Mars Reviano, seorang duda yang akan kembali menikah dengan wanita yang di jodohkan oleh orang tuanya. Sayangnya, di hari pernikahannya calon mempelai wanita tak datang. Situasi sungguh kacau, pernikahan tak bisa di batalkan begitu saja.
Hingga tiba-tiba, kedatangan seorang gadis memakai gaun pengantin mencuri perhatiannya. Aurora Naomi, sosok gadis cantik pemilik senyuman indah. Ia tak sengaja masuk ke dalam gedung acara pernikahan Mars karena menghindari kejaran polisi yang ingin menilangnya.
Entah kebetulan atau tidak, Aurora merupakan keponakan dari asisten pribadi kakek Mars. Mengetahui nama Aurora dan calon mempelai wanita sama, kakek Mars langsung meminta asistennya untuk menikahkan keponakannya dengan cucunya.
"Kenapa Tuan Planet mau menikah denganku?"
"Jangan panggil saya planet! Itu sangat mengesalkan!"
Si gadis pecicilan yang bertemu dengan duda dingin? Bagaimana akhirnya? Di tambah, seorang bocah menggemaskan.
"Ibu tili? Woaah! tantiknaa ibu tili Alkaaan!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan memasak, jika kamu akan terluka
Maid mempersiapkan makan malam yang sudah siap di atas meja makan. Mars dan Evano pun datang dan langsung menarik kursi mereka. Tak lama, Julia datang sembari membawa piring karakter milik Arkan dan meletakkan di meja. Melihat sang mama yang datang seorang diri, membuat Mars heran.
"Aurora mana Ma?" Tanya Mars.
"Aurora ... nah tuh dia." Unjuk Julia pada gadis cantik yang berjalan menghampirinya dengan rambut yang tergulung ke atas.
"Duduk disini, yang di dapur biar Maid yang bawakan." Pinta Julia menarik kursi kosong tepat di sebelah Mars.
Aurora mengangguk sembari tersenyum lebar, ia lalu mendudukkan tubuhnya dan menatap hidangan yang tersedia. Ada rasa puas dalam hatinya setelah selesai membantu mertuanya memasak. Ternyata, tidak membosankan juga.
"Terima kasih kamu sudah mau menemani mama memasak." Ucap Mars secara tiba-tiba.
Senyuman Aurora luntur sejenak karena terkejut atas perkataan suaminya itu. Namun, senyumannya kembali mengembang, "Sama-sama." Sahutnya.
"MOMMY LOLAAAA!!" Aurora dan Mars reflek menatap Arkan yang baru saja datang. Pria kecil itu langsung berlari ke arah kursinya. Kursi Arkan berbeda, tampak lebih tinggi dari yang lainnya agar bocah menggemaskan itu mudah menggapai meja.
Melihat kursinya yang berada jauh dari Aurora, Arkan pun segera menggesernya. Kursinya tak ringan, tapi tak berat juga. Namun, Arkan bisa menggesernya dengan mudah. Mars hanya menatap apa yang putranya itu lakukan.
"Daddy, geceeel kulcinya! Alkan mau diciniii!" Pinta Arkan.
"Enggak, kamu di sebelah Opa aja sana!" Balas Mars tak mau kalah. Evano yang melihat pemandangan di depannya tersenyum penuh arti. Pria itu meraih gelas air putih miliknya dan meminumnya.
"Ekheeee! Alkan mau di cebelah mommy tilina Alkaaaaan! Daddy gecel canaaa! Cali mommy tili cendiliii!"
"UHUK!" Evano tersedak air putih yang dirinya minum, pria paruh baya itu begitu syok dengan perkataan cucunya. Ia langsung melirik istrinya yang melirik tajam padanya.
"Yang ngomong Arkan, kenapa aku yang di tatap seperti itu." Gumam Evano.
"GECEEEL NDAAA!" Mars tak mau mengalah, Arkan pun menjadi kesal padanya.
"Sudah jangan ribut, sini ... kakak pangku Arkan saja yah."
"Kok kakak? MOMMYYY! MOMMY TILINA ALKAAAAN!" Pekik Arkan tak terima.
"Iya-iya, mommy pangku ayo." Aurora memundurkan kursinya, ia meraih tubuh gembul Arkan dan mendudukkannya di atas pangkuannya. Senyuman Arkan merekah, ia menatap sang daddy dengan tatapan penuh ledekan.
"Biarkan dia duduk sendiri, jangan di pangku!" Titah Mars dan berniat akan menggendong putranya. Hanya saja, Arkan langsung merapatkan lengannya agar Mars tak bisa menggendongnya. Sudah seperti anak bebek yang ingin berenang di sungai.
"Nda boleeeeh!"
"Sudah, biarkan. Tuan Planet makan saja, biar Arkan bersamaku." Ucap Aurora.
Evano dan Julia saling pandang, keduanya begitu kaget mendengar nama panggilan Aurora pada putra mereka. Mars yang mendengar nama panggilan Planet kembali membuatnya menahan nafas sabar.
"Sudah-sudah, ayo makan. Mama panggil kakek dulu." Ujar Julia dan berlalu pergi memanggil mertuanya.
"Aurora, ambil saja yang kamu suka. Jangan sungkan-sungkan disini, semua milik suamimu adalah milikmu." Ucap Evano pada menantunya itu. Aurora mengangguk, ia langsung meraih nasi dan juga lauknya.
"Ini piring Arkan." Ujar Mars sembari memberikan piring berkarakter itu pada istrinya. Walau ia memberinya dalam keadaan setengah hati akibat kejadian tadi.
Senyuman Arkan luntur, ia menggeser piring karakter miliknya. "Mau makan cama Mommy, belduaaaa! Gecel pilingna, di pake Daddy aja nda papa. Alkan mau di cuapi mommy Alkan." Ia menatap polos ke arah Mars yang tengah menatapnya tajam.
Evano terkekeh kecil tanpa suara melihat putranya yang terus berdebat dengan cucunya hanya Karena menantunya. Tak pernah Evano kira, jika menantu barunya itu akan membuat suasana menjadi seasik ini.
"Oke, kita makan. Ayo, mommy suapi. Arkan bisa makan apa aja kan?"
"Heum! Cemuaaaa, Alkan makan!"
Aurora mulai menyuapi Arkan, lalu berlanjut ke dirinya. Mars hanya bisa memandang mereka tanpa berniat memakan makan malamnya. Apalagi saat melihat tatapan putranya padanya, Mars terlihat semakin kesal entah karena apa. Namun, tatapan Mars berubah saat melihat luka akibat percikan minyak yang ada di tangan Aurora.
"Waaah, Arkan langsung minta di suapi mommy yah." Seru Tuan Mark yang baru saja datang dan langsung duduk di kursinya.
"Iya, kakek cali ibu tili cendili aja bial di cuapi." Saran Arkan yang membuat Evano dan Tuan Mark tertawa. Arkan tidak tahu dengan jelas arti kata ibu tiri. Dirinya masih belum paham, tapi melihat perlakuan Aurora padanya membuatnya berpikir ibu tiri tidak lah seperti apa yang dirinya bayangkan.
"Apa Aurora yang masak ini semua?" Tanya Tuan Mark yang mana membuat Aurora terkejut.
"Itu ...."
"Iya, Aurora yang masak. Pa, ini piringnya." Julia datang dan memberikan piring untuk mertuanya itu.
Tuan Mark tersenyum, "Baguslah kamu bisa memasak. Kami bisa memperkerjakan banyak Maid, tapi soal memasak menantu ikut turun tangan. Bisa di bilang, keluarga ini menuntut para menantunya bisa memasak. Tidak harus beberes rumah, karena ada Maid yang mengerjakannya. Tapi untuk memasak, menantu harus bisa melakukannya." Terangnya.
Aurora tersenyum hambar, "Coba dari awal bilang di tuntut untuk bisa memasak, gak mau aku nikah sama si Mister Planet satu ini." Batin Aurora.
.
.
.
Selesai makan malam, Arkan mengajak Aurora ke kamarnya. Bocah menggemaskan itu memperkenalkan mainannya satu-satu pada Aurora. Bukan hanya jenis mainannya, tapi juga nama yang Arkan sematkan pada mainannya itu. Aurora mendengarnya juga sampai bosan, tapi ia tak mau mengecewakan Arkan.
"Mainan Alkan banyak kan mommy?!" Seru Arkan sembari menghampiri Aurora yang duduk di tepi ranjang kecilnya.
"Banyak! Banyaaak banget! Hebat yah, keren!" Puji Aurora sembari menahan kantuknya.
"Iya lah, Alkan kelen! Nda kayak daddy, magel telus."
"Ekhem!" Arkan dan Aurora terkejut dengan kedatangan Mars secara tiba-tiba.
Arkan langsung menyembunyikan wajahnya di lengan Aurora, karena takut sang daddy marah setelah mengatakan yang tidak-tidak tadi.
"Ada apa?" Tanya Aurora.
"Ikut dengan saya, biarkan Arkan tidur." Ajak Mars.
"HIII! MOMMY LOLA CAMA ALKAN TIDULNAAA!"
"Arkan! Jika kamu tidak menurut, Daddy akan bawa mommy Aurora mu ini pergi!" Ancam Mars.
Nyali Arkan menciut, ia segera naik ke atas ranjangnya dan merebahkan tubuhnya. Aurora merasa jadi serba salah, ia tak tega meninggalkan Arkan.
"Nda papa Mommy, Alkan bica tidul cendili. Becok Daddy kelja, kita main cehalian nda ucah ajak Daddy." Bisik Arkan dengan senyuman mengembang.
"Bagaimana kalau aku disini saja sama Arkan?" Tawar Aurora pada suaminya itu.
Mars berdecak kesal, ia langsung meraih Aurora dalam gendongannya dan membawanya pergi. Arkan terdiam mematung melihat sang daddy menggendong sang mommy dan membawanya pergi keluar dari kamarnya.
"HEEEI! TURUNKAN AKU!"
Mars membawa Aurora ke kamarnya, ia menurunkan tubuh istrinya itu di atas ranjang dan langsung mengunci pintu. Aurora bergegas mengambil bantal dan mengarahkannya pada Mars yang akan mendekatinya.
"Ja-jangan aneh-aneh yah!"
Mars tak memperdulikan ancaman istrinya, pria itu berjalan mendekati nakas dan mengambil kotak putih dari sana. Lalu, pria itu duduk di tepi ranjang. Aurora bergerak menjauh, khawatir Mars berbuat lebih padanya.
"Kemarikan tanganmu!" Pinta Mars.
"Hah?!"
"Ck ...." Mars menarik tangan Aurora, ia melihat jelas luka bakar yang ada di tangan istrinya itu. Dengan cekatan, Mars segera mengobatinya.
Aurora di buat tertegun dengan apa yang yang Mars lakukan padanya. Sejenak, ia menatap wajah tampan Mars yang sedang terlihat serius memberikan salep pada lukanya.
"Jika tidak bisa memasak, jangan masak lagi. saya tidak akan menuntut mu untuk bisa memasak jika berakhir kamu terluka seperti ini."
Deghh!!
__
Hmmm mana nih yang kemarin bilang Mars cuek banget, sugar daddy nya gak peka😂 Sugar daddy coba😭😭
lanjutttt ,,,,
klo pun dokter nya cakep cakep y biarin aj laah, itung itung cuci mata cuci otak..pikiran jd lebih fresh kaan 😅
tanda tanda cemburu tuh Mars 🤭
klo daddy ngejailin telus, caliin mommy cuami balu Kaan bial daddy nya kapok ngejailin kamu 🤣
mana ada Alkaan pelut campe melocot gala gala lapal,,ada jg belnyanyi pelut nya..🤦♀️🤣🤣
klo mommy nambah suami lg berarti Alkan g bakalan jd anak nya mommy Lola lg, Alkaaaan..🤦♀️🤦♀️
liat tuh wajah daddy berubah gaaa? 😁
emg adik nya paman g ada rasa bersyukur nya d kelilingi kluarga yg menyayangi nya...🤦♀️