Rea, wanita polos yang tidak paham soal begituan.
"Tuan, kenapa punya tuan jadi keras?"
"Astaga Rea, apa kamu belum pernah melihat yang seperti itu?" Rea menggeleng.
"Tuan kenapa buka-buka, saya malu!"
***
Kisah seorang wanita yang dijadikan sebagai penghangat ranjang majikannya dengan gaji yang mahal. Sebenarnya Rea ingin menolak, tapi mengingat jika sang ibu membutuhkan biaya untuk berobat akhirnya Rea pasrah.
Lalu bagaimana jika semakin lama Rea menggunakan perasaannya pada sang Tuan muda? Rasa cinta yang tidak seharusnya datang itu terus saja mengalir begitu deras.
Apakah Rea akan mendapatkan balasan dari Tuan Kenzo yang nyatanya memang sudah tertarik pada Rea sejak pertama kali bertemu.
Jangan lupakan jika Kenzo seorang Casanova yang sudah sangat berpengalaman dengan dunia wanita.
Simak kisah cinta rumit Kenzo dan Rea hanya di sini....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Navizaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Happy Reading.
Rea merasa gelisah, dia berusaha menghubungi adiknya sejak tadi tapi tidak tersambung. Padahal Rea ingin tahu bagaimana kondisi sang ibu. "Kenapa nomor Mea tidak aktif sih, bagaimana kondisi ibu sekarang?" Rea masih mondar-mandir tidak jelas di dalam kamarnya.
"Apa aku minta izin sama Tuan Ken buat jenguk ibu ya?" Tercetus ide seperti itu dan akhirnya Rea memantapkan dirinya menemui Tuan Ken yang Rea pikir mungkin belum tidur.
Perlahan Rea membuka pintu kamarnya, dan berjalan perlahan ke arah kamar Tuan Kenzo yang berada di tengah-tengah. Rea berdehem sebentar untuk menetralkan detak jantungnya yang tiba-tiba berdegup kencang.
'Mudah-mudahan Tuan Kenzo tidak marah!'
Rea mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu kamar Tuan Ken, akhirnya pintu itu terketuk dua kali sebelum Rea memanggil sang empunya kamar.
"Tuan, maaf sebelumnya, saya ingin bicara pada Tuan," ucap Rea sedikit keras agar didengar oleh Kenzo.
Tapi setelah beberapa detik masih tidak ada jawaban, apakah Tuan Ken sudah tidur, tapi ini masih jam 8 malam, belum waktunya tidur untuk Tuan Ken. Batin Rea bertanya-tanya.
Akhirnya dia urungkan niatnya malam ini, berharap jika besok dia bisa mendapatkan izin. Rea memutuskan untuk pergi ke dapur, dia akan membuat kopi untuk menghilangkan rasa gelisah dihatinya karena tidak bisa menghubungi sang adik.
Padahal Rea benar-benar ingin tahu bagaimana kondisi ibunya saat ini.
"Eh, tadi aku lihat Tuan Ken pergi keluar dan dijemput seorang wanita, aku baru liat wanita itu, cantik banget!"
"Ssttt, jangan keras-keras, bukankah sudah di bilang jangan pernah membicarakan majikan kita meskipun tidak ada, lihat tuh di atas banyak CCTV dan juga alat penyadap yang terjun langsung dengan komputer Tuan Ken, jadi sekarang tutup mulutmu kalau tidak ingin di pecat!"
Rea mendengar bisik-bisik itu, tidak jelas memang, tapi Rea mendengar dengan baik. Dan dari itu dia tahu jika Tuan Ken ternyata sedang tidak ada di rumah.
'Jadi Tuan Ken pergi bersama wanita? Siapa ya? Kenapa aku nggak suka mendengarnya!' Rea memukul keningnya, mencoba untuk menjadi waras lagi karena tiba-tiba pikirannya jadi eror.
'Itu bukan urusanku, terserah Tuan Ken mau pergi dengan siapa, kenapa aku jadi mikir gitu sih?'
Akhirnya Rea tidak jadi ambil minum dan lebih memilih untuk masuk ke dalam kamar untuk istirahat. Dari pada dia pikirkan yang enggak-enggak dan tidak patut untuk dia pikirkan.
*****
"Kenapa kau mengajak ku kemari Andien? Bukankah kau mengatakan jika kita akan bertemu dengan temanmu yang akan bekerja sama denganku?" ujar Kenzo menatap wanita didepannya ini dengan tatapan tajam.
Tangannya sudah mengepal erat hingga urat-urat dipunggung tangan terlihat jelas menonjol.
"Aku memang mengatakan begitu dan dia ini temanku yang akan bekerjasama dengan mu, Ken!" Andien menunjuk seorang wanita yang kini berdiri dari duduknya.
Wanita itu menyambut kedatangan Kenzo dan Andien dengan senyum ramah. "Hai, apakah Kenzo? Sudah lama sekali kita tidak bertemu ya? Aku harap kamu selalu sehat dan baik-baik saja," ujar wanita itu dengan tatapan sendu.
Rahang Kenzo mengeras, entah kenapa responnya seperti ini setelah melihat wanita dihadapannya ini.
"Ken, duduklah dulu," Andien menyentuh lengan Kenzo dan menariknya untuk duduk di depan wanita tadi. Kenzo membuang muka, berusaha menetralkan emosi yang tiba-tiba memuncak, dia takut jika penyakitnya kambuh saat melihat wanita di masa lalunya itu.
"Apa yang ingin kau tawarkan padaku mengenai kerja sama?" Tanya Kenzo yang kali ini menatap wanita yang menjadi cinta pertamanya. Wanita yang mengenalkan akan dunia kelam seperti ini.
"Aku memiliki tanah di Semarang, lumayan cukup luas, aku ingin kita menggunakan tanah itu untuk membangun pabrik, kau bisa membangun pabrik otomotif di sana, aku hanya menawarkan hal itu, selebihnya terserah kau saja, aku juga tidak akan memaksa," jawab wanita itu lembut.
Masih sama seperti dulu, Kenzo merasa tidak pernah ada yang berubah dengan wanita itu. Ya, dia adalah Larasati Anjani. Wanita yang meninggalkan Kenzo begitu saja dan sekarang kembali dengan rasa tidak bersalahnya.
"Lalu, apa untungnya buatku, aku bisa membeli tanah dimanapun aku mau dan bahkan aku bisa membeli tanah di luar negeri, di mana disana bakal menguntungkan untuk ku, sekarang aku bertanya padamu, dimana letak keuntungan ku jika aku membangun pabrik ku diatas tanah milikmu?"
Anjani langsung menunduk ketika Kenzo mengatakan hal itu sambil menatapnya tajam. Wanita itu juga tidak akan mau bertemu dengan Kenzo lagi kalau tidak terdesak. Dia bahkan tidak pernah memikirkan jika tanggapan Kenzo akan seperti ini. Apakah pria itu masih memiliki dendam dan kemarahan untuknya, sehingga yang dilihat Anjani hanyalah sebuah mata menyala penuh kebencian.
"Aku memang tidak akan bisa memberikan banyak untung, tapi setidaknya dengan bekerja sama denganmu, bisa membantu keuangan keluarga ku, Ken!" Jawab Anjani, dia berusaha menghilangkan kegugupannya setengah mati. Dia juga takut dengan tatapan Kenzo, karena sepertinya kepergiannya dulu telah menorehkan luka dihati pria tersebut.
Andien yang melihat kedua orang yang pernah bersama itu sedang bersitegang akhirnya memutuskan untuk melipir sebentar. "Ehmm, aku mau ke toilet dulu," ujar Andien yang kemudian berdiri dari duduknya dan berjalan cepat ke arah kamar mandi.
"Huhf, sebenarnya ini bukan ide yang bagus, karena aku memilih membantu Anjani, tapi melihat keadaan wanita itu yang sangat membutuhkan Kenzo, aku jadi tidak tega!" Gumam Andien saat sudah masuk ke dalam toilet.
Andien adalah sahabat Kenzo dan Anjani, wanita itu mengetahui bagaimana kisah perjalanan cinta keduanya, hingga sampai Anjani memutuskan untuk pergi meninggalkan Kenzo. Entah alasannya apa? Andien juga tidak tahu.
****
"Ken, maaf! Aku tahu kau masih marah padaku, aku memiliki alasan kenapa waktu itu aku pergi dan tidak berpamitan padamu, dan sekarang aku datang dengan tidak tahu diri dan meminta tolong padamu," ujar Anjani menunduk.
Tiba-tiba matanya menetas, dia tidak bisa untuk tidak menangis kali ini. Anjani merasa begitu bersalah pada Kenzo, dia ingin meminta maaf dan menceritakan semuanya. Tapi Anjani tidak bisa, dia tidak bisa menceritakan alasan apa dan kenapa dulu meninggalkan Kenzo.
Sedangkan Kenzo sendiri masih terdiam tanpa mau menatap ke arah Anjani. Kenzo meraba hatinya sendiri, apakah dia masih memiliki rasa terhadap wanita didepannya ini.
"Ken," Kenzo tersentak ketika tangannya di genggam oleh wanita itu. Anjani yang melihat hal itu pun langsung melepaskan pegangan tangan nya.
"Nanti kau bisa bicarakan dengan sekretaris ku, aku harus segera pulang, seseorang sedang menunggu ku!" Kenzo langsung berdiri dan berjalan keluar dari restoran itu.
Pria itu mengambil nafas dalam-dalam untuk mengisi paru-parunya yang sejak tadi terasa sesak. Kenzo menghubungi sopirnya untuk datang ketempat itu beberapa menit yang lalu saat dia masih duduk didalam restoran.
Tiba-tiba tangannya bergetar, ini yang Kenzo takutkan, dia Tremor lagi. Kenzo berusaha menguasai dirinya sendiri, berbagai cara Kenzo lakukan agar dia tetap sadar sampai akhirnya mobil Kenzo datang untuk menjemputnya.
aku udah ikut deg 2kan...nanggung authorr..../Facepalm/