NovelToon NovelToon
Kaisar Yang Terbakar

Kaisar Yang Terbakar

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Khairatin Khair

Di dunia yang dikendalikan oleh faksi-faksi politik korup, seorang mantan prajurit elit yang dipenjara karena pengkhianatan berusaha balas dendam terhadap kekaisaran yang telah menghancurkan hidupnya. Bersama dengan para pemberontak yang tersembunyi di bawah tanah kota, ia harus mengungkap konspirasi besar yang melibatkan para bangsawan dan militer. Keadilan tidak lagi menjadi hak istimewa para penguasa, tetapi sesuatu yang harus diperjuangkan dengan darah dan api.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khairatin Khair, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26

Pagi di Valyria kembali damai. Suara gemericik air dari sungai yang mengalir melalui kota dan riuhnya pasar yang dipenuhi oleh pedagang menjadi latar belakang bagi pemulihan yang sedang berlangsung. Liora memandang ke luar jendela dari ruangannya di benteng, mengamati kehidupan yang perlahan kembali normal. Rakyat Valyria mulai terbiasa dengan pemerintahan yang baru—di mana Dewan memimpin berdasarkan prinsip keseimbangan yang dia bawa dari Lembah Cahaya dan Bayangan.

Namun, hari ini ada perasaan gelisah yang menyelinap di dalam dirinya. Liora tidak bisa mengabaikan rasa aneh yang menyelimuti pikirannya sejak pagi. Mungkin ini karena laporan yang baru saja diterima dari penjaga di perbatasan timur Valyria—tentang gerakan mencurigakan dari pasukan asing yang tampaknya mendekati wilayah kekaisaran.

Varren, yang selalu setia di sisinya, mengetuk pintu dengan langkah cepat. Wajahnya serius, mengonfirmasi kekhawatiran Liora.

"Liora, kami baru saja menerima laporan dari utusan di perbatasan. Pasukan dari Timur sedang mendekati Valyria. Mereka bukan pasukan bayang-bayang atau pemberontak dari dalam negeri. Ini adalah kekuatan asing yang belum pernah kita lihat sebelumnya."

Liora memutar tubuhnya untuk menatap Varren dengan serius. "Kekuatan dari Timur? Apa yang mereka inginkan?"

Varren menyerahkan gulungan laporan kepadanya. "Mereka belum menyatakan maksud mereka, tetapi jumlah mereka besar, dan mereka dipimpin oleh seorang panglima yang dikenal di wilayahnya sebagai Jenderal Kalros—seorang penguasa perang yang terkenal karena ambisinya untuk memperluas kekuasaannya ke seluruh daratan."

Liora membuka gulungan itu dan membaca laporan dengan teliti. Hatinya merasa semakin berat dengan setiap kata yang dia baca. Keseimbangan yang baru saja mereka bangun di Valyria kini terancam oleh kekuatan asing yang memiliki ambisi besar. Apa yang mereka lakukan akan menentukan masa depan kekaisaran ini—baik atau buruk.

---

Beberapa jam kemudian, Dewan Valyria berkumpul di aula besar. Wajah-wajah mereka penuh dengan kekhawatiran setelah mendengar berita tentang pasukan dari Timur. Situasi ini jelas menjadi ancaman serius bagi mereka.

"Jenderal Kalros dikenal sebagai penguasa yang tidak pernah menyerah tanpa pertarungan," kata salah satu anggota dewan. "Dia telah menaklukkan banyak wilayah di Timur, dan jika dia datang ke sini, itu pasti bukan untuk bernegosiasi. Dia ingin merebut Valyria."

Liora mendengarkan semua saran yang diberikan, tetapi pikirannya berputar. Mereka baru saja mencapai keseimbangan setelah perjuangan panjang melawan bayang-bayang, dan sekarang mereka dihadapkan pada ancaman dari luar yang bisa menghancurkan segala yang telah mereka bangun.

"Aku mengerti bahwa ini adalah ancaman besar," kata Liora akhirnya. "Tapi kita tidak bisa mengambil keputusan terburu-buru. Jika kita langsung berperang tanpa memahami niat mereka, kita bisa menghancurkan Valyria lebih cepat daripada musuh kita."

Varren, yang duduk di sebelah Liora, angkat bicara. "Liora benar. Kita harus mencoba bernegosiasi terlebih dahulu. Jika kita bisa menghindari konflik, itu akan menjadi yang terbaik bagi rakyat kita."

Dewan tampak terbagi, beberapa anggota mendukung tindakan diplomasi, sementara yang lain khawatir bahwa pasukan Jenderal Kalros terlalu berbahaya untuk diajak bicara. Namun, pada akhirnya, Liora mengambil keputusan.

"Kita akan mengirim utusan untuk bertemu dengan Jenderal Kalros," katanya dengan tegas. "Jika ada peluang untuk menghindari perang, kita harus mencobanya. Tapi kita juga harus bersiap untuk yang terburuk. Valyria harus siap jika negosiasi gagal."

---

Di luar perbatasan Valyria, pasukan Jenderal Kalros berkumpul. Tenda-tenda besar terbentang di sepanjang lembah, dengan bendera merah bergambar naga hitam yang melambangkan kekuatan dan dominasi. Jenderal Kalros sendiri duduk di tengah tendanya, mengamati peta Valyria dengan mata penuh perhitungan.

Di sisinya berdiri Seira, seorang ahli strategi yang dikenal karena kecerdikannya dalam membaca kelemahan musuh. "Valyria adalah target yang besar, Jenderal," katanya. "Mereka mungkin baru saja pulih dari perang saudara, tetapi kekuatan mereka masih besar. Mereka juga dipimpin oleh seorang pemimpin yang cerdas, Liora, yang terkenal karena berhasil menghancurkan bayang-bayang kekaisaran."

Kalros tersenyum dingin. "Itu justru membuatnya lebih menarik. Kekaisaran yang baru bangkit selalu rapuh, dan itulah saat terbaik untuk menyerang. Tapi, kita akan bermain pintar. Mari kita lihat seberapa besar kesediaan mereka untuk menyerah sebelum kita menghancurkan mereka."

---

Beberapa hari kemudian, Liora berdiri di hadapan utusan Jenderal Kalros di ruang perundingan. Seorang pria berpakaian megah dengan sorot mata tajam berdiri di seberangnya, mewakili Jenderal Kalros.

"Jenderal Kalros ingin menyampaikan pesannya," kata utusan itu dengan nada angkuh. "Dia mengakui kekuatan Valyria, tetapi dia juga tahu bahwa kekaisaran kalian sedang dalam posisi lemah setelah pertempuran melawan bayang-bayang. Dia menawarkan perjanjian: Valyria akan tunduk di bawah kekuasaan Jenderal Kalros dan bergabung dengan kerajaannya. Sebagai imbalan, Valyria akan diizinkan untuk memerintah secara otonom, tetapi tetap berada di bawah perlindungan dan perintah Jenderal."

Liora merasakan kemarahan membuncah di dalam dirinya. Menyerahkan Valyria? Semua yang telah mereka perjuangkan akan sia-sia. Tapi dia juga tahu bahwa menolak dengan kasar bisa memicu perang yang akan menghancurkan Valyria lebih cepat.

"Valyria tidak tunduk pada siapa pun," jawab Liora dengan tenang namun tegas. "Kami menghargai tawaran perlindungan Jenderal Kalros, tetapi Valyria adalah kekaisaran yang berdiri sendiri. Jika dia ingin membicarakan perdamaian yang adil, kami siap. Tapi jika dia ingin menaklukkan, kami akan melawan."

Utusan itu menatap Liora dengan tatapan tajam, lalu tersenyum kecil. "Kami akan melihat apakah kata-kata Anda memiliki keberanian di baliknya, Pemimpin Liora."

---

Malam itu, Liora kembali ke benteng dengan pikiran yang berat. Ancaman perang kini semakin nyata, dan meskipun mereka telah mencoba bernegosiasi, jelas bahwa Jenderal Kalros tidak berniat untuk berdamai.

Di kamarnya, ia memegang artefak perak di tangannya, merasakan kekuatan besar yang ada di dalamnya. Keseimbangan di Valyria mungkin telah dijaga sejauh ini, tetapi dengan ancaman baru yang datang dari luar, dia tahu bahwa masa depan kekaisaran ini tergantung pada bagaimana mereka menghadapi Jenderal Kalros.

"Valyria telah melewati banyak hal," gumamnya, mengingat perjuangan panjang yang telah mereka lalui. "Dan aku tidak akan membiarkan kekaisaran ini jatuh lagi."

Dengan tekad yang bulat, Liora bersiap untuk memimpin Valyria sekali lagi—melawan ancaman baru yang mengintai di balik horizon.

---

1
Delita bae
mampir 😁 bagus cerita nya😊😇🙏
Apin Zen
Penjelasannya enak dibaca😍
خيراة.: terima kasih🤩
total 1 replies
Yurika23
Jendral Ragnar jadi inget Ragnar Lothbrok di Viking...keren...
cerita othor keren nih...
Yurika23
keren Thor...bahasanya enak dibaca
Delita bae: semangat untuk karya baru nya😁💪
خيراة.: makasiih..
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!