Arman berselingkuh dari istrinya karena cinta masalalu yang hadir ditengah rumah tangga yang mulai dia bina. pernikahan karena perjodohan itu awalnya tak dia terima dengan baik sampai akhirnya dia mulai menyadari kesalahannya dan ingin memperbaiki nya tapi sang Istri Aurora akhirnya menyerah dan pergi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rania Datang Kerumah Arman 1
Keesokan harinya mereka kembali menjalani rutinitas yang berbeda karena setelah Melahirkan aurora belum bisa menunaikan kewajibannya sebagai istri yang melayani urusan ranjang suaminya. Tapi tetap melayaninya sebagai untuk keperluan biasanya.
"Kakak akan pulang jam berapa?? Bisakah aku menitip sesuatu??
" Aku belum tahu dek, memang kenapa?? Dan mau titip apa memangnya?? Tanya Arman dengan heran.
"Aku menitip beberapa keperluan bayi dan keperluanku, itupun jika kakak tidak keberatan".
" Baiklah, kamu chat kakak saja apa yang harus dibeli dan serta gambarnya kalau ada supaya tidak salah beli". Ucap Arman mengelus sang anak yang baru dilahirkan itu.
"Terima kasih ya kak". Aurora mencium tangan suaminya karena suaminya akan berangkat bekerja".
" Sama-sama dek, kamu kan baru melahirkan wajar belum bisa ngapa-ngapain, Jadi tidak apa meminta bantuan kakak".
Arman meninggalkan sang istri dan juga anaknya tapi sebelum pergi dia mncium kening istri dan juga anaknya bergantian. Setelah suaminya pergi tidak lama terdengar suara bel berbunyi.
Ting nong.. Ting nong.. Suara Bell berbunyi membuat sang empunya keluar untuk membukakan pintu.
" Maaf mba cari siapa yah?? ". Tanya Aurora dengan penasaran sebab dia tidak mengenal perempuan dihadapannya ini.
" Oh.. Ternyata kau Istri dari Arman?? ". Sang tamu memandangnya dengan tatapan meremehkannya.
Aurora merasa sangat risih karena ditatap seperti itu, hanya saja dia berusaha menyambut tamu dengan baik karena biar bagaimanapun memulihkan tamu itu kebaikan.
" Iya mbak, saya istri kak Arman, maaf mba siapa yah??". Tanyanya dengan sopan
"Apa saya tidak dipersilahkan masuk dan terus berdiri diluar seperti ini??
Aurora menghela nafas, seperti nya dia akan berurusan dengan perempuan aneh dihadapannya ini. Padahal dia tidak mengenalnya sama sekali.
" Maaf mbak silahkan masuk, tadi saya bertanya pada mbak karena saya tidak mengenal sama sekali mbak ini".
"Kita bicara saja didalam, itu jauh lebih baik bukan??". Perempuan ini berjalan masuk tanpa disuruh membuat Aurora menyipitkan matanya tanda tidak senang dengan kelakuannya, tapi tetap mengikutinya masuk kedalam.
Setelah mereka berada didalam ruang tamu, Aurora langsung mengambilkan minum dan beberapa cemilan untuk tamu.
"Silahkan diminum mbak!!". Aurora menyuguhkan minuman dan makanan ringan dihadapan tamunya itu.
Rania menatap intens perempuan yang ada dihadapannya ini, dia sangat penasaran wajah dibalik cadarnya itu. Tapi dari tangannya dia perempuan berkulit putih dan matanya indah dengan bulu mata lentik.
"Oke, saya tidak mau basa-basi, saya Rania kekasih Arman dan saya mau kamu membiarkan dia menikahi saya". Rania berkata to do point tanpa menghiraukan betapa terkejutnya Aurora.
Aurora menyipitkan matanya tanda sekarang dia tengah emosi.
" Baiklah jika mbak bilang seperti itu, bagaimana jika kita mendengarkan penjelasan dari kak Arman dan kedua orang tuanya karena saya tidak bisa mengambil keputusan jika tidak mendengar semuanya". Aurora mengepalkan tangannya walau dia terlihat tenang tapi dia tengah menahan emosinya.
"Kamu ini ternyata manusia tidak bisa hanya diberitahu yah!! ". Bentak Rania dengan keras.
Aurora menggelengkan kepalanya tersenyum kecil dibalik cadarnya.
" Dengar mbak, saya istri sah dari Arman, pernikahan bukan permainan yang seperti hewan yang asal menikah saja karena tidak hanya peraturan negara, tapi juga harus sesuai dengan agama". Aurora menjawab dengan tenang karena tahu orang dihadapannya ini adalah perempuan yang berusaha merusak rumah tangganya.
"Sialan kau, jangan bangga karena menikah dengannya karena pada akhirnya akulah yang akan dia pilih menjadi pendampingnya!! ". Umpatnya dengan kasar.
" Seperti nya mbak orang yang tidak memiliki pendidikan karena mulut dan tingkah mbak tidak mencerminkan etika yang baik saat berkunjung kerumah orang". Ucapan Aurora menyulut emosi membara dalam diri Rania, dia ingin maju menjambak Aurora tapi sebelum dia mendekat kan tangannya lebih dulu ditangkap dan dipelintir oleh Aurora.
"Sejak tadi saya menghormati anda saat tindakan anda yang tak sopan, mulai dari cara anda berbicara bahkan masuk ke rumah orang tanpa dipersilahkan bukankah itu memang manusia tidak punya etika?? ". Aurora mendorong kasar tangan Rania sehingga dirinya hampir saja terjerembab ke lantai jika tak berhasil menahan bobot badannya.
" Sialan kau, kau sangat kurang ajar ternyata, padahal dirimu orang paham agama dan bercadar pula". Geramnya karena tidak terima karena didorong kasar seperti itu.
Aurora tersenyum kecil bahkan sedikit tertawa mendengar perkataan Rania yang sangat lucu menurutnya.
"Saya hanya menghormati dan menghargai orang yang layak dihormati dan dihargai, bagaimana saya bisa menghargai anda jika anda saja bersikap tidak sopan kepada saya sejak anda masih diluar rumah??
" Kau". Geramnya, dia tidak terima diejek seperti itu.
"Jangan meminta dihargai tapi tidak bisa menghargai mbak, jika mbak pikir aku perempuan yang mudah mbak tindas karena penampilannya saya, mbak salah karena akan melawan mbak apalagi jika saya tidak berbuat kesalahan".
" Saya memintamu baik-baik untuk mengizinkan Arman menikah denganku apa susahnya!! ". Jengkelnya lagi.
Aurora terkekeh melihat tingkah percaya diri perempuan dihadapannya ini.
" Maaf yah mbak kan tadi juga saya katakan, jika kita tunggu penjelasan kak Arman dan orangtuanya agar jelas, lagian yah biasanya lelaki yang mengejar perempuan untuk dinikahi, lah mbak malah maksa orang untuk dinikahi, aneh banget". Ejeknya sekaligus menegaskan kepada Rania siapa dirinya.
"Tapi saya kekasih Arman sejak dulu dan dia berjanji untuk menikahi saya dan kami sudah tidur bersama beberapa kali, saya tidak mungkin melepaskannya begitu saja". Hardiknya dengan kasar.
Aurora mengangguk pelan walau dalam hatinya seperti tertusuk paku dan dipukul dengan palu sangat sakit rasanya mendengar pengakuan itu. Tapi dia harus menanyakan kebenaran nya terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan.
"Seperti saya bilang, mari kita dengarkan perkataan kak Arman dan orangtuanya, sepertinya mbak tidak mau mereka tahu akan kehadiran mbak, lagian yah mba jika memang seperti itu, tidak mungkin jika ayah dan bunda kak Arman malah menikahkan anaknya dengan orang lain bukan sama mbak". Entengnya tepat sasaran.
Wajah Rania berubah pucat seketika mendengar penuturan istri Arman itu, dia tidak menyangka akan mendapatkan perlawanan sengit dari wanita yang dia anggap lemah itu.
"Daripada kita bertengkar, biar saya hubungi kak Arman dan kedua orangtuanya untuk kemari supaya semuanya jelas, agar mbak mendapatkan hak mbak dan saya juga tidak berprasangka buruk kepada mbak, bagaimana??". Tantang Aurora dengan tenang walau setiap katanya terasa sangat dingin apalagi tatapan mata dibalik cadarnya itu.
"Baiklah, aku setuju silahkan telpon mereka untuk datang agar permasalahan ini cepat diselesaikan". Ucapnya dengan sombong walau dalam hatinya terasa takut dan ketar-ketir.
" Baiklah tunggu sebentar, silahkan duduk lagi sambil menunggu". Aurora mengambil handphonenya yang berada diatas meja untuk menghubungi suami dan kedua mertuanya.
Rania menurut, kini dia sangat cemas dengan reaksi Arman dan kedua orangtuanya terhadapnya, bagaimana jika seandainya mereka menolak untuk menikahkannya dengan Arman