"Perkenalkan, dia yang akan menjadi suamimu dalam misi kali ini."
"Sebentar, aku tidak setuju!"
"Dan aku, tidak menerima penolakan!"
"Bersiaplah, Miss Catty. Aku tidak menoleransi kesalahan sekecil apapun."
Catherine Abellia, bergabung dengan organisasi Intel, Black Omega Agency, untuk mencari tau tentang kasus kematian ayahnya yang janggal. Berusaha mati-matian menjadi lulusan terbaik di angkatannya agar bisa bergabung dengan pasukan inti. Mencari selangkah demi selangkah. Ia mencintai pekerjaannya dan anggota timnya yang sangat gila.
Namun, ketika dia sudah lebih dekat dengan kebenaran tentang kasus Ayahnya, Catty harus bekerjasama dengan anggota Dewan Tinggi! Oh, really? Dia harus bekerjasama dengan orang yang gila kesempurnaan yang bahkan sudah lama tidak terjun lapangan? Wait, mereka bahkan harus terlibat dalam pernikahan? Ia harus menikahi pria yang memiliki kekasih? Tuhan, ini sangat buruk!
Oke, fine! Atasannya sudah gila!
Ayo, ramaikan lapak ini dengan Vote dan komen.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon seraphic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. Hadiah dan Misi
Gadis yang baru saja keluar dari kamar mandi setelah menyelesaikan ritual mandinya, melirik pada jam digital yang ada di atas nakas.
Pukul 14.43.
Masih ada sejam lebih untuk menyiapkan dirinya sebelum berkumpul dengan tim di markas. Ia duduk di depan meja rias, menyalakan hairdryer dan mulai mengeringkan rambutnya.
Suara pintu kamar yang terbuka mengalihkan atensinya. Ia menatap cermin di hadapannya yang memantulkan sosok pemilik kamar.
"Kenapa sudah pulang?" tanyanya bingung.
Jam pulang kantor belum tiba, tapi pria ini sudah seenak jidatnya hengkang dari kantor.
"Itu perusahaan ku sendiri, aku bebas ingin pulang kapan saja."
Preeett!
Catty lebih percaya jika pria itu mengatakan perusahaan itu istrinya yang tak bisa ia tinggalkan urusannya!
Cih. Gadis itu lebih terlihat seperti selingkuhan jika dibandingkan dengan perusahaan yang tiap hari Sean urus dan perhatikan. Workaholic sejati.
Tok tok tok!
Catty melihat dari cermin saat Sean membuka pintu dan mengambil paper bag dari tangan sang asisten. Kemudian, pria itu berjalan ke arahnya dan meletakkan barang bawaan di atas meja.
Alis gadis itu menukik tak paham.
Namun, Sean hanya memberi isyarat dengan dagunya, menunjuk pada barang pemberiannya.
Jari-jari ramping Catty mematikan hair dryer yang ia gunakan dan meletakkannya kembali pada tempatnya.
Perlahan, sambil sesekali melirik pada pria itu, tangannya mengeluarkan sebuah kotak dari dalamnya.
"Aw! Imut sekali!" pekik Catty saat melihat isi dalam kotak.
Sean menyipitkan mata mendengar itu. Darimana terletak keimutannya?
Catty mengangkat jaket kulit dan jeans berwarna hitam di tangannya dengan semangat.
"Kau suka?" Sean bertanya dengan jari yang menggaruk kecil ujung hidungnya.
"Tentu saja! Yah, meskipun aku punya banyak yang seperti ini," jawab gadis itu kesenangan.
Sean mendengus. "Ini berbeda dengan milikmu!"
Catty menatap tak paham pada pria itu.
Namun, Sean hanya mengeluarkan sesuatu dari balik jasnya dan ....
SRAK!
Catty berteriak!
Gila! Kenapa merobek hadiahnya?
Sean menatap datar pada Catty yang berteriak nyaring hingga telinganya terasa sakit.
"Ini anti peluru dan benda tajam," ujarnya dengan datar saat melihat tatapan marah dari gadis itu.
Mata Catty seketika membola, lalu membolak balikkan jaket di tangannya. Wah, benar-benar tidak ada bekas sayatan di pakaiannya.
Ia segera memeluk jaket itu dengan erat, menatap Sean dengan hati-hati. "Ini untukku, 'kan?"
Pria yang tinggi menjulang itu menatap gadis yang hanya sedadanya itu. Benar-benar terlihat seperti kucing yang menjaga makanannya agar tak dicuri.
Mendengar Sean yang berdehem singkat, Catty segera memekik senang. Ia segera berlari mengambil kaos hitam diatas kasur, lalu, menuju kamar mandi.
Sean menggigit pipi bagian dalamnya saat melihat tingkah gadis itu yang berlarian dengan semangat. Apa benar, ini gadis yang sama dengan agen rahasia yang akan menyelesaikan misi?
Sangat tidak meyakinkan.
Tak lama, gadis itu keluar dan berdiri melakukan pose di depannya.
"Bagaimana? Bukankah sangat cocok?" tanya Catty dengan hati riang senang gembira.
Sean mengangguk sambil melihatnya dari atas sampai ke bawah. Ia berjalan dan berkata pada gadis itu, "Ikut aku!"
Catty melangkah mengikuti pria itu yang berjalan menuju ruang kaca di sisi kamar. Suara bip kecil terdengar sebelum pintu kaca di depannya terbuka lebar.
Ia melihat Sean yang menuju meja kaca di tengah ruangan, tempat dimana rak dasi dan jam tangannya tertata.
Entah apa yang pria itu lakukan disana, tiba-tiba terdengar suara kecil mekanisme yang tengah bekerja. Lalu, meja kaca itu terbelah, melahirkan sebuah meja lainnya dari dalam sana. Plafon di ruangan juga terbuka, menurunkan kotak kaca besar dari atas sana.
Catty menyipitkan mata, berusaha melihat apa yang ada di dalam rak dan kotak kaca disana.
Seketika, lampu di dalam sana menyala, memperlihatkan isi-isi dari ruang di dalamnya.
Gosh, Catty hampir menjatuhkan rahangnya saat melihat apa yang terpajang di dalam sana.
Yang benar saja? Gila, pria ini benar-benar gila!
...'*'*'*'*'*'...
...'*'*'*'*'*'...
Udara di laboratorium tua itu terasa dingin dan lembap, seolah-olah menelan semua suara dan cahaya. Bau klorin yang menyengat bercampur dengan aroma darah yang menyebalkan, menciptakan suasana yang menyeramkan. Cahaya lampu yang berkedip-kedip menyorot bayangan panjang di dinding-dinding berlumuran darah, menciptakan kesan misterius dan menakutkan. Catty merasa kulit dahinya berkeringat dingin ketika ia melihat bekas darah yang menempel di dinding.
Catty, Janessa dan timnya berjalan dengan hati-hati di antara meja-meja operasi yang berkarat dan peralatan bedah yang tergeletak berantakan. Ia menahan napas untuk menghilangkan bau yang menyengat, tetapi bau itu masih menempel di hidungnya, seolah akan menyerap ke dalam pori-pori kulitnya. Padahal, ia sendiri sudah menggunakan masker dan scarf tambahan.
"Ini mengerikan," bisik Janessa, yang bekerja sama dengan Catty dalam investigasi ini. "Aku tidak percaya ini terjadi di kota kita." Suaranya bergetar sedikit, menunjukkan ketakutan yang terpendam dalam dirinya.
Catty menggeleng kepala. "Ini baru permukaannya, Jen. Kita belum tahu seberapa dalam lubang sialan ini." Ia merasa seolah-olah ada mata yang mengintai mereka dari balik bayangan, mengawasi setiap gerakan mereka.
Mereka berjalan cepat tanpa suara ke ruangan lain. Janessa yang berjalan paling depan terkesiap. Bahkan, tubuhnya hampir jatuh jika tidak ditahan oleh Catty dibelakangnya. Tim yang merasa penasaran, maju ke depan untuk melihat apa yang terjadi. Alhasil, mereka hampir muntah saat melihat pemandangan di depannya.
Mereka menemukan beberapa tubuh yang tergeletak tanpa nyawa di atas meja operasi. Tubuh-tubuh itu terlihat pucat dan kering. Catty merasa mual ketika ia melihat bekas sayatan yang ada di tubuh-tubuh itu. Kekejaman yang begitu mengerikan ini terpampang nyata di hadapannya.
"Mereka mengambil organnya di sini," kata Janessa, suaranya gemetar sedikit. "Mereka tidak memiliki hati nurani, Cat!"
Janessa menatap tubuh-tubuh itu dengan tatapan yang mengerikan. "Aku tidak percaya ini terjadi di kota kita," ulangnya lagi, suaranya terdengar ketakutan. "Bagaimana bisa ada orang yang sekejam ini?"
"Jennie, tenangkan dirimu!" bisik Catty dengan penuh tekanan.
"Kita harus mencari tahu siapa yang melakukan ini dan menghentikan mereka." Suara Catty terdengar bergetar.
Mereka terus menjelajahi satu persatu ruangan di laboratorium itu, mencari petunjuk tentang siapa yang melakukan penjualan organ itu dan ke mana organ-organ itu diperdagangkan. Mereka menemukan berkas-berkas yang menunjukkan bahwa sindikat penjualan organ itu telah beroperasi selama bertahun-tahun dan telah menjual organ ke berbagai negara. Semua orang merasa seolah-olah mereka telah memasuki dunia yang gelap dan mengerikan, dunia di mana manusia diperlakukan seperti barang dagangan.
"Ini lebih besar dari yang kita kira," kata Catty, suaranya penuh kecemasan. "Kita harus berhati-hati."
"Nona, mengapa anda datang sendiri kesini? Ini sangat berbahaya!"
Tiba-tiba, suara seorang perempuan dan langkah kaki mendekati dari ujung koridor. Catty dan Janessa bertukar pandangan dengan terkejut.
Sial, ada yang datang!
...'*'*'*'*'*'...
...'*'*'*'*'*'...
...'*'*'*'*'*'...
Bjirrrr! Ada yang datang!
Siapakah itu?!
Gais, ini first time aku nulis genre action, so, kalo ada kekurangan dan kejanggalan kalian bisa kasih kritik dan saran di kolom komentar ya!
Be nice, everyone!
Vote + Komen jangan lupa!🤝🏻
Love u,
Sera<3
penataan bahasanya loh keren