"Oke, aku mau menikah dengan Kiara," putus pria.
"Alhamdulilah, aku sangat bahagia Bang mendengar keputusan kamu. Kak Ara pasti sangat bahagia karena bisa menjadi istri Abang," balas gadis itu dengan senyum sumringah, ia bahagia karena Kakak sepupu kesayangannya bisa menikah dengan pria yang dicintainya.
"Tapi aku ada syarat yang harus kamu lakukan."
"Katakan apa syaratnya Bang, aku bakal ngelakuin apapun agar Abang mau menikah dengan Kak Ara."
"Aku mau kamu jadi istriku, aku mau kamu menjadi istri pertamaku. Kiara tetap akan aku nikahi, tetapi dia akan menjadi istri keduaku." Mendengar ucapan dari pria yang ia panggil Abang barusan, jelas gadis itu kaget sekali. Bagaimana bisa punya ide gila seperti itu.
"Aku mau, Bang," putus gadis itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Donacute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 7
"Hai Dig, Manda," sapa Kiara. Digo mendekat ke Kiara, mengeluarkan sebuah kotak dari sakunya. Digo membuka kotaknya, ternyata berisi cincin yang sangat indah.
"Kiara Will You Marry Me." Kiara berusaha menyadarkan dirinya, yang ia lihat hanya mimpi ataukah nyata. Kiara meminta Manda mencubitnya, Manda menurut. Cubitan Manda terasa, yang berarti apa yang ia lihat adalah nyata. Digo benar-benar melamarnya, Kiara tentu sangat bahagia.
"Kiara Will You Marry Me." Digo mengulanginya lagi, Kiara mengangguk. Kiara langsung memeluk Digo, Digo hanya diam tidak menolak pelukan Kiara. Manda sendiri berusaha menguatkan dirinya, jujur ia cemburu. Manda tersenyum, padahal hatinya menangis. Namun, Manda harus kuat karena memang ini adalah pilihannya.
"Bun, Yah. Digo melamar Ara," kata Kiara dengan tersenyum sumringah. Aldo dan Keira bahagia, melihat putrinya bahagia. Digo menatap Aldo dan Keira.
"Saya Arieldigo Arendra Revano, melamar Kiara Alkie Nafasya untuk menjadikannya istri saya. Orang tua saya sedang dalam perjalanan kemari, mohon maaf karena saya harus melamar Kiara di rumah sakit. Tapi saya benar-benar serius pada Kiara, saya sudah mengenal Kiara sejak kecil. Saya rasa Kiara sangat pantang menjadi pasangan hidup saya," kata Digo. Semua yang Digo katakan adalah ajaran Manda, Manda ingin Kiara semakin bahagia karena diperlakukan romantis oleh Digo.
Kedua orang tua Digo masuk ke ruang rawat Kiara, Kiara semakin bahagia. Walau hanya di lamar di rumah sakit, tetapi Kiara tidak masalah.
"Bagaimana apakah lamaran putra kami di tolak atau di terima?" tanya Rakha mewakili putranya.
"Kami sebagai orang tua, menyerahkan semua keputusannya pada Kiara putri kami. Jika Kiara sudah setuju, kami pun pasti setuju," jawab Aldo.
"Nak Kiara apakah menerima lamaran putra Aunty?"
"Saya menerimanya Aunty," jawab Kiara dengan yakin.
"Kiara apakah aku boleh minta sesuatu sama kamu?" tanya Digo lembut, Kiara mengangguk, mengizinkan Digo meminta sesuatu padanya. Karena Kiara pasti akan berusaha melakukan atau memberikan apa yang Digo minta.
"Kita akan menikah agama dulu hari ini, besok kita akan mengantar kamu berobat ke rumah sakit singapure. Aku minta kamu jangan menolak, aku mau kamu segera sembuh. Setelah kamu sudah benar-benar sembuh, baru kita akan resmikan pernikahan kita. Kita akan membuat pernikahan impian kamu," kata Digo. Kiara mengangguk setuju, ia akan menuruti apapun yang Digo mau.
Setelah persiapan singkat, ruang rawat Kiara siap untuk jadi tempat akad nikah Kiara dan Digo. Aldo sudah datang bersama penghulu, dua dokter yang merawat Kiara akan menjadi saksi pernikahan Kiara dan Digo. Kiara juga sudah memakai kebaya seadanya, walau acaranya di rumah sakit. Keira tentu ingin menikah mengenakkan kebaya putih. Agar seperti pernikahan pada umumnya.
Dengan satu tarikkan nafas, Digo berhasil mengucapkan ijab kabul yang berarti Digo resmi menjadi suami Kiara. Kiara terus saja tersenyum bahagia, Manda mengucapkan selamat pada suami dan madunya. Manda pamit keluar dari ruang rawat Kiara ia tidak sanggup melihat kemesraan Digo dan Kiara setelah resmi menjadi suami istri, batinya menangis sejak tadi. Manda sudah menahan tangisnya, kini di toilet Manda mengeluarkan tangisnya.
Trissya melihat menantu pertamanya keluar ruang rawat, ia memutuskan untuk menghampiri Manda. Ia sangat tahu, pasti hancur sekali jadi Manda. Melihat suami yang baru dinikahinya kemarin, kini juga menjadi suami wanita lain. Mungkin jika ia yang ada di posisi Manda, pasti Trissya tidak akan sanggup.
"Menangislah sayang, Mom tau ini sangat berat bagi kamu. Tapi kamu kuat, Mom percaya kamu bisa menjalaninya. Ini semua pilihan kamu sayang, kamu orang sangat baik sekali. Mengorbankan kebahagiaanmu demi orang lain, pasti hidup kamu nanti akan bahagia." Trissya berusaha menguatkan menantu pertamanya, Manda yang memang sudah kenal dengan dengan Trissya. Tidak sungkan langsung memeluk erat Trissya sambil menangis.
"Makasih ya, mom. Sudah kuatin Manda."
Di ruang rawat Kiara, penghulu dan dokter yang menjadi saksi sudah pergi. Kini tinggal Digo, Kiara, orang tua Kiara dan Rakha. Kiara sejak tadi bergelayut manja di lengan Digo, aslinya Digo sangat risih, tetapi ia tidak mengkin menolak Kiara.
"Saya minta bahagiakan putri saya Kiara, karena kebahagiaan Kiara segalanya bagi saya," ucap Aldo.
"Pasti, Yah. Digo sekarang suami Kiara, membahagiakan Kiara adalah tugas Digo." Keira mendekati menantunya laly berbisik. "Bunda harap kamu bisa menjadi suami yang adil untuk istri-istri kamu, bisa mencintai Kiara sama seperti kamu mencintai Manda."
Digo mengangguk. "Digo akan berusaha, Bun."
***
"Sayang," panggil Digo saat baru masuk ke dalam kamar hotelnya. Melihat suaminya masuk kamar, Manda yang sejak tadi menangis berusaha terlihat tegas di depan sang suami.
"Loh Mas kok balik ke hotel? Bukannya Mas Digo harusya nginep di rumah sakit ya, nemenin istri Mas," kata Manda. Digo mendadak sebal, mendengar ucapan istrinya. Digo mendekati istrinya yang sedang duduk di meja rias. "Kamu kok ngomong gitu sih sayang, kamu juga istri Mas loh."
"Maaf."
"Mas pulang mau ganti baju, sekalian liat keadaan kamu. Kamu kok enggak pamit sih sayang, pulang dari rumah sakit. Kamu pulang sendirian ya tadi?" Digo begitu manis pada Manda, yang kini sudah menjadi istri. Kelak menjadi ibu dari anak-anaknya.
"Aku pulang diantar sama Mommy Trissya, sekalian Mommy juga harus buru-buru balik ke hotel. Karena mau siap-siap, kan Mommy Trissya sama Daddy Rakha harus segera balik ke Jakarta. Maaf, aku enggak pamit secara langsung, soalnya aku enggak mau ganggu Mas Digo sama Kak Ara. Kalian pasangan pengantin baru pastikan mesra-mesraan terus. Tapi aku pamit kok di Wa, pasti Mas Digo enggak cek ponsel nih " Digo mengangguk paham mendengar penjelasan istrinya. Manda memang benar, Digo tidak sempat mengecek ponselnya. Mencari Manda ke mana-mana tidak ada, Digo langsung terpikir mungkin Manda pulang duluan ke hotel. Ternyata memang benar.
"Besok-besok jangan gitu ya sayang, Mas khawatir soalnya. Izin langsung aja, kan tadi bisa bilang ada yang harus kamu bicarakan ke Mas. Pasti Kiara ngerti kok."
Masalahnya, Manda juga masih sangat cemburu. Makanya tidak mau kembali ke ruang rawat Kiara, bahkan untuk berpamitan dengan suaminya secara langsung. Jadi ia hanya mengirimkan pesan, pamit pada suaminya lewat chat saja.
Manda sejak tadi menunduk, menyembunyikkan mata sembabnya akibat menangis. Digo mendongakkan wajah Manda, ia melihat mata Manda sembab.
"Mata kamu kenapa sayang? Kok bisa sembab? Kamu abis nangis? Kenapa sayang? Kamu bisa cerita sama Mas, semua masalah kamu." Manda benci dengan ketidak pekaan Digo, jelaslah Manda menangis saat melihat langsung suaminya menikah dengan wanita lain. Sampai sekarang saja rasanya hati Manda masih perih sekali, tetapi ia harus berusaha kuat menjalani semua takdir hidup yang sudah dipilihnya.
"Tadi ada hewan masuk ke mataku, mataku perih terus nangis deh. Makanya sampai sembab gini," alibi Manda. Tidak mungkin juga Manda jujur, apa yang sebenarnya ia rasakan pada sang suami. Mumgkin ya, inilah resiko yang harus ia pilih.
"Kamu bohong sayang, Mas tau banget kamu. Kamu sangat tidak berbakat bohong, maaf ya udah nyakitin kamu dihari kedua pernikahan kita. Aku sebenarnya enggak mau seperti ini, maunya hanya kamulah istriku satu-satunya, tetapi semua Mas lakukan demi kamu. Demi kesehatan Kiara, yang sangat penting bagi kamu." Ternyata Manda salah, Digo pria yang sangat peka pada dirinya.
"Aku enggak papa, Mas. Mungkin aku belum terbiasa, makanya nangis. Nanti juga aku bakal terbiasa," balas Manda lembut. Digo menggendong istrinya, ia tidak akan melewatkan waktu bisa berduaan dengan istrinya.
***
Manda mengerjapkan matanya, ia melihat ke sampingnya. Ternyata Digo sudah bangun duluan, Manda berfikir mungkin Digo sudah pergi dari hotel, kembali ke rumah sakit lagi untuk menemani Kiara. Manda menghela nafas lalu bangkit dari kasur. Manda dan Digo memang baru saja melakukan hubungan suami istri, hingga mereka akhirnya ketiduran.
"Udah bangun, istri cantiknya Mas?" tanya Digo yang baru keluar dari kamar Mandi, Digo keluar dari kamar Mandi hanya memakai handuk di pinggangnya. Manda melihat hal itu, langsung buru-buru menutup matanya. Manda malu sekali melihat Digo dengan penampilan seperti itu, walau ia juga sudah melihat Digo tanpa sehelai benang pun.
"Belum berangkat, Mas?" Bukan menjawab pertanyaan suaminya, Manda malah bertanya kembali.
"Sebentar lagi nih sayang, Mas sengaja nunggu kamu bangun. Baru deh, Mas berangkat ke rumah sakit. Mas nginep di rumah sakit, oh iya besok kamu ikut juga ya ke singapure. Nganterin Kiara, enggak ada penolakkan, sekalian kita bulan madu di sana." Manda hanya bisa mengangguk setuju, apalagi suaminya sudah mengatakan enggak ada penolakkan.