DASAR, SUAMI DAN ISTRI SAMA-SAMA PEMBAWA SIAL!
Hinaan yang tak pernah henti disematkan pada Alana dan sang suami.
Entah masa lalu seperti apa yang terjadi pada keluarga sang suami, sampai-sampai mereka tega mengatai Alana dan Rama merupakan manusia pembawa sial.
Perselisihan yang kerap terjadi, akhirnya membuat Alana dan sang suami terpaksa angkat kaki dari rumah mertua.
Alana bertekad, akan mematahkan semua hinaan-hinaan yang mereka tuduhkan.
Dapatkah Alana membuktikan dan menunjukkan keberhasilannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon V E X A N A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PAM5
Sore itu aku menyambut Mas Rama kembali dari pabrik. Kubawakan teh hangat untuk suamiku.
"Mas, nanti bisa temeni beli meja untuk jualan besok? Kita pakai meja lipat aja mas untuk awal begini. Nanti masakannya ku taruh dalam kotak-kotak plastik bertutup gitu. Sambil pesan etalase kecil. Habis itu malamnya ke tempat pak RT untuk lapor. Gimana?" Kataku mengajak Mas Rama berdiskusi.
Mas Rama menyesap tehnya.
"Boleh, Yank. Habis makan langsung kita berangkat ya, biar tidak kemalaman. Kamu juga butuh istirahat, Al."
"Ok, Mas. Oh ya, gimana tadi kuenya? Teman-teman Mas suka gak sama kuenya?"
"Kuenya enak buanget, Sayang. Temen Mas rebutan hehehehe. Terus ada yang Mas kasih ke Supervisor. Bu Hesti namanya. Beliau tanya harga 1 bulatan gitu berapa. Dan bisa gak pesan yang ukuran lebih besar. Gitu katanya, Yank."
"Kalo ntar ada yang tanya lagi, bilang harganya 20 ribu ya, Mas. Yang ukuran besar bisa aja tapi ya jelas harganya beda. Syukurlah kalo pada suka semoga pada pesan ya, Mas."
"Aamiin. Tadi banyak yang muji sih, cuma yang nanya harga ya baru Bu Hesti. Ya udah Mas mandi dulu ya."
"Iya, Mas. Ku siapkan makan malamnya."
...****************...
Nasi uduk dan lontong sayur siap untuk dijual. Mas Rama mengeluarkan wadah-wadah lauk dan menghidangkan di meja teras. Aku sendiri sedang menyelesaikan gorengan bakwan sayur yang tinggal 1 gorengan lagi.
Untuk Mas Rama sudah kusiapkan 1 porsi nasi uduk komplit beserta teh tawarnya. Mas Rama tidak minum kopi katanya.
Aku sedang duduk di teras menunggui daganganku, sementara Mas Rama sarapan di dalam.
Mbak Monik keluar dari rumahnya, menghampiriku.
"Alana jadi jual uduk ya?" sapanya kepadaku.
"Iya, Mbak. Mau beli, Mbak?" jawabku.
"Mau donk. Nasi uduk komplit 1, lontong sayur pake telur 1 ya. Sama Bakwan sayurnya 2. Berapa ya, Na?" tanya mbak Monik.
"Nasi uduk komplit 10 ribu, lontong sayur telor 10 ribu, bakwan sayurnya 2 ribu. Jadi 22 ribu, Mbak."
Mbak Monik menyodorkan 25 ribu ke arahku. Segera kuberi kembaliannya.
"Enak nih Na kalo ada yang jual sarapan gini. Jadi aku gak buru-buru nyiapin sarapan kalo pagi. Maklum aja Na, pulang kerja sudah sore, sudah capek semua kalo masih harus masak sore dan pagi," kata mbak Monik.
"Iya, Mbak, doakan semoga dagangan saya laris. Besok saya juga jual kue lho, Mbak. Ganti-ganti nanti kue nya. Tegantung lagi buatnya yang mana," tambahku.
"Oh ya? Enak tuh, Na. Kue kemarin yang kamu kasih aja langsung ludes malam itu juga. Ntar kalo aku pulang kampung nengokin anak, aku pesen kue ke kamu ya, Na, buat oleh-oleh anakku."
"Boleh banget, Mbak. Syukurlah kalo Mbak Monik dan Mas Jaya suka. Semoga jadi langganan."
"Ya udah Na. Aku masuk dulu ya, mau sarapan. Kita malah lupa waktu ngobrol begini. Kutinggal masuk dulu ya, Na. Semoga laris dagangannya," pamit Mbak Monik.
"Amiinn. Makasih, Mbak."
Tak lama kemudian, beberapa karyawan datang ke lapakku. Terlihat dari seragam yang mereka pakai, sepertinya mereka karyawan pabrik garmen.
"Mau lontong sayurnya 1, bakwan sayurnya 2 ya, Mbak."
"Saya bungkus nasi uduknya 1 ya, Mbak."
Selesai melayani mbak-mbak tadi, ku lihat Mas Rama keluar dan pamit berangkat.
Jam 9 kurang daganganku ludes.
Ku bereskan piring-piring kotor dan kotak-kotak bekas lauk, kubawa ke dapur.
Meja kubersihkan dan kumasukkan ke ruang tamu. Aku mencuci perabot kotor sambil bersenandung dengan nada sekenanya. Hati riang jualan hari pertama laris manís.
Setelah selesai, aku bergegas ke pasar untuk belanja bahan dagangan besok dan stok untuk makan sendiri. Tak lupa juga mencicil beli bahan kue. Ada pesanan mini chiffon cake pandan keju dan coklat messes sebanyak 10 buah dari bu RT untuk arisan PKK besok sore. Rencananya juga aku mau bikin kue dadar gulung untuk menemani para gorengan besok.
Untuk makan siang Mas Rama, ku masakkan tumis kangkung, ikan nila goreng dan sambal tomat. Uh, nikmat!
Malam itu kami ngobrol sebelum tidur. Biasa kami ngobrol, cerita-cerita kejadian seharian ini.
"Mas, daganganku habis tadi. Aku seneng banget dah," aduku ke Mas Rama.
"Syukurlah, Sayang, kalau masakanmu laris. Maaf ya, kamu jadi ikutan nyari tambahan uang. Mas belum bisa membahagiakan kamu, Yank." Kata Mas Rama sambil menatapku sendu.
"Alana bahagia kok, Mas. Gak papa kita berjuang bersama seperti ini, yang penting Mas jangan pernah berubah dan tetap setia."
Mas Rama memelukku, dan mengusap kepala ku.
"Oh ya, Mas, ada kabar tentang ibu tidak? Kan ibu jadi tinggal sendirian setelah kita pergi. Apa baiknya Mas Rama mengunjungi ke sana atau telepon Bapak?" tanyaku ke Mas Rama, tiba-tiba aku keingetan soal ibu mertua.
"Entahlah, Yank. Waktu kita pindahan, Mas hanya bisa menghubungi Mbak Raya. Bapak cuma mas kirimi pesan saja karena telepon Mas tidak diangkat. Mungkin sedang sibuk-sibuknya di proyek sana. Biasa di daerah sana suka tidak ada sinyal kata Bapak dulu," kata Mas Rama.
"Coba besok pulang kerja, Mas mampir ke sana dulu ya," sambungnya.
"Iya, Mas, mampir ke sana aja dulu. Atau kalau boleh Alana ikut, ya Mas balik dulu aja ya. Kita bersama ke sananya," kataku.
"Ok, Sayang. Sekarang kita tidur dulu ya. Kamu mesti bangun pagi kan nyiapin jualannya."
...****************...
Pagi itu aku menyiapkan keperluan Mas Rama dan menyiapkan dagangan ku di meja teras. Ku lihat, Mas Rama baru saja selesai mandi dan langsung menyambar ponselnya yang tiba-tiba berdering.
"Halo..."
"Ibu yang minta kami pergi, Pak." Ah rupanya bapak mertua yang telepon.
"Mas Raga kan telat kirim uang karena sakit. Ibu marah-marah, katanya aku bikin Mas Raga celaka karena kesialan ku. Alana juga ikutan kebawa, ikut dikata-katain. Ya kalau aku kan sudah langganan dikatain begitu, tapi Alana, apa salahnya, Pak?" Mas Rama menundukkan wajahnya yang terlihat sendu.
"Sekarang kami kontrak di dekat tempatku kerja, Pak. Di daerah wargahayu. "
"Iya, Pak. Kami akan ke sana nanti sore."
Setelah sambungan telepon terputus, Mas Rama termenung sambil melihat ponselnya.
"Bapak yang telepon, Mas?" tanyaku.
"Iya, Yank. Handphone Bapak baru ada sinyal katanya. Dan baru baca pesan dari Mas. Sementara Ibu belum menghubungi Bapak. Sekarang ini Bapak sedang dalam perjalanan pulang. Mungkin nanti siang baru nyampe rumah." Jelas Mas Rama sambil memakan sarapannya.
"Nanti sore Mas pulang ke sini dulu ya, Yank. Nanti kita bersama ke rumah menemui Bapak dan Ibu."
"Iya, Mas, sekalian ku bawakan kue aja ya nanti. Sekalian Alana buat pesanan bu RT nanti sore," jawabku.
"Oh sudah ada pesanan juga ya. Baguslah, Yank. Semoga usahamu semakin maju. Jangan capek-capek ya, Sayang. Supaya kita cepat dapat momongan."
"Iya, Mas. Kalo capek, ntar Alana bakal istirahat."
"Mas berangkat dulu ya, Sayang. Hati-hati di rumah."
Kucium tangan kanan Rama.
"Mas juga hati-hati ya kerjanya. Semoga lancar dan berkah."
Kulanjutkan melayani pembeli yang datang silih berganti sampai daganganku habis. Hari ini habis lebih cepat dibanding kemarin padahal takaran masakannya masih sama. Mungkin sudah mulai banyak yang tahu daganganku. Semoga aja pada suka terus. Bahkan dadar gulungku pun ludes. Untung sempat ku sisihkan untuk Rama tadi.
Selesai beberes, aku langsung memulai adonan chiffon cake untuk sore nanti.
Sekalian kulebihkan untik dibawa ke rumah mertua.
Semoga aja persoalan dengan ibu mertua bisa diselesaikan nanti dengan adanya bapak.
Amiinnn
Jam 5 sore terdengar suara motor Mas Rama di teras. Bergegas kusambut suami tersayangku. Tak lupa kuambilkan teh hangat untuknya.
"Mas langsung mandi biar kita tidak kemaleman ya, Yank. Tadi Bapak ngabari kalau sudah nyampe rumah. Dan Mas bilang sebelum maghrib kita ke sana." Kata Mas Rama sambil meminum tehnya.
"Ok, Mas, Alana sudah siap kok. Pesanan bu RT sudah aku antar tadi. Dan yang buat dibawah ke rumah bapak sudah siap juga."
Setelah Mas Rama mandi dan siap, kami pun berboncengan menuju rumah bapak.
Aku berdoa dalam hati semoga tidak ada kenapa-kenapa di sana nanti.
*
*
*
Bagus banget /Kiss/
Apalagi part di mana Alana hamil, ya ampun, saya sampai meneteskan air mata. /Good/