Kanara Rusadi, wanita beranak satu yang menikah dengan laki-laki keji karena dijual oleh ibu tirinya. Kanara kabur dari rumah akibat mendapatkan kekerasan dari suaminya. Ia bersama putranya harus hidup serba berkekurangan.
Demi sang putra dan berbekal ijasah SMA, Kanara bertekad masuk di sebuah perusahaan besar milik laki-laki yang pernah dia tabrak mobil super duper mahalnya.
Pertemuan awal mereka meninggalkan kekesalan Brandon. Namun seiring berjalannya waktu, Brandon mengetahui bahwa Kanara sedang bersembunyi dari suaminya dan saat ini berada di dalam bahaya yang mengancam nyawanya.
Brandon yang diam-diam mulai ada rasa pada Kanara, berusaha menyelamatkan wanita itu dari ancaman sang suami yang berkuasa di dunia gelap. Tanpa ia sadari Kanara adalah wanita yang pernah pernah terjerat dengannya sepuluh tahun lalu dan bocah bernama Bian itu adalah putra kandungnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Setelah mengurus biaya administrasi, Brandon kembali ke ruang rawat Bian. langkahnya terhenti saat ia melihat dari depan pintu kamar sebuah pemandangan yang cukup menghibur hatinya. Bian sudah sadar, anak itu duduk di tempat tidur rumah sakit, berbincang akrab dengan Kanara.
Senyum tipis terbit di wajah Brandon. Beberapa jam terakhir memang penuh ketegangan karena bocah itu. Meski Brandon merasa lega, ada sesuatu dalam hatinya yang masih mengganjal. Ia ingin sekali mendekat, menyapa Bian, bertanya langsung tentang keadaannya, namun entah kenapa, hatinya tiba-tiba merasa ragu. Ia tidak ingin mengganggu momen ibu dan anak itu meskipun hatinya ingin sekali berada di sana.
Dalam hati, ia berdoa semoga Bian segera pulih dan kembali seperti sedia kala. Brandon tidak jadi masuk dan memutuskan untuk pulang. Dia tidak ingin mengganggu kebersamaan ibu dan anak tersebut dulu. Apalagi kalau keberadaannya masih membuat Kanara merasa canggung.
Sebelum berbalik pergi, Brandon mengeluarkan ponselnya dan menelepon beberapa orang kepercayaannya. Ia meminta mereka untuk segera datang berjaga di sekitar rumah sakit, memastikan bahwa Kanara dan Bian aman saat dia tidak ada.
Setelah memastikan semuanya, Brandon menatap sebentar ke dalam ruangan tempat Bian dan Kanara berada. Masih ada keraguan untuk meninggalkan mereka, namun akhirnya ia menarik napas panjang dan memutuskan untuk pulang lebih dulu. Dia akan kembali besok dan mengambil kesempatan mendapatkan sample Bian untuk melakukan tes DNA.
Begitu Brandon tiba di rumahnya, Yara langsung menyambutnya dengan ekspresi heran. Adiknya itu selalu menjadi orang yang ingin tahu apa yang terjadi pada Brandon setiap kali dia terlihat tidak seperti biasanya.
Hari ini, Yara merasa ada yang berbeda. Penampilan kakaknya berantakan, rambutnya awut-awutan, wajahnya lelah, dan pakaiannya kotor seolah habis melewati hari yang sangat melelahkan. Benar-benar aneh, dia belum pernah melihat kakaknya seperti ini sebelumnya saat pulang kantor.
"Wow, akhirnya aku bisa lihat kak Brandon dengan model yang nggak rapi dan agak kotor pulang dari kantor." Yara menertawai laki-laki itu.
"Kok muka kakak kusut banget? Kenapa juga pulang-pulang gayanya begitu? Apa kak Brandon baru saja habis perang sama musuh kakak?" tanya Yara kemudian penuh rasa ingin tahu, sambil melipat tangan di dadanya.
Brandon hanya menatap adiknya sekilas sambil melepas sepatunya.
"Kepo banget sih nyonya Bubble." Laki-laki itu tertawa kecil.
"Nggak ada apa-apa, kakak hanya capek," Brandon pun menjawabnya, mencoba menghindari pembicaraan lebih jauh. Dia terlalu lelah seharian ini.
Namun, Yara tidak begitu saja menyerah. Dia merasa memang ada yang aneh dengan kakaknya.
"Capek kenapa? Biasanya kakak pulang kelihatan rapi dan biasa aja. Ini muram banget. Cerita dong!"
Brandon menarik napas panjang, menahan rasa lelahnya. Ia tahu bahwa Yara sangat peduli padanya, tetapi kali ini dia tidak punya tenaga untuk menjelaskan. Apalagi, ia tidak berniat menceritakan tentang harinya yang dihabiskan bersama Kanara dan anaknya. Hal itu masih terlalu dini.
"Besok aja ya, kakak jelasin. Sekarang biarkan kakakmu ini mandi dulu dan beristirahat." ujar Brandon kemudian berlalu menuju kamarnya, meninggalkan Yara yang masih berdiri dengan dahi berkerut.
Yara hanya mendengus pelan.
"Huh, dasar sok misterius." gumamnya, dalam hati ia masih penasaran apa yang sebenarnya terjadi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sesampainya di kamar, Brandon langsung menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur. Rasa lelah seharian itu benar-benar mulai terasa. Tubuhnya seperti kehilangan energi, dan pikirannya dipenuhi oleh berbagai hal yang telah terjadi hari ini.
Namun sekali lagi, ada sesuatu yang tidak bisa ia abaikan. Brandon semakin merasa ada banyak hal yang disembunyikan oleh Kanara. Wanita itu penuh dengan misteri, dan Brandon tidak bisa berhenti memikirkan apa yang sebenarnya terjadi pada wanita itu di masa lalu.
Setelah menarik napas panjang, Brandon memutuskan untuk bangkit dan masuk ke kamar mandi. Air hangat yang mengalir di tubuhnya membuatnya sedikit lebih rileks. Ia merasa lebih segar setelah mandi dan mengenakan pakaian bersih.
Setelah duduk kembali di tempat tidur, Brandon meraih ponselnya. Ia membuka kontak dan mencari nama Bas. Dia ingin tahu perkembangan penyelidikan Bas kepada Kanara.
Brandon menekan tombol panggilan, menunggu hingga Bas mengangkat telepon. Tak lama, suara Bas terdengar di ujung sana.
"Halo bos?" telponnya langsung diangkat oleh Bas seperti biasanya.
"Kau sudah dapat informasi yang aku minta, tentang wanita yang aku bilang?" tanya Brandon langsung ke inti pembicaraan.
Ada jeda sejenak di telepon sebelum Bas menjawab,
"Ya, aku sedang mencari tahu tapi informasi yang aku terima belum semua. Nama itu nama yang sulit di temukan bos. Seseorang pernah memakai nama itu, tapi setelah berusia delapan belas tahun, nomor kependudukannya sudah tidak tercatat lagi. Tapi dengan kepintaranku, aku bisa menemukan alasan di balik siapa pemilik nama itu dan apa nama aslinya."
Brandon mengerutkan keningnya.
"Jelaskan dengan detail."
Bas menarik napas panjang sebelum mulai berbicara.
"Nama Nara Gracia memang ada. Tapi nama itu tidak dipakai lagi. Wanita yang bos ingin saya selidiki itu menyembunyikan identitas aslinya."
Brandon agak kaget namun tetap mendengarkan dengan seksama,
"Maksudmu wanita itu memakai identitas orang lain?"
"Bukan seperti itu. Nama itu memang adalah namanya. Tapi itu bukan nama aslinya. Ayah dan ibunya bercerai saat dia kecil, lalu wanita itu ikut dengan ibunya dan memakai nama Nara Gracia. Setelah ibunya meninggal, dia tinggal dengan ayahnya dan kembali memakai nama lahirnya. Kanara Rusady. Mereka hidup bersama hanya beberapa bulan saja dan ayahnya meninggal juga karena sakit. Ia akhirnya tinggal dengan ibu dan saudari tirinya yang jahat. Mereka selalu berbuat jahat padanya. Mereka bahkan menjualnya pada seorang kepala mafia.
Brengsek!
Brandon kaget. Ia merasa dadanya sedikit sesak mendengar cerita Bas. Ia sudah menduga bahwa Kanara menyimpan luka masa lalu, tetapi tidak menyangka semuanya akan seberat ini. Menikah dengan kepala mafia?
"Apa lagi yang kamu temukan?" tanyanya, ingin tahu lebih jauh.
"Baru sampai di situ bos. Aku masih sementara menyelidiki lebih jauh lagi tentang wanita itu."
"Terus selidiki. Aku ingin secepatnya. Selidiki juga bulan tujuh, tanggal 8 di jam sembilan malam sepuluh tahun yang lalu, wanita itu berada di mana dan apa yang dia lakukan."
Perintah Brandon sedikit membingungkan, tapi Bas tetap bersedia.
"Siap bos." jawab Bas sebelum menutup telepon.
Brandon meletakkan ponselnya di meja samping tempat tidur dan memijat pelipisnya. Ada banyak hal yang harus ia cerna dari informasi yang baru saja di dapat. Kanara bukan hanya wanita biasa yang tengah berjuang demi anaknya. Dia adalah seseorang yang memiliki masa lalu kelam, dan Brandon merasa makin ingin melindunginya.
Kanara Rusady? Jadi itu nama aslimu? Lalu Bian?
Brandon merebahkan diri di tempat tidur sambil menatap langit-langit. Lalu ia teringat saat ia menemukan Kanara dan Bian berada di bagasi mobilnya. Apa jangan-jangan waktu itu mereka sedang melarikan diri?
Brandon duduk. Ia tiba-tiba merasa tidak tenang. Pria itu pun bangun dan segera menyambar kunci mobilnya keluar dari rumah. Dia harus memastikan Kanara dan Bian baik-baik saja.
klo kata orang jawa sich " ULO MARANI GEPUK"
..mau ketawa takut dosaaaa.....rasakan tabur tuiiiiii