Sudah sepantasnya kalau seorang istri menuntut nafkah pada suaminya. Namun bagaimana jika si suami sendiri yang tidak ada keinginan untuk menunaikan kewajibannya dalam menafkahi keluarga? Inilah yang dialami Hanum Pratiwi, istri dari Faisal Damiri selama 5 tahun terakhir.
Hanum memiliki seorang putra bernama Krisna Permana, yang saat ini masih kuliah di Jurusan Informatika. Tentu saja Hanum masih memerlukan biaya yang cukup banyak untuk biaya pendidikan putranya, ditambah juga untuk biaya hidup mereka sehari-hari. Hanum harus memutar otak untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, bahkan seringkali meminjam kepada saudara dan teman-temannya. Beruntung sang anak bersedia membantu menitipkan kue di kantin, yang bisa dijadikan sumber income keluarga. Namun pendapatannya yang tak seberapa itu, hanya cukup untuk transport dan uang saku sang anak, kalaupun ada lebih untuk membeli beras.
Bagaimana Hanum bertahan dalam 5 tahun ini? Apakah kesulitan ini mengharuskannya menyerah? Lalu bagaimana
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ida Nuraeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 Konflik dengan David dan Bu Juni
Tanpa terasa satu bulan sudah Faisal mengerjakan kasus debitur KPR bermasalah. Dari 30 nama yang dikirimkan, ternyata 23 nama salah alamat, karena berdasarkan hasil pencarian alamat tersebut masuk Kabupaten lain yang jarak tempuhnya bisa 5-6 jam perjalanan dengan mobil. Jadi hanya 7 nama yang bisa disurvey langsung keberadaannya. Namun yang berhasil dilacak dan sukses dihubungi hanya satu orang yaitu Reni Anggraeni. Sesuai janji akhir bulan ini sudah dilakukan pembayaran 30% dari tagihan hutang lancar yang disetujui dengan pihak Bank. Erik selalu penanggungjawab hutang Reni saat ini juga cukup koperatif dan enak diajak ngobrol. Setelah bukti pembayaran diterima Faisal,dia langsung mengirimkannya kepada David, sekaligus menanyakan pencairan komisinya.
"Halo Vid, itu tadi bukti pembayaran Reni Anggraeni ya. Terus kapan kira-kira komisi untuk yang ini cairnya?" tanya Faisal
"Belum bisa diajukan ke Bang. Jadi untuk pencairan komisi ini harus nunggu lunas hutang lancarnya dulu. Kalau si Reni ini mencicil 3 bulan, berarti komisinya juga akan dicairkan 3 bulan ke depan" jawab David
"Lah terus untuk operasional aku sampai 3 bulan nanti berarti harus di saku sendiri?" tanya Faisal lagi
"Ya begitulah Bang. Makanya kan aku minta supaya nasabahnya lunasin langsung satu kali saja, jadi bisa langsung diklaim" jawab David
"Kalau jumlahnya kecil ya mungkin bisa lah kita paksa untuk melunasi langsung. Tapi ini kan jumlahnya juga cukup besar Rp 100 juta loh. Hari gini yang ngeluarin uang segitu banyak bukan hal yang mudah Vid. Beruntung dia mau bayar sesuai tagihan yang kita berikan tanpa minta diskon" terang Faisal lebih lanjut.
"Ya ngerti juga sih, tapi ya itu imbasnya pencairan komisi juga nunggu tagihannya dilunasi semua."
"Ya sudah kalau begitu, paling aki tinggal kawal pembayaran tiap bulannya saja" ujar Faisal pasrah.
Faisal mencoba menindaklanjuti temuan atas nasabah yang lainnya. Debiturnya jelas dan masih bisa dihubungi, sehingga Faisal pun tambah semangat memfollow up nya. Sayangnya ada permasalahan yang harus diselesaikan terlebih dahulu oleh pihak bank nya, karena debitur tersebut mendapat surat tagihan dari bank cabang berbeda. Di list debitur yang Faisal dapatkan, debitur itu tercatat di Cabang Kota Bengkulu, tetapi dia juga mendapat tagihan dari bank Cabang Rejang Lebong. Jadi debitur meminta kepastian surat yang mana yang harus dia akui. Faisal mencoba menghubungi meminta David untuk mengkonfirmasi permasalahanan tersebut.
🌾🌾🌾🌾🌾
Di saat Faisal disibukkan dengan urusan debitur KPR, Hanum kembali disibukkan dengan pembuatan dagangannya. Hari berganti hari, Minggu berganti Minggu dan bulan berganti bulan. Tanpa terasa masa libur perkuliahan sudah berakhir, dan kampus sudah kembali ramai seperti sebelumnya. Namun Faras belum beruntung di tahun ajaran baru ini, karena dia harus mengambil cuti sementara. Akhirnya aktivitas dia hanya mengantar kue di pagi hari dan sore hari menghitung sisa kue yang tidak terjual. Beberapa jalur beasiswa sudah dicoba, namun masih belum ada rejekinya.
"Bu, hari ini berapa kuenya?" tanya Faras saat akan mengantar ke kampus.
"Roti gorengnya 60 buah dan Cireng isinya 150 buah. Bismillahi tawakkaltu alallah la haula wala quwwata illa billahil aliyil adzim" artinya "Dengan menyebut nama Allah, aku berserah diri kepada Allah, tidak ada daya dan upaya selain dengan pertolongan Allah yang Maha Luhur dan Maha Agung" ucap Hanum melafalkan salah satu doa sebelum Faras berangkat.
"Aamiin. Ya sudah, Faras berangkat dulu ya Bu. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuuh" pamit Faras sambil melakukan motornya perlahan.
"Wa'alaykumsalam warahmatullahi wabarakatuuh. Hati-hati mengemudinya" jawab Hanum dan tak lupa meneriakan pesan.
"Bu, bulan ini terakhir pembayaran Reni Anggraeni, semoga komisinya bisa dicairkan. Kita bisa bayar tunggakan UKT Faras semester lalu dan bayar kontrakan untuk 3 bulan ke depan" beritahu Faisal saat Hanum kembali masuk setelah mengantar Faras hingga teras.
"Aamiin. Semoga Allah memudahkan semua prosesnya" doa Hanum membalas ucapan Faisal.
Kadang kita lupa bahwa yang dijalani itu hanya hari ini, sedangkan hari esok itu masih gaib, hanya Allah yang tahu apa yang akan terjadi. Memiliki harapan untuk yang akan datang adalah penyemangat untuk berusaha lebih keras dalam mewujudkannya, namun hasil akhirnya hanya Allah yang menentukan.
Demikian juga dengan Faisal dan Hanum yang masih memiliki ekspektasi tinggi akan imbalan kerja mereka dari penagihan ini. Setelah bukti pembayaran nasabah Reni yang terakhir dikirimkan, Faisal minta David untuk mencairkan komisi penagihan secepatnya. Dia pun menghubungi David dan Bu Juni.
"Halo Vid, sudah saya kirimkan chat dari Koordinator Area Cabang untuk pembayaran atas nama Reni, fix sudah diterima bank ya." ujar Faisal mengawali percakapan.
"Iya Bang, sudah saya terima dan sudah dilaporkan ke kantor pusat." balas David
"Terus kapan komisi saya bisa dicairkan Vid? Terus terang saja saya memang butuh secepatnya untuk biaya kuliah anak." tanya Faisal lagi
"Coba Abang minta dulu sama Koordinator Area Cabang merinci pembayarannya seperti apa. Karena ini kan hasil negosiasi nasabah dengan pihak bank. Jadi kita perlu rincian kesepakatan mereka, baru bisa dihitung komisinya!" saran David agar lebih cepat perhitungannya.
"Baiklah, besok pagi saya hubungi dulu Pak Hasyim nya untuk merinci hutang pokok dan hutang bunga yang dibayar Reni." jawab Faisal lagi karena dia juga belum tahu bagaimana perinciannya.
Karena waktu sudah jam 17:00, maka dari itu Faisal memutuskan besok pagi untuk menghubungi Pak Hasyim, yang menjabat sebagai Koordinator Area Cabang.
Keesokkan harinya Faisal menghubungi Pak Hisyam untuk meminta perinciannya.
"Halo. Selamat pagi Pak Hisyam. Maaf mengganggu waktunya." sapa Faisal penuh hormat.
"Selamat pagi juga Pak Faisal. Nggak mengganggu sama sekali Pak, biasalah kalau akhir bulan kita kan mesti rekonsiliasi dengan bagian lain. Apa nih yang bisa saya bantu Pak?" jawab Pak Hisyam sangat ramah
"Saya konfirmasi ke David dan Bu Juni untuk pencairan komisi tagihan atas nama Reni Anggraeni, tapi mereka minta rincian alokasi pembayaran untuk hutang pokok dan hutang bunganya. Saya mau minta tolong bantuan Bapak nih, maklum lah kebutuhan mendesak nih Pak. hehehe..." lanjut Faisal dengan nada agak malu-malu.
"Oh iya tidak apa-apa Pak Faisal, memang itu haknya Pak Faisal kok. Alhamdulillah kami sudah dibantu untuk menangani tagihan ini. lima menit lagi saya kirimkan perinciannya ya Pak."
"Memang Pak Faisal tidak mau menghandle langsung kasus ini? Saya lihat Pak Faisal cukup mumpuni untuk maju dengan perusahaan sendiri loh, dan kasusnya juga lumayan banyak." Pak Hisyam mencoba menawarkan peluang kerjasama ke depannya.
"Sepertinya akan sulit Pak, karena kan perjanjian bank dengan perusahaan Bu Juni cukup mengikat, mengingat selama ini hasil penagihan Bu Juni cukup diperhitungkan pihak bank" jawab Faisal diplomatis.
"Memang itu juga yang jadi pertimbangan, makanya belum ada pembukaan untuk agen yang lain selama 1 tahun ke depan" ujar Pak Hisyam mengakui kondisinya dengan jujur.
"Saya sudah kirimkan Pak untuk perinciannya dan ditunggu closing dari kasus yang lainnya Pak."
"Terima kasih Pak Hisyam. Semoga saja bisa terus berlanjut ya Pak."
"Sama-sama Pak Faisal. Mohon maaf saya harus ke ruang rapat, lain waktu kita sambung lagi. Selamat Pagi." tutup Pak Hisyam mengakhiri obrolan dengan Faisal.
Setelah menerima rincian yang diminta, Faisal langsung mengirimkannya kepada David via chat, karena tidak diangkat telponnya. Sore hari David baru menghubungi Faisal, membicarakan pencairan komisi.
"Bang ini sudah saya hitung, jadi komisi yang Abang terima besarnya sebesar Rp 9 juta sekian. Tapi ini masih ditalangi Bu Juni loh, karena Ibu bilang nggak apa-apa untuk Abang diprioritaskan. Kami transfer ke rekening yang Abang beritahu waktu itu ya" ujar David
"Alhamdulillah. iya betul ke rekening itu dan tolong dikirim rincian perhitungannya!" pinta Faisal.
Tak berapa lama muncul notifikasi m banking di handphone Faisal, transfer Rp 9 juta sekian dari rekening Bu Juni. Faisal langsung mentransfer ke bagian keuangan kampus sebesar Rp 5 juta dan Rp 3 juta untuk biaya kontrak rumah dua bulan. Sisanya dipakai untuk membayar uang keamanan dan kebersihan, langganan internet dan belanja sembako.
Dua hari kemudian, David menelpon Faisal dengan suara yang sedikit tinggi.
"Bang, ini nggak bisa diklaim pencairannya, karena pembayarannya masih kurang Rp 12 juta. Jadi uang yang saya sudah transfer minta dikembalikan dulu sampai clear urusannya!" cerocos David tanpa menjelaskan kronologinya seperti apa.
"Nanti dulu Vid, ini kasus bagaimana sih. Ngomong yang jelas dulu biar saya tahu masalahnya di mana!" pinta Faisal berusaha untuk tenang
"Saya masukkan tagihan pencairan komisi ke bank, tapi ditolak karena hutang lancarnya masih tersisa Rp 12 juta. Jadi harus lunas dulu, baru bisa dicairkan." terang David dengan nada yang sudah menurun.
"Loh kalau itu saya mana tahu. Kan yang menyebutkan tunggakan yang harus dibayar itu sesuai data kamu ke saya, terus yang negosiasi dengan bank nasabahnya langsung, terus salahnya saya di mana?" tanya Faisal heran
"Ya karena data di saya saat itu masih data bulan Maret, sedangkan kesepakatan muncul di bulan Mei. Jadi ada sela waktu 2 bulan yang belum masuk dalam hitungan"
"Dan itu bukan salah saya Vid, salahnya di pihak Bank sendiri. Harusnya saat negosiasi pihak Bank menyampaikan jumlah tunggakan terbaru. Nah terus gara-gara itu saya harus balikin komisi. Ingat Vid, saya juga ngerjain kasus ini 3 bulan, dan itu hak saya loh"
"Pokoknya balikin dulu Bang, sampai tagihan saya diapprove bank!" David kekeh minta kembali uangnya.
"Maaf, seperti saya bilang saya lagi butuh untuk biaya kuliah anak, makanya kemarin pun sudah langsung ditransfer, jadi saya tidak punya uang lagi" jawab Faisal apa adanya.
"Ya Abang harus tanggung jawab dong untuk kekurangannya, kalau tidak pokoknya saya minta Abang kembalikan uang saya."
"Saya janji bantu ngepush lagi nasabahnya, meskipun kesalahan bukan di saya. Tapi saya tidak bisa kalau harus balikin lagi uangnya" jawab Faisal ikut tinggi nada bicaranya.
"Lihat saja Bang, kalau sampai tidak dibayar saya datangi Abang, bahkan kalau perlu saya bawa polisi sekalian" tantang David lagi.
"Saya tidak takut karena bukan salah saya, silahkan datang dan bawa polisi sekalian. Tapi catat ya saya hanya bantu ngepush nasabah untuk pembayaran yang Rp 12 juta itu" ucap Faisal marah dan langsung menutup telponnya.
Tak lama handphone Faisal kembali bunyi, dan yang menghubungi Bu Juni. Faisal pun mengangkatnya karena ingin tahu apa lagi yang dibicarakan
"Pak Faisal jangan main-main dengan saya ya, kalau sampai saya tidak menerima pembayaran dari bank, saya akan tuntut Bapak dengan kasus penipuan!" ancam Bu Juni lagi.
"Ibu tidak perlu mengancam saya, tadi saya bilang saya bantu komunikasikan dengan nasabah untuk kekurangannya. Itu bentuk tanggung jawab saya. Tunggu saja dalam beberapa hari ini kabar selanjutnya"
Hanum yang ikut menyimak pembicaraan Faisal dari awal hanya banyak beristighfar dan mengelus dada, berdoa dalam hatinya memohon pertolongan Allah. Tak lama Faisal menghubungi Erik untuk menyampaikan kesalahan hitungan tersebut. Beruntung Erik cukup memahami penjelasan Faisal dan berjanji untuk melunasinya 3 hari lagi.
Faisal dan Hanum cukup merasa lega meskipun belum sepenuhnya, karena masih menunggu komitmen dari Erik. Tak hentinya Hanum berdoa memohon kemudahan dari Allah untuk menyelesaikan masalah yang terjadi. Hingga akhirnya Erik mengirimkan bukti transfer kekurangan pembayarannya Faisal pun mengucapkan terima kasih berulang kali atas kerjasama Erik yang luar biasa. Kemudian dia mengirimkan bukti transfer tersebut kepada David dan Bu Juni.
Hingga 1 Minggu berlalu, namun tidak ada respon dari David dan Bu Juni, membuat Faisal kesal. Namun dia sendiri tidak ingin mendesak menanyakannya, yang penting urusan pembayaran sudah selesai. Sampai akhirnya dia memutuskan memblokir nomor keduanya, supaya tidak lagi berhubungan.
"