Sahira Gadis cantik ramah dan murah senyum, namun tak banyak yang tahu di balik senyum manisnya, dia banyak menyimpan luka.
Terlahir dari keluarga kaya raya tidak membuat Sahira hidup bahagia, dia di abaikan oleh ke dua orang tuanya.
Sahira selalu di suruh mengalah dari adik perempuannya.
Kekasih yang sangat dia cintai ternyata sudah berselingkuh dangan adik kandungnya sendiri, dan itu di dukung oleh orang tuanya, tanpa melihat perasaan Sahira yang hancur
Dan lebih sakit lagi, Sahira di paksa menikah dengan laki laki yang tidak di ketahui asal usulnya.
Bagaimana kelanjutan kisah sahira, yuk.... Ikuti ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
"Kemana aja lu bro beberapa hari menghilang, noh pada nyariin lu." ujar Toni saat Galang datang ke basecamp mereka.
"Ada, gue lagi sibuk." sahut Galang cuek, dan mendaratkan bokongnya di kursi.
"Cih, sibuk apa lu, gegayaan banget." cibir Toni meledek Galang.
"Sibuk nemanin bini gue shoping." aku Galang.
"Hahaha.... Gaya gaya punya bini, lagi mimpi lu, bangun! udah siang ini." kekeh Toni tertawa lebar, dia memang belum tau klau Galang sudah menikah.
Galang hanya menatap males ke arah Toni.
"Ada apaan lu nyuruh gue datang ke sini? " to the point Galang, tadi Toni menghubunginya.
"Ohh, itu katanya lu lagi ngincer tanah kosong di jalan merpati ya? " tanya Toni serius.
"Iya, benar. " santai Galang, dia malah fokus melihat hpnya, karena di sana ada foto sang istri yang dia ambil secara diam diam dan juga ada foto mereka berdua, sengaja Galang minta untuk foto berdua dengan sang istri."
"Itu punya tetangga gue, dia mau jual tanah itu." ujar Toni.
"Bukannya kemaren dia ngak mau ngelepasin tanah itu." sahut Galang menatap Toni.
"Tadinya sih begitu, karena itu tanah warisan orang tuanya, peninggalan satu satunya dari orang tua si bapak, cuma dia sedang butuh uang, anak mereka sedang sakit di rawat di rumah sakit." tutur Toni.
Galang mengangguk anggukan kepalanya tanda mengerti.
"Emang lu mau buka apaan di sana? " kepo Toni.
"kepo lu." kekeh Galang.
"Ck, menyebalkan." kesal Toni, Galang hanya terkekeh saja melihat wajah kesal temannya itu.
"Oh, iya siapa yang nyari gue? " tanya Galang
"Anak anak lah, kemana bapak moyangnya ngak nongol nongol, pada rindu sama lu, soalnya malam minggu nanti ada balapan sama genk kobra lu mau ikut? " tanya Toni.
"Ntar lah, gue tanya bini gue dulu, klau di izinin gue ikut, klau ngak ya ngak ikut." santai Galang.
"APA...!!! lu benaran udah nikah? " kaget Toni.
"Emang lu pikir ada tampang gue bohong! " kesal Galang.
"Ya ngak sih, tapi kok ngak ada angin, ngak ada hujan lu tiba tiba udah nikah aja, mana kita kita ngak di undang lagi, parah lu jadi teman." oceh Toni menatap jengkel kearah Galang.
"Sorry, ini terjadi dadakan, jadi gue ngak sempat ngasih tau lu, nanti kapan kapan gue kenalin sama bini gue." ucap Galang.
"Trus si Dini apa kabar, dia udah suka lu dari lama loh, lalu gimana sama orang yang lu cari? apa lu udah ngelupain dia? " tanya Toni bertubi tubi.
"Apa urusan gue sama Dini, gue ngak pernah jadian sama dia, ngobrol aja juga jarang, lagian gue juga cuma menghargai Rio aja sih berteman sama dia, tapi klau dia suka sama gue itu sih gak dia, tapi gue ngak pernah suka sama dia!" tekan Galang, "untuk orang yang gue cari, semua sudah usai, karena sekarang gue sudah punya istri." santai Galang.
"Wahhh... Penasaran gue sama istri lu, secantik dan sebaik apa dia sampai sampai dia bisa meluluhkan gunung es ini, bahkan seorang Dini yang cantik dan sexi aja ngak pernah lu lirik." kekeh Toni.
"Istri gue sangat cantik dan baik hati pastinya." puji Galang.
"Ayo, anter gue ketemu sama yang jual tanah, gue mau temuin sekarang." pinta Galang.
"Siap Bos! " semangat Toni.
Mereka mengendarai motor masing masing ke rumah orang yang mau jual tanah itu, karena Galang yang memintanya, karena sepulang dari sana, Galang mau lansung menjemput sang istri.
"Ini rumah nya." tunjuk Galang ke sebuah rumah sederhana namun masih asri.
Galang mengangguk tanda mengerti.
Tok...
Tok...
"Assalam mu'alaikum." ucap salam dari Toni.
"Wa'alaikum salam." jawab seseorang dari dalam rumah tersebut.
Cek lek.
Pintu terbuka dari dalam rumah.
"Eh, ada kak Toni, ada perlu apa kak? " tanya si empunya rumah.
"Iya bu, bapak ada? " tanya Toni menyalam tangan si ibu dengan takzim, dan di ikuti oleh Galang.
"Ada nak, baru kita mau berangkat ke rumah sakit." jawab si ibu sendu.
"Yang sabar ya bu." Toni menepuk lengan tangan si bu memberi semangat.
"Pasti nak, tunggu sebentar ibu mau panggil bapak ke dalam, kalian silahkan duduk terlebih dahulu." ujar si ibu membawa ke dua pemuda tampan itu ke ruang tamunya.
"Makasih bu." sahut Toni dan Galang serempak.
"Ehhh... Ada nak Toni, ada perlu apa nih." ujar si bapak yang sudah keburu keluar dari dalam kamarnya.
"Iya Pak, ini saya sama teman saya, katanya ada perlu sama bapak." kekeh Toni.
"Ada perlu apa nak? " tanya si bapak penasaran, dan juga terlihat ingin buru buru untuk pergi kerumah sakit.
"Lansung aja ya pak, sepertinya bapak lagi buru buru." ucap Galang.
"Heheh... Anak ini tau aja." kekeh si bapak yang ingin bercanda, namun di wajahnya terlihat kesedihan dan kecemasan.
"Ini pak, kata teman saya, bapak mau menjual tanah bapak yang di jalan mawar ya? " tanya Galang.
Si bapak mendesah dan terlihat murung.
"Hu... Sebenarnya saya berat untuk menjualnya nak, tapi gimana lagi, saya butuh uang untuk pengobatan anak saya, tanah itu adalah peninggalan orang tua saya satu satunya." ucap si bapak terlihat sedih dan juga pasrah.
"Begitu ya pak." ucap Galang.
"Ya begitulah nak." ucap si bapak sendu.
"Memang bapak mau lepas berapa? " tanya Galang to the point.
"melihat dari luas tanah bapak yang ada sekitar dua hektar dan pasaran jual beli tanah di sana yang sedang meningkat, karena letak yang strategis, tentu bapak maunya harganya di samakan dengan harga tanah di sana, tapi karena bapak butuh uangnya cepat, bapak mau lepas berapa nak Galang mau beli, asal jangan turunnya terlalu jauh, sebenarnya bapak sedih menjualnya." ucap pak Yanto.
"Baiklah, klau gitu saya bayar satu setengah M, gimana? " tanya Galang yang merasakan kesedihan pak Yanto, karena dia pernah merasakan di posisi pak Yanto, walau tidak sampai menjual warisan orang tuanya, tapi kehilangan orang terkasih dan kenang kenangannya sangat menyakitkan bagi Galang.
"Ma syaa Allah nak, itu jauh dari perkiraan bapak, terimakasih sekali." ucap pak Yanto sampai meneteskan air matanya.
"Gimana pak? " tanya Galang.
"Bapak mau nak, kapan mau di laksanakan transaksinya." ujar pak Yanto, yang memang membutuhkan uang itu secepatnya.
"Besok saya akan kemari lagi, kita lansung melakukan jual beli di depan notaris saya, untuk tada jadi, saya tf lima ratus juta dulu, apa bapak setuju? " tanya Galang.
"Ngak pa apa nak, bapak mau, bapak butuh biaya sekarang juga, tunggu sebentar bapak akan mengambil sertifikat tanahnya." ucap pak Yanto.
Galang mengangguk.
"Gila lu, nawar ngak kira kira, harusnya lu bisa nekan si bapak loh, bisa lu ambil dengan harga murah, ini malah dengan harga normal." sewot Toni.
"Tidak baik memanfaatkan orang yang sedang kesusahan, apa lagi dia tidak berbuat menjual tanahnya, karena keadaan tersesak akhirnya dia jual, gue pernah di posisi itu." ucap Galang.
Toni mengangguk senang, sahabatnya ini memang berhati mulia, tidak ingin mengambil keuntungan dari kesusahan orang lain.
"Di minum, nak. " ucap bu Sarah.
"Terimakasih ibu, menapa harus repot repot." ujar Galang sopan.
"Tidak repot nak, hanya air saja." kekeh si ibu.
Setelah urusan mereka selesai, Galang dan Toni pergi dari rumah pak Yanto, besok sesuai janji dia akan datang lagi bersama notaris, begitu pun dengan pak Yanto dengan wajah sedikit lega, dia pun menuju rumah sakit, untuk melakukan pembayaran pengobatan anaknya.
Bersambung....
Haiii... Hari ini mamak udah up 3 bab ya... Semoga kalian suka... 😁
Dan jangan lupa like komen dan votenya ya... 😘😘😘