NovelToon NovelToon
KAISAR IBLIS TAK TERKALAHKAN

KAISAR IBLIS TAK TERKALAHKAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Iblis / Akademi Sihir / Light Novel
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: NAJIL

Menceritakan perjalanan raja iblis tak terkalahkan yang dulu pernah mengguncang kestabilan tiga alam serta membuat porak-poranda Kekaisaran Surgawi, namun setelah di segel oleh semesta dan mengetahui siapa dia sebenarnya perlahan sosoknya nya menjadi lebih baik. Setelah itu dia membuat Negara di mana semua ras dapat hidup berdampingan dan di cintai rakyat nya.

Selain raja iblis, cerita juga menceritakan perjuangan sosok Ethan Valkrey, pemuda 19 tahun sekaligus pangeran kerajaan Havana yang terlahir tanpa skill namun sangat bijaksana serta jenius, hidup dengan perlakukan berbeda dari ayahnya dan di anggap anak gagal. Meskipun begitu tekadnya untuk menjadi pahlawan terhebat sepanjang masa tak pernah hilang, hingga pada akhirnya dia berhasil membangkitkan skill nya, skill paling mengerikan yang pernah di miliki entitas langit dengan kultivasi tingkat tertinggi.

Keduanya lalu di pertemukan dan sejak saat itu hubungan antara bangsa iblis dan ras dunia semakin damai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NAJIL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

14

Dengan kekalahan Raja Iblis, dunia terasa memasuki era baru yang penuh kedamaian. Cahaya terang itu bukan hanya tanda berakhirnya peperangan panjang, tetapi juga simbol kebangkitan harapan bagi semua makhluk di tiga alam.

Para prajurit langit menatap langit biru dengan perasaan lega, pedang mereka kini tertancap di tanah sebagai lambang perdamaian. Para prajurit iblis, meski kehilangan pemimpin mereka, perlahan merasakan sesuatu yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya—ketenangan yang meresap ke dalam jiwa mereka.

Di alam neraka, tempat yang dulunya dipenuhi dengan kegelapan dan hawa kebencian, kini mulai berubah. Gunung-gunung api yang terus menyala perlahan meredup, menggantikan magma mendidih dengan aliran air yang jernih. Tanah yang gersang mulai ditumbuhi tanaman hijau, sementara langit merah darah berubah menjadi jingga hangat, memberikan kesan senja yang menenangkan.

Di alam langit, para dewi dan malaikat menari di bawah hujan komet warna-warni. Setiap komet yang jatuh menyisakan jejak cahaya yang membentuk pola-pola indah, seolah-olah alam semesta ikut merayakan.

Di alam manusia, penduduknya merasakan perubahan yang sulit dijelaskan. Hati mereka yang sebelumnya gelisah karena perang besar kini terasa ringan, seperti beban besar yang akhirnya terangkat. Langit penuh dengan warna biru yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya, membawa janji akan masa depan yang lebih baik.

Kakek tua berdiri di tepi lembah Adam, menatap sinar terang itu dengan senyum kecil di wajahnya. "Akhirnya... dunia telah menemukan kembali keseimbangannya," gumamnya pelan.

Berpindah ke bagian lain menyorot tempat duel antara Gabriel dan Lucifer.

"Jadi sudah berakhir, Raja iblis benar-benar telah dikalahkan!" ucap Gabriel menatap arah munculnya cahaya terang yang muncul sangat amat benderang.

"He-he-he, kalau begitu kita berjumpa lagi suatu saat nanti, Gabriel!" potong Lucifer dengan senyum santai, meskipun tubuhnya perlahan memudar. Ia menatap Gabriel, yang masih dalam mode tempur terkuatnya, penuh arti.

"Kemana kau akan pergi, Lucifer?" tanya Gabriel sambil perlahan kembali ke bentuk normalnya, auranya masih terasa mengintimidasi.

"Kami, para 10 Eksekutif Jenderal Iblis, juga akan tersegel! Jadi, tunggulah sampai saat waktu pertemuan kita datang lagi. Ha-ha-ha!" tubuh Lucifer mulai hancur menjadi butiran debu yang tersebar bersama angin lembut.

Di dimensi ruang ciptaan Asmodeus, Julius berdiri di tengah arena yang kini sunyi, menyaksikan detik-detik terakhir Asmodeus. Sosok sang Jenderal Iblis perlahan hancur menjadi butiran debu kecil, sama seperti Lucifer sebelumnya.

"Kalau kita bertemu lagi, aku akan benar-benar menghancurkan mu! Jangan lupakan itu, anak muda," tegas Asmodeus dengan senyum terakhirnya, sebelum tubuhnya benar-benar lenyap tanpa sisa.

"Kau adalah lawan terberat yang pernah ku hadapi. Aku tidak akan melupakan ini begitu saja," jawab Julius. Ia memasukkan pedangnya ke dalam sarung, kembali ke bentuk transformasi normal. Pandangannya penuh kehormatan pada sosok yang barusan ia lawan.

Di lokasi pertarungan lain, Mikael berdiri gagah di atas tubuh Satan yang terkapar, tak lagi mampu bergerak. Satan, yang selama ini menjadi simbol kekuatan kegelapan kuno, tak lagi berdaya menghadapi kekuatan sang pemimpin pasukan surgawi jendral langit agung.

Mikael duduk membelakangi Satan, menatap cahaya kemenangan yang menyelimuti medan pertempuran. Tubuh Satan mulai hancur perlahan, menjadi butiran debu kecil yang ditiup angin, nasibnya sama dengan para Jenderal Iblis lainnya.

"Malapetaka Raja Iblis sudah dikalahkan. Sekarang tinggal menentukan hukuman apa yang pantas diberikan kepada bangsa iblis," ucap Mikael dingin, matanya tajam menatap ke depan. Rambut peraknya bergoyang lembut diterpa angin, memberikan aura keagungan dan ketegasan yang tak tergoyahkan.

Di tempat Hera dan Kaiju serta Salomon, mereka bertiga berhasil mengalahkan monster monster babi mengerikan berkat kerja sama yang solid. Salomon, yang sebelumnya tak sadarkan diri, kini sudah sadar dan bergabung dalam perbincangan.

Pertarungan tersebut tidak hanya membawa kemenangan tetapi juga membuat hubungan mereka bertiga semakin dekat. Meski begitu, kewaspadaan tetap mereka jaga, mengingat latar belakang masing-masing.

Monster babi sebenarnya jauh lebih kuat daripada mereka bertiga. Namun, akibat pertarungan sebelumnya melawan Raja Iblis, kekuatan monster babi tersisa hanya 10%. Walau begitu, kekuatannya tetap tak bisa diremehkan.

Sulit dibayangkan bagaimana Raja Iblis bisa melawan empat makhluk bencana nirwana sendirian. Tapi semua itu sudah menjadi masa lalu, karena kini Raja Iblis telah dikalahkan.

"Ada apa dengan tubuhmu? Sepertinya telah terjadi sesuatu!" tanya Hera melihat tubuh Kaiju perlahan mulai hancur. Kekhawatiran terlihat jelas di wajahnya.

Kaiju tersenyum tipis, lalu menjawab dengan nada ringan. "Bos sudah dikalahkan! Jadi, aku dan teman-temanku yang lain juga akan ikut mati. Tapi jangan khawatir, aku akan kembali suatu saat nanti untuk bertarung melawan kalian!"

Salomon, yang merasa penasaran, memotong, "Tunggu dulu! Mengapa kau memanggil Raja Iblis dengan sebutan 'bos'? Bukankah para eksekutif jenderal iblis yang lain memanggilnya 'Yang Mulia'?"

Kaiju menatap Salomon, senyumnya melebar sedikit. "Karena aku adalah satu-satunya iblis yang dibuat langsung dari sel Raja Iblis. Tidak seperti iblis lainnya, aku memiliki hubungan yang berbeda dengannya. Bos memang kejam, tapi dia tidak pernah membunuh makhluk yang memiliki hati baik."

Tubuh Kaiju terus hancur perlahan, menjadi abu yang diterbangkan angin. Sebelum lenyap sepenuhnya, dia menatap Hera dan Salomon. "Sampai jumpa lagi! Pastikan kalian lebih kuat saat kita bertemu nanti!"

Kaiju sang iblis humoris dan rama pada orang-orang yang di kenalnya akhirnya lenyap sepenuhnya, meninggalkan Hera dan Salomon dalam kesunyian.

Di tempat pertarungan Belzhebab dan Ketua Pasukan Elit, medan perang tampak porak-poranda. Reruntuhan berserakan di mana-mana, menyisakan pemandangan yang mengenaskan.

Sang Ketua Pasukan Elit telah tewas, mengorbankan nyawanya dengan menggunakan skill ultimate terkuatnya, yaitu ledakan bunuh diri.

Di tengah reruntuhan, Belzhebab muncul dalam kondisi sangat mengenaskan. Tubuhnya sudah hancur, menyisakan otaknya saja yang bertahan. "Sialan! Aku hampir saja mati jika tidak menggunakan skill ultimate-ku!" gerutunya sambil bangkit perlahan dari puing-puing.

Skill ultimate Ketua Pasukan Elit itu hampir saja mengakhiri nyawa Belzhebab. Namun, dengan bertahan menggunakan skill ultimate miliknya, Belzhebab berhasil selamat—meskipun dengan tubuh yang hampir sepenuhnya hancur.

Belzhebab tertawa kecil, sambil menatap sekitarnya. "Wah-wah-wah, sepertinya Yang Mulia telah dikalahkan! Percuma aku bertahan dari ledakan si kakek tua itu. Tapi, ya sudah, mau bagaimana lagi, kan?"

Belum sempat ia melangkah lebih jauh, tubuhnya mulai berubah menjadi abu, perlahan terurai oleh angin.

Meskipun Belzhebab bukan bagian dari 10 Eksekutif Jenderal Iblis, tubuhnya juga hancur menjadi abu. Ini karena di dalam tubuhnya telah tertanam kutukan energi mengerikan dari Raja Iblis.

Belzhebab akhirnya lenyap sepenuhnya, meninggalkan medan perang dalam keheningan yang menyisakan kehancuran.

Di alam dunia, Azazel membuka matanya perlahan. Pandangannya kabur, tubuhnya terasa lemah seperti dihimpit beban berton-ton. Ia mencoba mengenali sekelilingnya. Dingin, lembab, dan gelap. Batu-batu tua penjara ini dihiasi ukiran kuno yang tampak berkilauan samar di bawah cahaya remang dari jendela kecil. Ia segera menyadari dirinya berada di sebuah penjara dalam kuil tua, yang berdiri terpencil di tengah lautan.

Siapa yang membawanya ke sini? Kakek tua misterius yang ia lawan sebelumnya langsung terlintas dalam pikirannya.

Sebuah suara lantas membuyarkan lamunannya. "Kau sudah sadar?"

Freya berdiri di dekat pintu, tubuhnya tegas, namun sorot matanya menyiratkan rasa campur aduk. Azazel menoleh, menatapnya dengan pandangan tajam namun penuh tanda tanya.

"Kenapa kau ada di sini? Dan apa yang terjadi setelah kekalahanku?" suaranya rendah, tapi setiap kata memancarkan rasa pahit kekalahan.

Freya menjawab lantang, tanpa ragu sedikit pun, "Kau telah kalah, Azazel. Semua pasukanmu dihancurkan! Perdamaian tidak akan pernah kalah!"

Azazel terdiam sejenak, lalu tertawa kecil. Suaranya serak, seperti ironi yang menghancurkan dirinya sendiri. Ia menatap langit-langit penjara dengan senyum penuh misteri.

"He-he-he... Apa kau percaya bahwa semesta itu benar-benar ada, Freya?"

Mata Freya menyipit. "Semesta adalah keadilan itu sendiri! Di mana ada keadilan, di situ semesta berada!" Nada suaranya penuh keyakinan, meskipun ada sedikit emosi yang tersirat di dalamnya.

"Tidak," jawab Azazel pelan, tetapi menusuk. "Dia benar-benar ada."

Freya terdiam. Di balik sikap kerasnya, ia bergulat dengan perintah kakek tua misterius untuk menjaga rahasia ini. Tugasnya lebih berat dari yang ia bayangkan. Setiap 10 tahun sekali, ia diperintahkan menjenguk Azazel, memastikan lelaki ini tetap terkunci di dalam penjara.

"Mengapa kau tidak membunuhku saja?" tanya Azazel, suara sinis nya kembali terdengar. "Dengan begitu, Istana Langit akan memberimu penghargaan besar."

Freya menatapnya tajam, nadanya berubah dingin. "Aku tidak seperti dirimu, Guru. Aku tidak gila pengakuan atau jabatan. Aku adalah salah satu dari Tujuh Jenderal Langit Agung! Harapan langit ada di pundakku, dan aku tidak akan mengecewakan siapapun!"

Azazel tertawa kecil lagi, lemah tapi penuh makna. "Baguslah. Dari semua muridku, hanya kau yang benar-benar ku sayangi."

Kata-kata itu membuat Freya terdiam. Hatinya tersentak, namun ia tak ingin menunjukkannya. Cahaya dari sela-sela jendela kuil terpancar menandai kekalahan Raja Iblis, tetapi bagi Freya, pemandangan itu justru mengingatkannya pada sosok Azazel yang dulu, seseorang yang penuh kasih dan kebijaksanaan.

Air matanya jatuh perlahan. Ia membalikkan badan, menutup pintu dengan hati yang berat, meninggalkan Azazel sendirian.

Di lembah Adam, kabut tebal menyelimuti pemandangan. Kakek tua berdiri dengan tenang, menatap Kaisar Langit yang duduk termenung. Wajah Kaisar Langit mencerminkan rasa bersalah yang mendalam, beban jutaan nyawa yang hilang seolah menghancurkan jiwa dan raga.

"Kau tidak perlu bersedih, Yang Mulia," ucap kakek tua lembut, namun penuh wibawa.

Kaisar Langit menoleh, suaranya berat penuh makna. "Semua penduduk langit tewas dalam sekejap. Aku telah gagal menjadi Kaisar Langit. Aku tidak pantas lagi untuk hidup, wahai kakek!"

Kata-kata itu mengguncang udara, penuh keputusasaan. Kaisar Langit merasa seluruh malapetaka ini terjadi karena kegagalannya memimpin tiga alam menuju perdamaian.

Kakek tua itu menggeleng pelan, matanya penuh pengertian. "Kau tidak gagal, Yang Mulia. Para penduduk langit tidak sepenuhnya mati. Masih banyak dari mereka yang hidup."

Kaisar Langit mengerutkan dahi. "Apa maksudmu? Aku menyaksikan semuanya dengan mataku sendiri."

"Raja Iblis tidak sekejam yang kau bayangkan," lanjut kakek tua, nadanya penuh ketenangan. "Dia hanya menghabisi mereka yang memiliki kejahatan di hati mereka. Penduduk yang bersih hanya terjatuh dalam tidur panjang. Mereka masih bisa diselamatkan."

Mata Kaisar Langit melebar. "Jadi... mereka tidak sepenuhnya meninggal?"

Kakek tua mengangguk, menjelaskan dengan nada serius. "Benar. Namun, mereka yang memiliki kejahatan sekecil apapun di hati mereka, tidak dapat ditolong. Mereka sudah ditelan dosa mereka sendiri."

Pernyataan itu membuat Kaisar Langit terguncang. Tetapi perlahan, rasa keputusasaan itu berganti dengan harapan. Ia menggenggam tangan erat, bertekad menata ulang alam ini. "Aku akan menata kembali perdamaian tiga alam ini. Aku tidak akan membiarkan malapetaka seperti ini terulang lagi."

Kakek tua tersenyum tipis, melihat percikan semangat yang kembali menyala dalam jiwa Kaisar Langit. Namun, ia tahu perjalanan ini akan menjadi jalan yang panjang dan penuh rintangan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!