Muak seluruh semesta saling membunuh dalam pertikaian yang baru, aku kehilangan adikku dan menjadi raja iblis pertama kematian adikku menciptakan luka dalam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewa Leluhur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
The Source of Destructive Power
Saat kabut keunguan mulai memudar, pemandangan yang menyambut Noah dan Lera membuat mereka terpaku. Ifthur Eidifnator ternyata bukanlah dunia energi murni seperti yang mereka bayangkan - melainkan sebuah alam yang gelap dan mencekam. Langit berwarna merah darah, dengan awan-awan hitam yang bergerak lambat seperti asap. Di kejauhan, terdengar jeritan-jeritan samar yang membuat bulu kuduk mereka meremang.
"Ini..." Lera berbisik, "seperti..."
"Neraka," Noah menyelesaikan kalimatnya. "Ifthur Eidifnator adalah neraka."
Mereka berdiri di atas tanah yang retak dan hangus, sementara di sekeliling mereka, sosok-sosok transparan melayang-layang - jiwa-jiwa yang tersesat, terperangkap dalam keabadian yang kelam.
"Selamat datang di kerajaanku."
Suara itu datang dari segala arah, lembut namun penuh kekuatan. Udara di hadapan mereka berpendar, dan perlahan sosok seorang wanita muncul. Tubuhnya diselimuti cahaya keemasan yang kontras dengan kegelapan di sekelilingnya. Rambutnya yang hitam panjang mengambang seolah berada dalam air, dan matanya bersinar dengan api abadi.
"Dewi Alnaturyu," Lera membungkuk hormat.
Noah terpana. Di hadapannya berdiri dewi yang terkenal akan kecantikan dan kekuatannya - penguasa alam bawah, penjaga jiwa-jiwa yang telah meninggalkan dunia dan sumber kehancuran yang sangat absolute.
"Noah," Alnaturyu tersenyum, suaranya seperti melodi yang menghipnotis. "Akhirnya kita bertemu. Aku telah lama menantimu."
"Menantiku?" Noah bertanya heran. "Tapi mengapa?"
Alnaturyu melangkah mendekat, setiap gerakannya anggun dan mengalir. "Karena kau berbeda, Noah. Di antara semua yang pernah mencoba mencapai Juranghaya, kaulah yang pertama memahami arti sejati dari keseimbangan."
"Tapi... kupikir Ifthur Eidifnator adalah sumber energi murni?"
"Dan apa yang lebih murni dari jiwa?" Alnaturyu mengangkat tangannya, dan ribuan cahaya kecil - jiwa-jiwa yang tak terhitung - berputar di sekitar mereka. "Di sinilah semua bermula dan berakhir. Kematian dan kehidupan, kegelapan dan cahaya - semuanya adalah satu."
Noah merasakan kristal-kristalnya beresonansi lebih kuat dari sebelumnya. Alnaturyu memperhatikan hal ini dengan senyum penuh arti.
"Kristal-kristal itu," dia berkata, "adalah perpanjangan dari kekuatanku. Venuszirad diciptakan dari essensi tubuhku sendiri."
"Penciptaan Venuszirad, aku tau."
"Menciptakan dan menunggu seseorang yang layak memahaminya sepenuhnya." Alnaturyu kini berdiri sangat dekat dengan Noah. Aromanya seperti bunga-bunga malam yang memabukkan. "Seseorang sepertimu, Noah."
Lera mengambil selangkah mundur, merasakan atmosfer yang berubah di antara Noah dan sang dewi.
"Noah," Alnaturyu melanjutkan, suaranya lebih lembut. "Kau telah membuktikan dirimu layak. Kau memahami keseimbangan, kau mengerti bahwa kekuatan sejati tidak terletak pada dominasi. Dan karena itu..." dia mengulurkan tangannya, menyentuh pipi Noah dengan lembut, "aku ingin kau menjadi pendampingku."
Noah tersentak. "Pendamping? Maksud Anda..."
"Jadilah suamiku, Noah," Alnaturyu berkata tegas namun lembut. "Bersama, kita akan menjaga keseimbangan antara dunia atas dan dunia bawah. Kristal-kristal itu telah memilihmu, dan kini... aku juga memilihmu."
Udara di sekitar mereka menjadi lebih berat, dipenuhi dengan ketegangan yang nyata. Noah menatap mata Dewi Alnaturyu yang berkilau dengan api abadi, mencari jawaban atas pertanyaan yang bahkan belum dia rumuskan.
Di belakangnya, Lera menahan napas, menunggu respon kakanya. Sementara di sekeliling mereka, jiwa-jiwa yang tak terhitung terus menari dalam kegelapan abadi Ifthur Eidifnator.
Noah mengambil langkah mundur, menjauh dari sentuhan Alnaturyu. Matanya yang teduh menatap sang dewi dengan campuran rasa hormat dan keteguhan.
"Maafkan aku, Dewi Alnaturyu," kata Noah lembut tapi tegas. "Aku tidak bisa menerima tawaranmu."
Seketika, atmosfer di sekitar mereka berubah drastis. Cahaya keemasan yang menyelimuti Alnaturyu berubah menjadi merah menyala menciptakan retakan realitas. Matanya yang semula penuh kehangatan kini berkobar dengan amarah yang mengerikan [Apocalypse: Ajberiyu] mata sihir kehancuran, garis dimatanya membentuk pola penuh kerumitan bagaikan perasaannya.
"Kau... menolakku?" suara Alnaturyu bergetar, campuran antara ketidakpercayaan dan kemarahan. "BERANI-BERANINYA KAU MENOLAKKU!"
Tanah di bawah kaki mereka bergetar. Jiwa-jiwa yang melayang di sekitar mereka menjerit kesakitan, terpengaruh oleh mata sihir yang membara karena amarah sang dewi.
"Aku tidak bermaksud menyinggungmu," Noah mencoba menjelaskan. "Tapi aku telah belajar bahwa kekuatan sejati bukan tentang dominasi atau kepemilikan. Bahkan dalam cinta sekalipun."
"DIAM!" Alnaturyu menjerit, suaranya menggetarkan seluruh Ifthur Eidifnator. "Kau pikir kau lebih bijak dariku? Kau pikir kau memahami cinta? AKU ADALAH CINTA ITU SENDIRI!"
Lera bergerak mendekati kakaknya, tapi Noah mengangkat tangannya, memberi isyarat pada adiknya untuk tetap di tempat. Vianemur berpendar siap dalam genggaman Noah.
"Aku menciptakan Venuszirad dari essensiku sendiri," Alnaturyu melangkah maju, setiap langkahnya membakar tanah yang dipijaknya menciptakan retakan besar sekaligus merusak realitas mahkluk hidup lemah. "Aku menunggumu selama jutaan tahun. Dan ini balasanmu? PENGHINAAN INI?"
Udara di sekitar mereka menjadi sangat panas. Api hitam mulai muncul dari retakan-retakan di tanah, sementara jiwa-jiwa yang berkeliaran semakin gelisah dan ketakutan.
"Kalau begitu," Alnaturyu mengangkat tangannya, dan sebuah pedang hitam legam muncul dari ketiadaan, "mari kita selesaikan ini dengan cara lama. Bertarunglah denganku, Noah!"
"Aku tidak ingin bertarung denganmu," Noah menjawab tenang.
"KAU TIDAK PUNYA PILIHAN!" Alnaturyu mengayunkan pedangnya, menciptakan gelombang api hitam yang melesat ke arah Noah. "Kau telah memilih untuk menjadi musuhku. Dan musuh-musuhku..." matanya berkilat berbahaya, "tidak pernah bertahan lama."
Noah berhasil menghindar di detik terakhir. Kristal-kristal Venuszirad dalam genggamannya berdenyut kuat, merasakan kemarahan dari energi yang menciptakan mereka.
"Kak Noah!" Lera berteriak khawatir.
"Tetap di sana, Lera!" Noah berseru sambil terus menghindar dari serangan Alnaturyu. "Ini pertarunganku!"
"Pertarunganmu?" Alnaturyu tertawa getir. "Ini bukan pertarungan, Noah. Ini PENGHAKIMAN!"
Dewi itu mengangkat kedua tangannya ke langit, dan seluruh Ifthur Eidifnator seolah merespons. Langit merah semakin gelap, petir hitam menyambar-nyambar, dan ribuan jiwa mulai mengerang kesakitan.
"Kau bisa memiliki segalanya!" Alnaturyu berteriak, suaranya penuh kepedihan dan amarah. "Kekuasaan! Keabadian! Cintaku! Tapi kau memilih untuk menolak semuanya!"
"Karena itu bukan cinta," Noah menjawab tegas, akhirnya mengangkat kristal-kristalnya. "Cinta sejati tidak menuntut, tidak memaksa. Dan cinta sejati..." dia menatap mata Alnaturyu dengan berani, "tidak pernah datang dari rasa takut."
"LANCANG!" Alnaturyu menjerit murka. Api hitam menyelimuti seluruh tubuhnya, membentuk sayap-sayap raksasa yang mengepak mengancam. "Akan kutunjukkan padamu, Noah... akan kutunjukkan padamu apa artinya menolak cinta seorang dewi!"
Pertarungan yang akan menentukan nasib bukan hanya Noah, tapi mungkin seluruh dimensi, akan segera dimulai. Di satu sisi, seorang dewi yang dikuasai amarah dan patah hati.
"Kembalikan apa yang sudah aku ciptakan Noah," kata Dewi Alnaturyu merebut bagian-bagian Venuszirad dengan paksa.
Noah benar-benar dalam situasi paling mendesak, baginya tidak ada pilihan lalu bertanya kepada Lehfilma - tidak ada jawaban.