Follow ig : Rahma_ar77
Sean Ronald Javindra, putra ketiga Eriel dan Edna ditugaskan daddynya ke Surabaya. Tas kecil satu satunya yang dia bawa tertinggal di toilet bandara. Untung dia sudah melewati bagian imigrasi.
"Sial," makinya kesal. Dia jadi ngga bisa menghubungi keluarga dan teman temannya, kaena ponselnya berada di dalam tas kecil itu.
Dia dengan sombong sudah menolak semua fasilitas daddynya karena ingin jadi orang biasa sebentar saja.
"Emang lo udah siap nerima hinaan?" cela Quin saat mengantarkannya ke bandara beberapa jam yang lalu.
"Yakin naek pesawat ekonomi?" ejek Theo mencibir.
"Jangan banyak protes ntar," sambung Deva dengan wajah mencelanya.
Sean malah terkekeh, menganggap enteng semua perkataan mereka.
Sekarang dia baru rasakan apesnya. Kaki panjangnya terasa pegal karena terpaksa di tekuk. Duduknya yang ngga bisa bebas karena kursinya berderet untuk tiga orang. Belum lagi tangis bocil yang ngga berhenti di depannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masih kencan
"Tuan muda Malik, saya sudah mendapatkan pesanan anda," tegur seorang laki laki berseragam pengawal. Di kedua tangannya sudah memegang banyak paper bag. Juga ada seorang lagi pengawal yang kedua tangannya juga dipenuhi dengan paper bag.
Kamu ngeborong? Satu alis Sean mencuat ke atas.
"Karena kamu majikan baru Se eh Javin, ini buat kamu. Anggap saja hadiah dari anak mantan bos Javin." Malik menyembunyikan wajahnya yang menahan tawa saat menunduk, mengambil salah satu paper bag dari tangan pengawalnya yang berada lebih dekat dengannya.
Sean hampir saja mendengus kesal.
Aku juga bisa beli.
"Terimakasih."
"Ini oleh oleh untuk mami dan tante tanteku," jelas Malik ketika melihat arah tatapan Ariella.
"Tidak bakalan kurang?" Ariella agak sungkan.
"Aku sengaja membeli lebih," senyum Malik yang membuat Sean muak.
Tumben dia mau beramah tamah dengan perempuan, sengit Sean dalam hati.
"Nona muda ku juga nanti bisa membelinya sendiri," judes Sean.
Ariella agak kaget mendengar suara ngga ramah Sean.
Dia memang sekurang ajar ini? Uugghhh..... Ariella menghela nafas.
"Sepertinya tinggal sedikit. Mungkin kalian akan kehabisan."
Hemmhh.... Tentu saja Malik menggunakan jalur vvipnya.
Rencananya dia juga akan menggunakan jalur itu.
"Javin bisa menggunakan jalur istimewa agar majikannya mudah mendapatkan koleksi yang dia mau, tanpa perlu antre."
Majikan gundulmu. Gerah juga mendengar kata itu berulang ulang diucapkan Malik.
"Kita bisa pergi sekarang."
"Kami pergi dulu," pamit Ariella.
"Silakan."
Malik lagi lagi tersenyum.
"Eh, sebentar. Aku mau ngomong dengan Javin. Nggak apa apa, ya, ngga bakal lama...."
Javin mengernyitkan keningnya
"Oh iya. Silakan."
"Tunggu di sini, ya," pesan Sean sambil menatap Ariella, kemudian berjalan mengikuti Malik. Kedua pengawal Malik masih berjaga di dekat Ariella.
Hampir saja Sean menampol Malik saking kesalnya setelah mereka berada cukup jauh dari keberadaan Ariella.
"Mo-nyet! Ngapain masih di sini?" maki Sean dengan volume suara tertahan.
Malik terkekeh pelan.
"Ini gaya supir? Paling sebentar lagi ketahuan."
"Huuu....," dengus Sean ngga peduli.
"Yang lain sudah pulang?" tanya Sean ketika Malik masih saja menertawakannya.
"Ya, mereka sudah kangen dengan istri istri mereka."
"Makanya cari istri."
Malik cuek aja dengan ejekan Sean.
"Aku mau nemenin Ariella dulu nyari koleksinya."
"Oh oke."
Dia sebenar nya mau ngomong apa, sih...., batin Sean ngga yakin hanya ini saja yang mau Malik omongkan.
"Terimakasih paper bagnya," sinisnya sebal.
"Sama sama."
Sean berbalik pergi, tapi baru selangkah saja dia melangkah, laki laki yang lebih muda itu memanggil namanya dengan benar.
"Bang Sean....."
"Ada apa?"
Malik agak bingung, apa dia harus mengatakannya atau tidak.
"Ngomong aja." Sikap Sean agak melunak.
"Sepertinya mamanya desainer itu mengenal daddy."
Sean terdiam. Itu dia! Dia juga merasakan hal yang sama. Karena menurut kakek neneknya, diantara kedua abangnya yang juga mirip.daddynya, ketengilannya yang paling mendekati.
"Dia mengatakannya langsung?"
"Tidak, dia hanya berkata apa aku mengenal Fazza?"
Sean manggut manggut.
"Tadi aku juga ketemu dengan wanita itu. Dia menatapku agak aneh."
"Nanti akan aku tanyakan pada daddy."
"Ya, aku juga akan nanya."
Malik tersenyum.
"Baik baik jadi supir, bang," ledek Malik sambil melangkah pergi.
"Hemm.....," dengus Sean sambil menjejeri langkah Malik yang berada di depannya.
Begitu sampai di dekat Ariella, Sean langsung menggamit lengan gadis itu.
"Ayo, sebelum kehabisan."
Ariella menganggukkan kepalanya pada Malik yang dibalas dengan senyum tipis.
Posesiv banget, bang, tawanya dalam hati.
Tanpa keduanya sadari, Eleanor-mama Liliana Aldrin, menatap keduanya dengan tatapan sangat tajam dan di dalam benaknya dipenuhi dugaan yang mulai dia yakini kebenarannya.
Mereka anak Fazza dan Eriel? Wajah cantiknya langsung tampak masam.
Walaupun dia tau kekasihnya ngga suka dia mengingat masa lalunya lagi, tapi dendam Eleanor sudah telanjur menyala.
*
*
*
"Terima kasih sudah membeli dalam jumlah yang sangat banyak."
Malik yang sedang berdiri di samping bagasi yang terbuka, karena kedua pengawalnya sedang sibuk memasukkan dan menata banyaknya paper bag ke dalamnya menoleh.
Satu raut wajah yang sangat cantik kini sedang tersenyum manis padanya.
"Keluargaku sangat menyukai desainmu."
"Keluarga besar, ya?"
Malik tersenyum, wajar saja si desainer bertanya. Belasan paper bag itu memang mengindentifikasikan begitu.
"Begitulah. Mereka sangat rame kalo lagi kumpul."
Liliana Aldrin tersenyum lagi.
"Kamu membuat daganganku cepat habis."
Malik tersenyum samar.
"Ku kira berkomunikasi dengan kamu harus menggunakan minimal bahasa Inggris."
"Kakek nenekku tinggal di sini."
"Ooo...."
"Tuan muda....," panggil salah satu pengawalnya.
"Sudah selesai?"
"Sudah tuan."
"Oke."
"Aku permisi, ya," sela Liliana.
Malik mengulurkan tangannya, isyarat perkenalan resmi.
"Namaku Malik."
Agak ragu Liliana Aldrin menyambut uluran tangan itu.
"Liliana Aldrin."
DEG
Sepasang mata gadis itu beradu dengan sepasang mata yang kelewat tajam, ketika tangannya digenggam erat. Hanya sebentar.
Kemudian tanpa kata Malik masuk ke dalam mobil yang sudah dibukakan pintunya oleh pengawalnya.
Liliana masih bergeming di tempatnya. Bahkan sampai mobil itu sudah melaju pergi meninggalkannya.
PUK
Satu tepukan lembut menyadarkannya.
Mamanya
"Sudah ketemu papa?"
"Belum, ma." Oh iya, dia baru ingat tujuannya.
Liliana sengaja turun ke parkiran eksklusif khusus pelanggan vvip dengan beberapa pengawal menjaganya dari jarak yang cukup jauh untuk mencari papanya.
Di sini tidak ada pencari berita dan hanya ada satu dua orang saja. Termasuk laki laki itu.
Pelanggan vvip diberi prioritas pertama berbelanja karya limited editionnya.
"Papa tidak ada di sini, mam." Tadi dia sempat mencari, tapi perhatiannya sempat teralih pada sosok laki laki yang pernah dilihatnya di mall tadi pagi.
Liliana terkesima melihat belanjaan laki laki itu hingga menegurnya karena merasa sangat dihargai.
"Mama juga tidak menemuinya. Papamu pasti sedang menemui kliennya." Eleanor sedang mengobrol dengan teman teman relasi suaminya ketika suaminya pamit pergi sebentar.
Karena merasa cukup lama ditinggalkan, keduanya bermaksud mencari keberadaan Leonel, karena telponnya menjadi ngga aktif.
"Sebaiknya kita menunggu papa di tempat tadi, mam," usul Liliana. Dia malah khawatir kalo papanya malah kebingungan mencari mereka.
"Oke."
*
*
*
"Serius kita bisa langsung masuk?" Ariella terkejut karena Javin dengan santainya melewati penjaga setelah menunjukkan sesatu di layar ponselnya.
"Iya." Dia sudah meminta maminya mengirimkan kartu saktinya hingga mereka bisa melewati antrian yang membludak ini.
Ariella merasa Javin menggenggam tangannya terlalu erat, tapi perasaannya malah terasa nyaman.
Di tengah tatapan iri pengunjung yang mengantri mereka memasuki ruangan mewah untuk kalangan prioritas, tanpa Arriella sadari, Calinda menatapnya dengan mata melotot.
Dia terlambat! Saat ingin memanggil nama sepupu menyebalkannya, sepupu dan supirnya sudah memasuki ruangan yang didambakan banyak orang yang mengantri di sini. Termasuk dirinya.
Dia punya kartu vvip? Pertanyaan itu terus berputar di dalam kepala Calinda.
yuk.... ke novel Malik.....
makan kerupuk 🍥 makan bubur 🥣
Ayuk... meluncur....🏃🏃🏃
pasti seru....🥰🥰🥰😍
kalo aq sih aliran realistis, cinta boleh logika hrs tetap jalan.. ketika aq menikah, 2 klrga jg mau ga mau terikat menjadi klrga, jauh seblm ketemu pasangan klrgalah yg sll ada dgn seluruh support systemnya, ada mantan suami, mantan istri tp tdk ada mantan orgtua dan saudara. klrgalah tempatku pulang.
thx u semua ceritamu lmyn menghibur disela2 deadline pekerjaan.. 👍
typo lgi thour??/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Chuckle//Chuckle//Chuckle//Chuckle//Chuckle/