Kaiya Agata_ Sosok gadis pendiam dan misterius
Rahasia yang ia simpan dalam-dalam dan menghilangnya selama tiga tahun ini membuat persahabatannya renggang.
Belum lagi ia harus menghadapi Ginran, pria yang dulu mencintainya namun sekarang berubah dingin karena salah paham. Ginran selalu menuntut penjelasan yang tidak bisa dikatakan oleh Kaiya.
Apa sebenarnya alasan dibalik menghilangnya Kaiya selama tiga tahun ini dan akankah kesalapahaman di antara mereka berakhir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Dalam perjalanan, Kaiya masih bersikeras ingin pulang sendiri. Tapi walaupun ia sudah berkali-kali menolak Ginran mengantarnya sampai ke tempat tinggalnya, pada akhirnya Kaiya yang kalah. Ginran tetap bersikeras. Tatapan pria itu begitu mengintimidasi hingga akhirnya Kaiya lagi-lagi tidak dapat menolak.
Bahkan ketika turun dari mobil, Ginran tanpa ijin mengikutinya masuk ke dalam gedung apartemen tempat dia tinggal. Kaiya menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. Ia mengernyitkan mata menatap Ginran yang tengah berjalan santai di belakangnya.
Kedua tangan pria itu setia berada dalam saku celananya. Pria itu ikut berhenti karena Kaiya berhenti. Mereka saling berpandangan lama. Ginran tahu apa arti tatapan gadis itu, tapi ia tidak peduli.
"Aku haus. Buatkan aku teh. Di tempat kamu pasti ada bukan?" katanya santai. Sebenarnya itu hanya alasan Ginran agar bisa masuk di apartemen Kaiya. Hati nuraninya bilang dia masih ingin melihat gadis itu, Ginran akan mengikuti hati nuraninya sekarang. Dari pada dia yang tersiksa sendiri. Dan salah satu caranya agar bisa masuk sekalian melihat-lihat tempat tinggal baru Kaiya adalah dengan alasan itu. Dia juga penasaran dan ingin bertemu dengan keluarga Kaiya. Sudah lama sekali mereka tidak berjumpa. Seperti Kaiya yang dekat dengan keluarganya, Ginran juga dekat dengan keluarga gadis itu.
"Aku nggak punya teh." balas Kaiya menolak halus. Memang benar di apartemennya tidak ada teh. Ginran mencibir. Baginya, gadis itu pasti hanya beralasan agar dia pergi. Jangan harap. Dia akan pergi setelah berhasil minum minuman apa saja dari rumah gadis itu. Dan kalau sudah berhasil masuk, jangan harap dia akan pulang cepat. Dirinya pasti akan berlama-lama.
"Ganti dengan kopi saja kalau begitu." kata Ginran.
"Kopi juga nggak ada." kali ini Ginran memicingkan matanya menatap Kaiya. Ia maju beberapa langkah hingga mereka berdiri berhadapan dengan saling tatap-tatapan.
Ginran terus maju sampai Kaiya kelabakan sendiri. Gadis itu hanya bisa mundur sampai punggungnya menabrak tembok dekat pintu lift. Kedua tangan Ginran langsung mengunci tubuhnya ketika gadis itu ingin berusaha menghindar dengan kabur. Kaiya gugup sekali, apa lagi tatapan Ginran menusuk sampai ke dalam matanya. Gadis itu menelan saliva.
"Kalau begitu air putih saja." gumam Ginran pelan namun tersirat makna bahwa lelaki itu tidak mau dengar alasan lain lagi dari mulut Kaiya. Coba saja kalau gadis itu sampai bilang air putih juga nggak ada.
Kaiya menarik napas. Dengan terpaksa ia pun menganggukkan kepala.
"Em, tangan kamu ..." gumam Kaiya. Tangan Ginran masih setia mengungkungnya di tembok, membuatnya jadi kesulitan bergerak. Setelah Ginran menjauh ia cepat-cepat masuk lift. Ginran tentu saja mengikutinya.
Ginran berdiri dibelakang gadis itu sambil terus mengamatinya dari belakang. Sesekali pria itu tersenyum. Ia bahkan tidak peduli pada dua orang lainnya yang berada dalam lift tersebut menatapnya dengan raut wajah yang aneh. Ketika lift terbuka, mereka berhenti di depan ruang apartemen Kaiya. Di depannya tertulis nomor apartemen.
Pikiran pertama yang muncul dalam benak Ginran ketika masuk ke dalam apartemen tersebut adalah, aura tempat itu berbeda jauh dengan rumah Kaiya yang dulu. Kesannya sangat berbeda. Kalau rumah Kaiya yang dulu rasanya begitu hangat, sedang apartemen ini malah kebalikannya. Terasa begitu dingin.
"Tunggu sebentar di sini." gumam Kaiya pelan kemudian melangkah ke arah pantry. Ginran menganggukkan kepala dan menunggu dengan sabar sambil melihat-lihat.
kl kyk ginran naomi apalagi jiro, mereka kyk bukan teman, tp org lain yg hanya melihat "luar"nya saja
2. teman d LN