini Devan sedang panik memikirkan keberadaan Kiara.
Devan mencoba untuk tidur walau susah karena pikirannya masih bertanya tanya soal kemana kiara, sayangnya bik jum tidak bisa dihubungi juga.
Sera yang menerima pesan dari Devan merasa lega kalau suaminya itu telah sampai dengan selamat.dia pun membalas pesan dari suaminya itu.” ya sudah mas kalau capek kamu istirahat sudah malam” tulis Sera di pesan yang dia kirim untuk Devan.
Sebenarnya bik jum tau kalau ada telpon masuk dari majikannya itu, tapi dia bingung mau menjawab apa kalau ditanya soal Kiara, dari pada salah jawab mending dia tidak mengangkat telpon dari Devan. Biarlah malam ini majikannya itu berpikir kalau dia sudah tidur.
“cari masalah sendiri, jadi pusing sendiri kan den?” gumam bik jum dalam hatinya
Bik Jum tau kalau Tuan Muda nya ini seorang orang yang suka melakukan apa yang dia inginkan tanpa melihhat akibat dari perbuatannya, sadarnya nanti kalau sudah kejadian timbul masalah baru panik, bik jum sangat tau kelakuan majikannya ini.
Devan yang saat ini masih berusaha menelpon Kiara akhirnya dia capek sendiri dan tertidur karena kelelahan, pagi pagi dia dibangunkan oleh Asistennya Ari yang saat ini sudah rapi untuk berangkat ke lapangan.
Dia melihat jam ditangannya sudah jam 7 lewat tapi Devan belum juga keluar dari kamarnya, akhirnya Ari memutuskan untuk mendatangi kamarnya, dan ternyata benar Devan belum bangun.
Setelah mengetok pintu cukup lama akhirnya Devan baru terjaga dia sangat terkejut karena bangun kesiangan, segera dia mandi dan berganti pakaian dan segera pergi dengan Ari asistennya yang saat ini melihat bingung kearah bosnya itu.
Ingin bertanya tapi dia sungkan, akhirnya tanpa sarapan pagi mereka pergi kelapangan dimana ada proyek yang sedang bermasalah, tidak ada waktu untuk Devan untuk menghubungi kedua iatrinya karena pekerjaan yang harus diselesaikan sangat banyak.
Akhirnya pada sore hari beberapa pekerjaan bisa diselesaikan dengan baik hanya tinggal beberapa yang harus dikerjakan.
“kita mau kemana lagi bos” tanya Ari setelah mereka berada di dalam mobil untuk membawa mereka ketempat tujuan.
“langsung balik ke hotel aja Ri” jawab Devan sambil bersandar pada kursi mobil tiba tib adia ingat kalau hari ini belum menghubungi kedua istrinya, segera dia ambil handphone dan membukanya disana ada beberapa panggilan dan pesan masuk tapi tidak ada satupun dari Kiara.
Devan pun menghembuskan nafasnya dengan kasar yang membuat Asistennya itu menoleh kearahnya.
“Ri sini saya pinjam handphone kamu sebentar” kata Devan sambil mengulurkan tangannya meminta handphone asistennya itu, dia mau melakukan panggilan pada Kiara dengan memakai nomor Ari, mana tau Kiara mau mengangkatnya, Ari jadi heran dengan apa yang dilakukan bosnya itu.
Ari pun memberikan handpone nya dan segera menjalankan mobilnya menuju tempat dimana mereka menginap selama dikota S ini.
Devan terlihat menekan nomor Kiara dan langsung menempelkan handphone tersebut ke kupingnya tapi tetap saja tidak ada nada panggilan yang terdengar.
“Kamu kemana Kia?’ gumam Devan yang masih terdengar oleh Ari, Asistennya hanya diam sambil memperhatikan raut khawatir dari bosnya itu,
devan makin tidak tenang berulang kali dia mencoba pakai handphone Ari lalu diganti dengan handphonenya tetap tidak ada jawabannya dari Kiara, yang ada suara dari operator yang mengabarkan kalau pemilik nomor ini diluar service area.
“maaf bos, ada apa dari tadi saya lihat gelisah sekali” Ari beranikan dirinya untuk bertanya, Devan menoleh kerah Ari yang saat ini sedang menyetir mobil.
“kiara dari semalam tidak bisa dihubungi, berkali kali dihubungi dan kirim pesan satupun nggak ada yang masuk dan dibalas” keluh Devan yang saat ini sudah sangat frustasi mencari keberadaan istrinya itu.
“sudah coba telpon bik jum belum bos” ucap Ari seketika devan mengambil handphonenya untuk menghubungi bik jum.
“Si*l kenapa saya sampai lupa nanya ke bik Jum” ucap Devan , menunggu beberapa lama akhirnya terdengar suara bik jum dari Seberang sana. “ya den devan, ada apa?” jawab bik Jum pura pura tidak tahu alasan dari Devan menghubunginya.
“kiara mana bik, tolong panggil saya mau bicara bik, dari semalam ditelpon tidak diangkat” terang Devan tanpa berhenti, bik jum langsung diam mendengar perintah majikannya itu untuk mencari Kiara.
Lama bik Jum terdiam dia bingung mulai darimana menjawab pertanyaan Devan ini.
“Bik Jum hallo, hallo bik Jum” panggil Devan agak kenceng nadanya karena tidak mendengar suara bik Jum menjawab perintahnya itu.
“ya den Devan, ini mmmh..non Kiara kemaren sudah pergi dari sini” ucap bk Jum pelan
“apaaaaa coba ulang lagi bik!” teriak Devan dia sangat kaget mendengar kata bik Jum yang mengatakan kalau kiara sudah pergi dari kediaman mereka.
Sampai bik Jum menjauhkan handphone dari kupingnya, “iya Den devan, kemaren setelah den devan pergi non kiara juga pergi membawa barang barang nya Den” jelas bik Jum pada majikannya itu.
Devan langusung terdiam dan lemes seketika badannya langsung tersandar sambil memijit keningnya.
“Bik Jum tau nggak kemana Kiara pergi” devan mencoba bertanya sana bik Jum mana tau dia tau Kiara pergi kemana.
“nggak tau den, non kiara Cuma bilang mau pergi jauh, tapi dia ada ninggalin surat untuk den Devan ada diletakan diatas nakas di kamar” ucap bik Jum.