Sekar ayu terpaksa harus jadi pengantin menggantikan kakaknya Rara Sita yang tak bertanggung jawab.Memilih kabur karena takut hidup miskin karena menikahi lelaki bernama Bara Hadi yang hanya buruh pabrik garmen biasa.
Namun semua kenyataan merubah segalanya setelah pernikahan terjadi?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shania Nurhasanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB TUJUH
Ketika sudah dirumah Sekar langsung memakan masakannya, tak lupa ia menyisakan untuk suaminya.Hah suami seperti mimpi yang menjadi kenyataan padahal kemarin kemarin ia masih di Jepang. Tapi kini dirinya sudah tinggal berdua dengan pasangannya suaminya,saat masih sendiri ia selalu berharap tak akan ada pernikahan yang lain dan ini menjadi satu-satunya sekali seumur hidupnya.
Entah mengapa saat sedang makan, tiba tiba ia rindu rumah terutama bapa apalagi hari ini masakan yang di masak adalah kesukaan beliau tumis kangkung dan tempe goreng, padahal bukan pertama kalinya dia jauh dari rumah namun tetap menyesakan dada menahan rindu.
(bapa)
Buru buru Sekar langsung menyelesaikan makannya, saat sadar air mata mengalir di pipinya.Ia harus telpon rumah saat ini takut terjadi sesuatu dengan Bapa agar menghilangkan gundah gulana dihatinya.Tak lama ponsel yang akan ia ambil berbunyi segera ia mengangkatnya tertera nama (ibu) entah mengapa membuat jantungnya berdetak kencang tapi bukan karena jatuh cinta lebih ke khawatir dengan keadaan.
"Assalamualaikum, Bu," terdengar isak tangis ditelpon saat pertama kali ia mengangkatnya
"Se-sekar bapak, Sekar," ucap ibu tergagap membuat ia juga terhanyut ikut menangis.
"Kenapa dengan bapak, Bu?"
"Jatuh dikamar mandi tadi sekarang ibu bawa ke klinik dekat rumah, kamu kesini ya temani ibu," tutur ibu membuatnya seperti dihantam batu besar di dada sangat menyakitkan.
"Bu, tunggu disana Sekar sekarang siap siap berangkat."
"Jangan lama lama ibu takut," lirihnya
"Bapak gak akan kenapa napa, Bu. Bapak itu kan kuat aku percaya ia bisa melalui keadaan ini," nasihatnya seolah mampu menguatkan, padahal dirinya sendiri penuh bayang bayang ketakutan.
"Iya, cepetan kamu berangkat."
"Bu, kakak udah ditelpon?" terjadi keheningan beberapa saat namun tak urung ibu menjawab.
"Ibu udah telpon dia tapi telponnya langsung mati, gak bisa dihubungi lagi mungkin sibuk gak bisa diganggu."
Astaga rasanya Sekar ingin menggeplak kepala kakaknya itu sok kecakepan dengan kabur segala, sekarang malah jadi anak durhaka yang tidak sayang orang tua. Sekar rasanya tak habis pikir dengan jalan pikiran ibunya yang terus membela anak pertamanya itu. Sampai tega membedakan kedua anaknya, apa ia anak nemu dikali? jadi dianaktirikan tapi wajahnya mirip dengan kakaknya walau lebih cantik dia mungkin ia kebagian sisa mau protes sama Yang Maha Kuasa takut diazab. Nanti akan jadi apa dia, pepes ikan apa jadi tahu lembek membayangkannya membuat iya kelaparan lagi
"fokus Sekar fokus pikirkan bapakmu bukan makanan mulu"
Setelah selesai bersiap, ia keluar rumah tak lupa mengunci pintu. Lalu ia segera mencari kendaraan untuk bisa mengantarkannya ke klinik. Dipertengahan jalan ia bertemu Bu Ani yang mau ke rumah.
"Kok udah rapih aja mau kemana?" tanya ibu Ani yang sedang bermain dengan anaknya diteras depan kontrakan.
"Mau ke klinik, Bu. Bapak saya jatuh jadi dibawa kesana."
"Innalilahi,"
"Ibu, doain bapak saya mati?"
"Lah itu mah nyebut untuk orang yang kena musibah, bukan cuman orang mati aja."
"Astaghfirullah gara gara hati gak tenang jadi salah paham, ya udah kalau gitu saya berangkat, Bu. Assalamualaikum."
"Waalaikum salam," sambil menggelengkan kepala, "ada ada aja cantik cantik oneng," lalu berlalu masuk rumah.
"Bu?!"
"Sekar! bapak, Sekar."
"Gimana? udah diperiksa bapak."
"Dokter minta persetujuan keluarga buat bawa ke rumah sakit besar, katanya pembuluh darahnya pecah harus dioperasi," ucapnya sambil menangis terlihat mata ibu yang membengkak jadi pemandangan pertama di klinik.
"Ya udah, kalau gitu kita urus perpindahan bapak ke rumah sakit."
"Sudah ibu urus, sekarang tinggal tunggu ambulance yang akan bawa bapak kesana."
Setelah semua beres, kini bapak langsung dibawa ambulan ke rumah sakit yang lebih besar. Sejak tadi tangan ibu tak lepas dari tangan bapak, meskipun ibu terlihat cuek kepada bapak namun Sekar tau cintanya begitu besar. Ibu selalu mendampingi bapak yang dahulu ditimpa musibah, tak menjauhinya meskipun harus merawatnya ketika lumpuh hingga sekarang, dibalik sifatnya yang ngeselin ibu adalah wanita setia yang sayang pasangannya.
"Bu, sayang banget sama bapak?"
"Ya iyalah cinta monyet ibu bapakmu itu, selalu nemenin ibu waktu dimarahin Mbah mu, pokoknya kalau ada apa apa sama ibu bapakmu jadi garda terdepan. Apalagi bapakmu setia gak pernah neko-neko orangnya waktu masih sehat dulu juga."
"Kalau bapak ninggalin ibu gimana?"
"Hush! ngomongnya asal jeplak aja, emang kamu mau jadi yatim?"
"Ya, gak mau lah Bu. Aku belum nikah mau nya bapak jadi walinya."
Sekar ingat, percakapan kenangan dengan ibu waktu ia baru lulus sekolah dengan suasana hati yang bagus. Kalau sekarang ibunya gampang mereog maklum saja sudah tua.
Mobil berhenti didepan bangunan bertingkat luas bertuliskan nama rumah sakit PELITA HARAPAN.Petugas yang berjaga didepan segera membawa berakar lalu membantu menurunkan bapak keluar dari dalam mobil, Untuk dibawa masuk ke dalam rumah sakit. Berakar didorong dengan langkah cepat melewati lorong rumah sakit. Karena bapak harus cepat ditangani, tak lupa dengan ibu yang tak lepas memegang tangan bapak.
Sekar sibuk mengurus administrasi melengkapi segala persyaratan yang kekurangan.Tampa sadar saking sibuknya ia melupakan suaminya.
----+----+----
"Kenapa mas lihat hp mulu," tanya Sutrisno saat melihat bara bolak balik mengecek ponsel dan melupakan makanannya yang tersisa masih banyak.
Lalu Bara menyimpan hp yang dipegang ke mejanya, "Sekar belum kasih kabar."
"Kenapa gak hubungin duluan dari pada buka tutup hp mulu?"
"Takut ganggu."
"Heleh bilang aja gengsi," ledek Sutrisno.
"Siapa yang gengsi biasa aja tuh," elaknya dengan mengangkat bahunya acuh.
"Mas Bara tuh, wajahnya seperti orang linglung gak tau harus ngelakuin apa."
"Bahasa lu Supri, lebay banget."
"Saya kan udah bilang nama saya Sutrisno, panggilannya Trisno kenapa masih salah sebut terus."
"Biar gampang."
"Enteng banget ngomongnya."
Tak lama ponsel Bara berbunyi terlihat pesan masuk dari istrinya
Sekar :Mas bara maaf, aku baru ngabarin
Bapak masuk rumah sakit jatuh di kamar mandi harus operasi.
Lalu bara buru buru berpamitan pada Sutrisno karena ingin menelpon.
"Supri gue mau angkat telpon, lu lanjut makan aja dulu"
"Ya udah kalau gitu, saya tunggu disini mas."
Ketika sudah jauh dari keriuhan orang orang dikantin yang sedang ngobrol juga makan, segera Bara menekan nomer istrinya tak lama panggilan langsung terhubung.
"Halo, Sekar," ucap bara pertama kali sambil memainkan krikil dengan ujung sepatunya.
"Waalaikum salam, mas Bara."
"Kenapa baru kabarin, sekarang dengan keadaan bapak."
"Maaf mas, tadi aku sibuk ngurus ngurus jadi kelupaan ijin."
"Sekarang, gimana keadaannya?"
"Lagi bersiap mau operasi mas."
"Kalau gitu aku kesana sekarang sherlock tempatnya."
"Tapi, mas bara kan lagi kerja?"
"Gak perlu mikirin, yang penting saya bisa kesana dampingan kamu."
Uhuk
Sekar sampai tersedak air liurnya sendiri, karena mendengar kalimat terakhir yang diucapkan bara.
"Kamu kenapa sih, batuk?" tanya bara
"Bukan mas keselek cintamu," celetuk Sekar membuat telinga bara memerah seketika. Jika Sekar melihatnya pasti ia akan kesenangan
"Ooh gitu."
"Mas, bapa udah pindah ruangan ke tempat operasi. Kalau gitu Sekar tutup dulu telponnya, assalamualaikum."
"Waalaikum salam," lalu telpon dimatikan.
"Mas, ayo itu udah mau masuk," ucap Trisno saat menghampiri Bara.
"Supri, saya harus pulang sekarang mertua saya masuk rumah sakit," ucap bara sambil menyimpan ponsel ke dalam saku celananya.
"Inalillahi, ayo mas biar saya bantu buat ijinnya."
"Gak usah lah, saya lagi buru buru," tolak bara segera ia berlari menuju parkiran motor berada.
"Mas! mas ya elah, nanti potong gaji lagi maen pergi pergi aja."
Tak tau saja trisno, Bara adalah cucu pemilik pabrik tempatnya bekerja.
paksa hancurkan pernikahan anaknya..