Terpaksa Jadi Pengantin Pengganti
"Akhirnya, kamu pulang juga Sekar. Setelah sekian lama, merantau di negeri orang," ucap Ibu Risma, saat melihat anaknya baru turun dari taxi, yang mengantar pulang dari bandara.
Sekar Ayu, gadis cantik yang bekerja jadi TKW di Jepang, baru kembali pulang setelah 5 tahun di perantauan. Setelah menempuh perjalanan hampir 8 jam lamanya dipesawat. Meskipun, ia betah tinggal disana. Tapi akibat sang ibu memaksa pulang jadi disinilah dia sekarang.
"Kalau ibu gak nyuruh pulang, karena kakak menikah. Aku, tidak akan mungkin pulang, bu," ucap Sekar, yang mendorong kopernya masuk rumah.
"Kenapa ngomongnya begitu, seperti tidak ikhlas pulang saja," ucap ibu, memasang raut wajah sedih.
Padahal, ketika Sekar memutuskan merantau dulu ibunya senang sekali.Karena, akan ada yang bantu perekonomian keluarga. Sekalipun, sang kakak Rara Sita yang hanya sibuk dengan dunianya. Ibu tak pernah menegurnya. Berbeda bila Sekar yang melakukan, pasti ibu langsung memarahinya.
----+----+----
Seperti kejadian dulu, saat ia ada ujian praktek disekolah. Terpaksa harus pulang terlambat, karena harus kerja kelompok dirumah temannya. Saat sampai dirumah, ibu terlihat berkacak pinggang diteras menahan amarah, dan langsung memarahinya.
"Kenapa baru pulang jam segini?! bukannya tolong ibu, malah keluyuran kerjaannya!" bentak ibu, kepada Sekar yang sedang membuka sepatu sekolahnya.
Sekar, langsung menghela nafas lelah dengan omelan ibunya, belum juga duduk sudah dimarahi, "aku, kerja kelompok dulu, Bu. Dirumah Andin tadi."
"Halah, bohong bu! tadi aku lihat dia pergi naik motor, sama si Ridwan anaknya pak Samsul berdua," entah darimana datangnya, Rara langsung menimpali omongan Sekar.
"Enggak, Bu," Sekar mencoba menjelaskan kepada ibunya, "tadi, aku sama Ridwan beli bahan buat kerja kelompok, yang kurang ditempat fotocopy," tambahnya.
"Ibu, percaya gitu aja sama dia?" tanya Rara, menunjuk Sekar dengan raut sinis.
"Aku, ngomong jujur bu, gak mungkin aku bohong sama ibu. Lagian darimana kakak tau aku pergi?" tanya Sekar, menyelidik.
Ketika Sekar melihat wajah kakaknya, terlihat sekali gelagapan, dan menghindari tatapan matanya.
"kenapa, jadi ribut. Kapan selesainya kerjaan rumah," ucap ibu, mengalihkan pembicaraan, lalu menoleh kepada Sekar. "Kamu, Sekar!sana ke dapur, cuci piring, udah numpuk dibelakang, dan kamu juga Rara sana, pergi ke kamar kamu tadi ibu lihat berantakan."
Mendengar ucapan ibunya, Sekar. Jadi, ingin meminta pilihan seperti kakaknya. "Bu, aku boleh bersihin kamar aku juga," ucapnya, dengan binar harap. Yang langsung meredup mendengar jawaban ibunya.
"Gak ada! kamu kerjakan dulu rumah, baru bersihin kamar," titahnya.
"kenapa? Kak Rara gak disuruh juga, 'kan sama juga anak ibu. Masa, aku terus yang disuruh," gerutu Sekar, heran.
"kamu! mau bantah omongan ibu? mau jadi pembangkang? gak nurut dibilangin orang tua, iya!" sentak ibu, dengan mata melotot, seperti ingin keluar dari tempatnya.
"Enggak, bu. Iya, Sekar kerjakan semua perintah yang ibu bilang tadi," ucap Sekar, berlalu ke dapur untuk menjalankan perintah ibu.
Rara, yang melihat kejadian itu, hanya tersenyum sinis, sambil melipat tangan didada.
"Bagus itu, jangan jadi durhaka sama orang tua. Kalau dikasih tau nurut, jangan jawab terus. Sekarang, ibu mau pergi dulu ke mesjid, ada acara pengajian sudah telat gara gara kamu bikin masalah terus." Ibu langsung mengambil tas, berlalu pergi ke majelis ta'lim.
"kenapa? aku yang selalu salah, padahal kak Rara juga sama keluyuran terus," jerit Sekar dalam hati.
Sejak saat itu, Sekar tak lagi membantah perintah ibu, juga tak pernah pulang terlambat lagi. Karena tak ingin mendapatkan masalah yang berakhir dia dimarahi ibu lagi.
---+---+---
"kemana? kakak, bu. Kok, gak keliatan dari tadi," tanya Sekar, celingukan mencari kakaknya, yang tak ia lihat sejak tadi sampai.
"Mending, kita masuk dulu. Pasti capek, diperjalanan," ucap ibu,mengalihkan perhatian, sambil merangkul anaknya untuk masuk ke rumah.
Entah mengapa, Sekar. Curiga dengan gelagat ibunya ini. Meskipun, sudah lama ia tak hidup bersama ibunya, tetep saja ia hafal sifatnya.
Ketika menginjak ke dalam rumah lagi. Terlihat, perubahan suasana ruangan. Jika dulu hanya ada sofa lapuk, kini berganti menjadi sofa empuk. Banyak perabotan, yang berganti menjadi lebih bagus dengan model terbaru.
"Mau makan sekarang atau nanti," tanya ibu, saat duduk disebelah Sekar, sambil mengusap bahunya dengan raut manis.
Seperti, tengah merayu?
"Aku, mau ketemu bapak dulu, bu. Sudah lama, sejak berangkat jarang lihat bapak."
"Bapakmu itu, tiap ibu ajak video call kamu suka gak mau. Katanya, malu takut kelihatan jelek di kamera," ungkap ibu, dengan nada bercanda.
"Dimana bapak, Bu?" tanya Sekar, mengalihkan pembicaraan. Muak rasanya, menghadapi ibunya yang selalu cari muka.
"Ada dikamar. Mau ibu antar, kesana?"
"Sekar sendiri aja, Bu. Masih sama letak kamarnya, atau ada yang berubah," tanya Sekar, yang beranjak bangun dari duduknya, untuk bersiap ke kamar bapaknya.
"Masih, cuman tempatnya diperluas aja." Setelah mendengar jawaban ibunya, segera ia melangkah ke sana.
Saat, pintu kamar dibuka, terlihat mata tua lelaki itu menutup, tertidur. Setelah mengalami kecelakaan kerja, di proyek. Bapak, hanya bisa duduk di kursi roda. Imbas kejadian itu, perekonomian keluarga menurun drastis. Sekar, menjadi pengganti tulang punggung keluarga. Ketika ia lulus sekolah, ibu sudah menyuruhnya untuk bekerja. Karena hanya lulusan SMA. Apalagi kerja dikampung tak mampu menutupi kebutuhan keluarga. Saat, ada agen penyalur tenaga kerja datang ke kampung, ibu langsung mendaftarkan Sekar untuk kerja jadi TKW.
Sekar, yang dari tadi hanya berdiri di pintu, lekas menghampiri bapak.
"Bapak, ini Sekar," lirihnya, dengan bibir bergetar menahan haru, bisa bertemu kembali dengan bapak.
Tak lama, mata yang tadi tertutup langsung terbuka perlahan, sambil menggumam pelan menyebut nama anaknya, "Sekar."
"Iya, bapak ini, Sekar," ucap Sekar dengan raut senang, karena bisa berbicara langsung dengan bapaknya.
"Apa kabar? nak."
"Baik bapak. Gimana, kabar bapak?"
"Ya, bapak begini saja, cuman bisa tiduran, atau duduk dikursi roda."
"Sekar, percaya. Nanti bapak, bisa jalan lagi kok. Terus, antar Sekar ke pelaminan." Bapak hanya tersenyum, mendengar harapan Sekar.
"Memang, mau nikah cepat, udah ada calonnya? coba bawa kesini. Bapak ingin lihat seperti apa? orangnya," perintah bapak, kepada anak gadisnya itu.
"Bukan mau nikah sekarang, bapak. Nanti, kalau udah ada calon baru nikah."
"Kalau, sudah ada calonnya. Bagaimana, mau nikah?"
Sekar, yang diberi pertanyaan itu jelas kebingungan untuk menjawab. Kenapa bapaknya menyuruh menikah, seolah olah telah punya pilihan untuknya. Padahal kan yang akan menikah lebih dulu kakaknya kan?!
"Bapak, jangan nge prank Sekar, ah."
"Bapak, gak mungkin bercanda, Sekar,"ucap bapa, serius.
Apa? ada sesuatu yang mereka tutupi, dengan menyuruh pulang secepatnya kesini?!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments