Bosku Menjadi Suamiku

saat waktu makan malam, Vania keluar dari kamar dengan muka sembab dan pipi merah, sebenarnya Vania tidak mau keluar kamar tapi karena pelayan disana memanggil nya atas perintah tuan nya. terpaksa Vania keluar.

para istri Cipto memandang Vania dengan berbagai tatapan. ada yang kasihan, ada yang acuh dan ada juga yang merasa senang seperti istri Cipto yang kedua Surti namanya. iya tersenyum senang saat melihat keadaan Vania, apalagi suaminya tadi mendatangi kamarnya untuk bercin ta.

betapa angkuh lah si Surti ini.

saat makan malam mulai, mereka yang disana tidak berani bersuara ,apalagi melihat Cipto yang muka nya seperti akan menelan mereka hidup-hidup.

setelah makan malam selesai pun Cipto meninggalkan meja makan tanpa suara. mereka semua ikut beranjak pergi termasuk Vania. tapi tiba-tiba ada orang yang menjambak rambut nya.

"akhh .. sakittt" teriak Vania kesakitan . sedangkan orang-orang yang melihat nya hanya acuh.

" kau mau kemana hah?, kau itu harus di disiplin kan, sebagai istri yang bar kau harus belajar mengerjakan pekerjaan rumah, sekarang kau cuci piring itu" Surti menunjuk tumpukan piring bekas makan malam tadi.

"jangan enak-enakan tidur saja, cepat" Surti mendorong Vania ke arah meja makan.

" TIDAK! aku tidak mau" Vania menolak mencuci piring itu, sebab ia tidak pernah melakukan pekerjaan rumah apalagi mencuci piring. ia takut tangan nya kasar dan kukunya akan patah.

" kau berani membantah" bentak Surti dan kembali mencengkeram rambut nya, bahkan semakin kuat.

"baik, baik, akan aku lakukan. tapi lepaskan dulu rambutku" Vania sudah tidak tahan lagi seperti nya kulit kepala nya akan lepas.

" bagus, kerjakanlah" Surti pergi setelah melihat Vania membawa piring kotor ketempat cucian piring.

Vania yang tak pernah mencuci, alhasil beberapa piring dan gelas pun pecah akibat Vania yang memakai sabun terlalu banyak.

bahkan tangan nya ikut terluka akibat tergores pecahan beling.

" hiks ,,, hiks,, hiks,,," Vania terus menangis di tempat pencucian piring. pelayan disana tidak berani membantu, mereka juga takut dengan Surti.

"ibu .. Vania mau pulang, Vania rindu ibu, Vania sayang ibu, Vania gak mau tinggal disini, hiks" Vania terus menangis .

istri Cipto yang pertama bernama Dewi, mendengar tangisan Vania di tempat cucian piring , ia menjadi tidak tega dan mendekati Vania.

"sudah, kau kembalilah ke kamar dan obati lukamu, di atas lemari kamar mu ada kotak obat" Dewi segera memanggil beberapa pelayan untuk membereskan kekacauan yang di buat Vania.

Vania langsung berlari ke kamar nya tanpa menjawab apa-apa. di dalam kamar Vania bukan mengobati luka nya , tapi ia malah melanjutkan tangis nya yang tertunda tadi. dan akhirnya ia tertidur.

Cipto sekarang berada di dalam kamar istri pertama nya. Dewi adalah istri yang bijak dan penyabar jadi kalau Cipto ada masalah ia selalu menemui Dewi, pasti Dewi akan memberikan solusi atau meringankan sedikit beban di hati nya. Dewi juga seorang yang baik hati , ia selalu baik pada istri-istri Cipto yang lain nya, karena sifat nya yang seperti itu membuat Cipto selalu menyayangi Dewi .

" apa yang kau pikirkan mas?, bukankah kau baru menikah lagi? seharusnya kau merasa senang" ucap Dewi sambil mengelus rambut Cipto di pelukan nya .

"aku sungguh kecewa Dewi, aku hanya mendapatkan barang bekas, aku sudah membayar mahal semua ini" ucap Cipto penuh emosi.

Dewi segera menenangkan Cipto dengan mengelus punggung nya supaya emosi nya mereda.

"kau sudah menikahi nya, jadi terima saja, kasihan dia" Dewi kasihan dengan Vania, ia berharap Cipto tetap menerima nya.

"ah, aku tidak mau memikirkan wanita itu lagi, ayo elus rambutku , aku ingin tidur" Dewi mengelus rambut Cipto hingga ia tertidur, kemudian Dewi pun ikut tidur.