Jalan hidup ini bagaikan roda. Kadang di atas kadang di bawah. itulah yang terjadi pada seorang wanita yang tidak muda lagi.
Namun demi buah hatinya ia berusaha bertahan. yang dipikirkan bagaimana supaya anaknya bisa sekolah dan bertahan hidup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon husnel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wanita Tangguh
Wanita tangguh itu yang bisa diberikan gelar pada Mei Seorang wanita yang punya tanggungan tiga orang anak. Dengan suami seorang buruh pabrik.
Dulu, ia bekerja di sebuah yayasan yang cukup bonafit di daerahnya. Dengan gaji yang cukup besar di masa itu.
Apapun yang di butuhkan, apapun yang diminta keluarganya, baik di pihak keluarganya sendiri ataupun mertuanya. Serta saudara suaminya. Ia akan bermurah hati. Dan tidak pernah menolaknya.
Namun setelah ia berhenti di pekerjaan pertamanya, Kehidupan Mei mulai berubah. Dan pekerjaan suaminya menurun. Sementara anak semakin besar. Dan kebutuhan sekolah semakin meningkat.
"Bang... Sebentar lagi Nabil akan kuliah. Sementara uangnya belum ada terkumpul." resah Mei pada suaminya.
"Nanti kita pikirkan lagi.. Mau gimana lagi.. Gaji Abang tidak seperti dulu lagi." Keluh Hendra sedih.
"Iya ya Bang... Moga saja ada jalan keluar ya Bang." Mei pun berdoa dalam hati.
Mei selalu menjadi terdepan pada anak yang sudah remaja. Nabil sudah kelas 12 SMA Negeri yang akan tamat.
Dan Tata anak laki-laki satu-satunya sudah kelas 7 di sebuah SMP negeri juga sedangkan Nia yang masuk PAUD yang pimpin oleh Mei sendiri.
Semenjak ia berhenti ia membuka PAUD sendiri yang bekerjasama dengan kakaknya sebagai yayasannya.
"Abang tidak bisa minta bantu sama adik Abang. Tapi cobalah Mei yang cerita mungkin ia akan bantu. Dulukan kamu sering bantu dia juga." Ucap Hendra yang tahu istrinya dulu suka membantu tanpa berpikir dulu.
"Akan Mei coba, atau Mei pinjam saja, jika tidak bisa bantu Nabil. Tapi kalau Nabil yang bilang pasti di kasih kayaknya. Dia kan sayang Dnegan Nabil." Curhat Mei pada suaminya.
Mei pun bercerita pada anaknya. Kalau coba minta bantu sama Tantenya, jika Uang kuliah tidak cukup. Walau merasa sungkan Nabil pun bercerita pada Tantenya. Alhamdulillah Tantenya mau bantu.
Satu hal sudah mulai teratasi. Semenjak pandemi. Kehidupannya benar-benar jungkir balik. Sementara kebutuhan makin banyak.
Mei sudah berusaha menambah kerja sampingan, Seperti menyediakan Les atau privat buat anak SD. Baik pelajaran sekolah maupun belajar Ngaji.
Karena dulunya Mei di masa kecil sampai remaja sering ikut lomba MTQ yang tempuh sampai Kabupaten sebayak tiga kali. Atau cerdas cermat. Lumayan banyak juga piagam dan piala yang di dapatkan. Semenjak Kuliah dia tidak lagi melakukan kegiatan tersebut. Walau demikian, dengan pekerjaannya sekarang sering juga di undang atau di minta ngaji di suatu acara resmi.
Suaranya yang merdu, bisa membuat orang cukup terkesima. Begitu juga jika ia nyanyi. Namun karena talenta yang ia miliki. Tidak ada dapat dukungan keluarga hingga ia pendam.
Namun ia bertekad. Ia akan mendukung selalu apa hobby dan cita-cita anaknya.Tidak seperti dia yang gagal selalu mencapai cita-cita.
****
Beberapa bulan kemudian. Nabil pun tamat SMA. Dan mencoba mendaftar di SNBP. SNBT Namun gagal. Hingga akhirnya Mei menyarankan untuk mendatar kuliah di mana tempat Mei kuliah dulu swasta yang cukup terkenal di daerahnya.
"Bund. Kakak nggak lulus di UN. Gimana lagi.?" Tanyanya putus asa.
"Dari awal bunda sudah bilang sama kakak. Jangan ambil psikologi kalau kuliah UN sana. Banyak saingan. Tapi kakak kan nggak mau di bilangin." Ujar Mei yang sedikit kesal.
"Tapi. Kakak sukanya Psikologi. Lihat kak Ana, dia asal pilih aja yang penting lulus kuliah UN. Sekarang nyesal. Susah.. semuanya di joker tugasnya." Adu Nabil.
"Kalau mau kuliah juga, tempat bunda kuliah dulu aja. dapat beasiswa. Karena bunda alumni di sana." Saran Mei pada anaknya.
"Tapi teman Bil. Dia ngulang mandiri Bund. Gimana Bund" Sedihnya.
Mei hanya diam. Dalam hati ia menangis. Jika dulu ia menabung dan tidak menghamburkan uang, tentu hidup anaknya tidak seperti ini.
Dia terus mendengar ocehan anak gadisnya. Setelah mendengar keluh kesah anaknya. Mei pun menasehati anaknya.
"Kak. Bunda hanya mampu di sana cuman nak. Atau ambil aja UT aja gimana nak." Usul Mei pada anaknya.
Nabil pun setuju dan mendaftar secara online. Setelah pendaftaran. Seminggu kemudian ada berita dari kampus UT. Kalau harus lakukan pembayaran.
"Bund. Nabil di minta untuk membayar UKT ini, bisa di angsur bund." Ucap anak gadisnya menyodorkan handphonenya.
Mei terdiam. Cukup besar UKT. 5 juta. " Untuk kakak sendiri aja bisa. gimana tahun depan Tata juga masuk SMA. Dan Nia juga masuk SD. tentu banyak biaya yang akan di keluarkan kak. Cobalah kakak lihat dulu sama Tante, biar jelas tempat dan biayanya." Usul Mei kada anaknya.
"Ok." sahut Nabil semangat.
Mei pun menarik nafas dalam. Penyesalan itu memang datang kemudian. Pelajaran berharga baginya. Karena telah menyiapkan kesempatan yang telah di beri Tuhan dulu.
*****
Di saat kita lagi di atas. Jangan lupa untuk masa depan anak, jangan terlalu royal. Ingat masa depan anak kita. sangat langka orang yang akan tulus dengan kita saat posisi kita lagi di bawah.
Komentar pembaca sangat di tunggu Athor