Andara adalah gadis yang cantik pemilik kios bunga .Suatu hari dia harus menelan pil pahit sebuah penghianatan dari sahabat dan kekasihnya yang dipacarinya selama hampir 6 tahun. Tapi takdir berkata lain dan membawanya pada seorang pemuda dingin yang lumpuh putra seorang konglomerat.
Entah bagaimana mereka bisa bertemu di atas menara setinggi 50 kaki. Dan dari sanalah cinta mereka bersemi .
Nah untuk mengetahui cerita lebih lanjut, yuk simak di novel terbaruku.
Novel kali ini bergenre remaja labil yang mudah mudahan bisa menginspirasi para kaula muda untuk tidak putus asa dan tidak pernah menyerah.
Tetap semangat dan selamat membaca 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewidewie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CDAM: 13
Siang itu kios nampak ramai tidak seperti biasanya. Banyak gadis remaja yang datang hanya sekedar minta foto bersama Devan. Ketampanannya telah menarik para wanita untuk datang dan membeli bunga di kios Andara.
Andara sempat kesal dengan Devan yang sibuk melayani permintaan foto para gadis remaja itu.
Setelah hampir sore, Andara merasa lemas dan pegal semua karena hari ini pembelinya membludak. Sedangkan Devan memilih membantu Andara merapikan bunga bunga sebelum kios tutup.
" Dev, aku capek sekali, hari ini pembelinya banyak sekali"
" Heem, kalau capek istirahat dong Ra"
"O iya Dev, nanti setelah magrib kita ke rumah mak Rodiyah ya? "
Devan mengernyitkan keningnya " Untuk apa Ra? "
" Ya menyembuhkan kaki kamu Dev, dia dukun pijat terkenal lo, tamunya banyak dari luar kota dan kebanyakan mereka yang datang sembuh total"
Devan menghela nafasnya dengan berat seakan tidak percaya.
Andara melotot tajam " Kamu tidak percaya".
"Iya iya terserah kamu saja"
Setelah merapikan semua bunga dan menutup kiosnya, Andara benar benar membawa Devan ke rumah mak Rodiyah yang jaraknya tidak jauh dari kontrakannya.
Tok tok tok.
"Assalamu'alaikum mak Rodiyah"
"Waalaikum salam, siapa? masuk saja" Jawab seorang wanita paruh baya yang berusia sekitar 50an tahun.
Andara dan Devan pun masuk ke dalam rumah sederhana itu.
Sesaat mak Rodiyah terpana dengan ketampanan wajah Devan yang mirip aktor luar negeri.
"Mak, mak Rodiyah" panggil Andara.
"Eh iya ndok, dia siapamu ndok? "
"Dia, dia, em ( Andara nampak bingung mau jawab apa dan sesekali menatap Devan yang hanya terdiam menunggu jawaban dari Andara) Dia kakak sepupuku iya mak dia saudaraku dari jauh karena kecelakaan dia lumpuh, aku minta tolong mak untuk menyembuhkannya" Jawab Andara yang membuat Devan mengernyitkan dahinya.
Mak Rodiyah tersenyum dan meminta Devan untuk membuka bajunya.
Dengan ragu ragu Devan pun mulai melepaskan satu persatu kancing kemejanya.
Andara menunduk karena malu melihat tubuh Devan, namun sempat sempatnya dia melirik dan hampir saja membuatnya tersedak karena tubuh sixpack nya Devan dengan perut penuh dengan roti sobek sangat indah untuk dipandang.
"Gila gila, tubuhnya bagus banget, anjirr kalau begini aku yang akan khilaf" Gumamnya sendiri yang didengar oleh Devan samar samar.
"Andara, ada apa? " Tanya Devan yang mengagetkannya.
"Eh, enggak Dev"
Bukan hanya Andara, ternyata mak Rodiyah pun terpesona dengan tubuh atletis Devan.
" Ndok Andara, lebih baik kamu keluar dari sini, biar aku lebih mudah menyembuhkan kaki saudara mu" Ucap mak Rodiyah.
Andara menatap tajam dan sesekali menatap Devan yang nampak tertekan dan ketakutan.
"Tidak perlu mak, lagi pula gak ngaruh juga aku ada di sini atau tidak, kan yang dipijat kakinya" bantah Andara.
Mak Rodiyah menghela nafasnya dengan berat " Baiklah kalau begitu".
Mak Rodiyah mulai memijit punggung putih dan bersih milik Devan, kemudian merabanya dengan sensual dan penuh gairah. Devan mulai merasa tidak nyaman dan dilihatnya Andara sibuk dengan ponselnya membuat Devan kesal.
" Mak, yang bener dong mijitnya" Ucap Devan.
Mak Rodiyah tidak perduli dan terus meraba tubuh Devan bahkan, sesekali menciumnya.
" Aduh bagus banget tubuhnya pasti kuat berjam jam, ach seandainya aku bisa memilikinya ach aku tidak perduli dia lumpuh yang penting tampan dan kuat" Batin mak Rodiyah yang seorang janda dan merindukan belaian lawan jenisnya itu.
Devan mulai kesal dan berniat bangun tapi ditahan oleh mak Rodiyah, namun dia berhasil memutar tubuhnya hingga terlentang.
Mata Devan melotot tajam melihat mak Rodiyah yang wajahnya sudah merah penuh kabut gairah, dan kancing baju atasnya juga sudah terbuka sehingga memperlihatkan melon kisut yang bergelantungan bebas tanpa peyangga.
Devan mendengus perlahan dan berpura pura tidak melihatnya.
" Mak kenapa mak mijit tubuhku, seharusnya yang mak pijit itu kakiku! " Ucap Devan dengan nada tinggi penuh tekanan.
" Iya nak, kamu tampan sekali tubuhmu bagus".
Devan sudah sangat kesal dan risih
" Sepertinya nih orang punya niat tidak baik " Batinnya.
Devan melihat ke arah Andara yang masih sibuk dengan hpnya " Andara, Andara! ".
Andara pun menoleh ke arah Devan dan beranjak untuk mendekatinya.
Namun yang membuatnya terkejut setelah dia mendekat. Andara melihat sendiri, tangan mak Rodiyah mulai nakal dan memijit paha Devan kemudian naik ke atas lalu mencari kesempatan untuk mencekal burung perkutut milik Devan, dan nyaris saja mak Rodiyah bisa menggapainya.
Plaks
Andara menampar tangan mak Rodiyah dan menolong Devan untuk bangun kemudian mengambil baju Devan.
"Mak, apa apaan sih mak, jangan nyari nyari kesempatan, mikir dong mak umur sudah tua!" Gertak Andara.
Mak Rodiyah mendengus kesal karena hasratnya sudah memuncak tapi gagal karena Andara " Jiahhhh kamu dasar anak kurang ajar, berani beraninya mengganggu ritualku! "
Devan dan Andara melotot tajam.
"Hahhh ritual macam apa, dasar mak mak mesum, ayo Dev kita pergi dari sini! " Andara juga semakin emosi melihat mak Rodiyah yang tidak mau ngaku kalau sudah berbuat tidak senonoh pada Devan.
Devan memeluk tubuh Andara " Andara aku takut dia mau memperkosaku".
Andara mengernyitkan keningnya dan mengedarkan pelukan Devan " Dev, kamu apa apaan sih kalau gini jadi kamu yang nyari nyari kesempatan, udah deh buruan dipake bajunya kita pergi dari tempat ini".
Devan segera memakai kembali kemejanya dan mengikuti ucapan Andara untuk segera pergi dari rumah mak Rodiyah.
Di tengah perjalanan, sambil mendorong kursi roda, Devan dan Andara sempat sempatnya bercerita tentang kemesuman mak Rodiyah.
"Jadi benar mak Rodiyah itu seorang janda".Tanya Devan
" Iya katanya orang orang sekitar sih sudah lama jandanya, kenapa kamu naksir, mau aku anter lagi ke sana? ".
" Ih amit amit ya ogahlah, dah tua gitu mana sudah kisut lagi, tau gak Ra tadi dia sempat buka kancing bajunya lo, astaga melonnya besar banget tapi sudah kendur dan kisut".
''Hmmm jadi kamu kebayang bayang terus melonnya mak Rodiyah? ".
Devan mengernyitkan keningnya dan menoleh ke arah Andara" Idih amit amit deh Ra, ya enggaklah, sudah tua juga mana nafsu sama yang begituan ".
Andara dan Devan berhenti di gerobak bakso mang ujang.
" Dev, kamu lapar gak? ".
Devan pun mengangguk, dan ini pengalaman pertama baginya makan di pinggir jalan.
" Ya udah mang, pesen baksonya dua ya gak pakek lama ".
" oke siap non".
"Ra apaan sih kok pake begitu sih kasihan tahu mamangnya ".
" Dah biasa Dev, lagi pula kamu gak pernah ya makan di pinggir jalan? Astaga Dev, hidupmu sebenarnya di mana sih kok makan di pinggir jalan saja gak pernah, seru tau".
Devan menggaruk garuk rambutnya yang tidak gatal " Ya memang gak pernah Andara".
Andara menatap sejenak kemudian mendengus dengan perlahan.
Dan mereka pun menikmati bakso hangat sambil bercanda yang membuat keduanya semakin dekat dan seakan lupa dengan rasa sakit dan patah hati yang sama sama mereka alami.