Sinta Ardila,gadis ini tidak perna menyangka jika ia akan di jual oleh sahabatnya sendiri yang bernama Anita,kepada seorang pria yang bernama Bara yang ternyata seorang bos narkoba.Anita lebih memili uang lima puluh ribu dolar di bandingkan sahabatnya yang sejak kecil sudah tumbuk besar bersama.bagai mana nasib Sinta.apakah gadis sembilan belas tahun ini akan menjadi budak Bara?apakah akan muncul benih cinta antara Bara dan Sinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alesya Aqilla putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7
"Gelas itu brkasku,kenapa kau meminumnya,?protes Bara yang hendak marah tapi tidak bisa.
Sinta memutar bola matanya malas,sengaja ia bertingkah untuk memancing masalah pagi-pagi.
"aku tidak peduli,"ucap Sinta
Bara melepaskan bajunya kemudian menceburkan diri kedalam kolam renang. Sedangkan Sinta hanya duduk diam memperhatikan Bara yang sedang berenang.
Terlihat sangat tampan tapi dia kejam,minusnya sangat banyak sekali, sama seperti aku,"ucap Sinta yang tidak tahu ingin melakukan apa sekarang.
Tidak sampai lima menit Bara naik ke atas, mata Sinta terbelalak saat ia melihat benda besar bersembunyi di balik celana.
"Apa yang kau lihat?"tegur Bara.
Sinta menggelengkan kepalanya kemudian bergegas masuk kedalam rumah. Bara mengerutkan dahinya,ia menoleh ke bagian bawah.
"oh,sialan!"umpat Bara yang langsung menyelimuti tubuhnya menggunakan handuk," bisa-bisanya kau bangun saat ada perempuan tidak seksi itu,"ucap Bara yang merasa kesal.
Pria ini segera pergi ke kamar untuk membilas diri sedangkan Sinta saat ini tengah berada di kandang anjing milik Bara.
"kenapa wajah kalian semua mirip Bara si muka gayung itu?"ujar Sinta lalu tertawa.
Dua orang asisten rumah tangga yang sedang menyapu di sana hanya bisa menahan tawanya. Untung saja tidak ada Bara,jika tidak sudah pasti Sinta akan di gantung lagi.
****
Sarapan pagi kali ini Bara ingin menggoda Sinta,ia menikmati makan dengan berbagaiacan menu sedangkan Sinta hanya menontonnya makan. Beberapa kali Sinta menelan ludah,perunya berbunyi menahan perih rasa lapar.
"apa kau lapar?"goda Bara,
"Tidak,!jawab Sinta singkat lalu memutar bola matanya malas,"semoga harimu Senin terus biar banyak pekerjaan,"ucap Sinta seketika membuat selera makan Bara hilang.
"dasar kucing kurus,semenit saja tidak membuat orang emosi apa tidak bisa?"bentak Bara.
Sinta tidak peduli,gadis ini melipat kedua tangannya di atas meja lalu merebahkan kepalanya.
"Sinta,pergilah mandi,"ucap Bara.
"Aku tidak punya pakaian,"jawab Sinta.
Bara mendengus kesal,kemudian menarik Sinta pergi ke kamarnya. Bara membongkar lemarinya kemudian mengambil celana dan baju kaos yang berwarna putih polos kemudian ia berikan kepada Sinta.
"cepat mandi sana,"ucap Bara sekali lagi.
Bara mendorong Sinta masuk ke kamar mandinya,tanpa mengatakan sepata kata pun,Sinta langsung masuk.
"Orang kaya,kamar mandi saja lebih besar dari pada kamar kontrakanku,"ucap Sinta.
Sinta melihat bathtub,ia langsung mengisinya air kemudian memberinya sabun mandi cair sampai habis satu botol.
"Kita lihat saja nanti,apa kau akan marah padaku?"
Sinta tertawa, tujuannya memang ingin membuat Bara selalu marah sampai pria ini membuang dirinya kejalanan.
Limah sampai sepuluh menit telah berlalu,Sinta belum keluar juga dari kamar mandi, bahkan sudah melewati lima belas menit tapi Sinta masih belum keluar dari kamar mandi. Bara mulai kesal,ia menggaruk kepala bagian belakang dengan perasaan ragu ingin masuk ke kamar mandi.
"Apa yang dia lakukan di dalam sana?"
Kesabaran Bara setipis kulit bawang,pada akhirnya ia menerobos masuk kedalam kamar mandi. Bara mendapati Sinta menenggelamkan tubuhnya ke dalam bathtub .dengan cepat Bara menarik Sinta keluar dari dalam air.
"Apa kau sudah gila?"jika ingin mati jangan di dalam kamar mandiku,"bentak Bara yang sangat emosi.
Wajah Sinta sangat pucat,ia hanya menanggapi dengan senyum sinis.
"padahal aku sedang berendam,kenapa kau sangat heboh?"
Ingin sekali Bara memukul wajah Sinta tapi sebisa mungkin ia menahan sabar.
"Cepat ganti pakaian mu!" titah Bara lalu melempar handuk ke arah Sinta.
"boleh aku meminjam celana dalammu?" ucap Sinta membuat bara tercengang mendengarnya,"aku tidak memiliki dalaman,masa iya hutanku tidak di tutupi?"
Bara mengusap wajahnya kasar, seumur hidup baru sekarang ia temui seorang gadis yang tidak sopan padanya.
"Apa kau sudah gila?"
Aku tidak ingin memakai nekasmu,orang kaya sepertimu pasti kau memiliki simpanan yang masih baru,"ucap Sinta yang memaksa.
Bukan Sinta tapi Bara sendiri yang merasa malu,di rumah memawahnya tidak ada asisten rumah tangga,karena semuanya laki-laki.
"Cepatlah,kuminta saja masa tidak boleh, semua salahmu karna kau tidak membelikan aku pakaian,"ucap Sinta yang merasa kesal.
Bara membuang napas kasar,ia kembali membuka lemari kemudian mengambil satu celana dalam miliknya yang masih baru.
"Ukuran besar apa muat jika kau kenakan?" tanya Bara yang merasa benar-benar malu.
Biasanya kalo masih baru itu sempit,"jawab Sinta.
Bara melemparkan celana dalam tersebut kemudian keluar dari kamar, ada yang bangun tapi bulan mata, melainkan kepala polos.
"Sialan,"umpat Bara,dia hanya gadis kurus penuh tulang,tapi kenapa kau bangun setiap kali melihat dia?"ujar Bara yang bicara pada burung peliharaanya.
Bara mondar mandir di depan pintu kamarnya,pria ini tampak gelisa ingin masuk ke dalam kamarnya sendiri pun merasa sungkan.
Setelah beberapa saat, akhirnya Sinta keluar dengan mengenakan kaos oblong dan celana rumahan milik Bara yang kebesaran.
"kau seperti gembel di pinggir jalan sana,"cibir Bara.
"terserah apa katamu,"selama kau senang, bicaralah sesuka hatimu."sahut Sinta kemudian berlalu begitu saja.
Bara serbah salah,pria ini mengekor di belakang Sinta dengan perasaan yang berdebar.
"Apa kau tidak makan?"tanya Bara.
"kau beri makan pun syukur,tidak pun terserah mu,"jawab Sinta yang sudah pasrah.
"aku bertanya baik-baik,jawablah juga baik-baik.dasar tidak berpendidikan,apa kedua orang tuamu tidak mendidik mu?"
Sinta menghentikan langkahnya,gadis inienoleh ke arah Bara kemudian menatapnya dengan mata berkaca-kaca.
"Aku tumbuh besar di panti asuhan,lalu hidup mandiri di jalanan.jika kau bertanya apa kedua orang tuaku tidak mendidikku, maka bertanya lah pada mereka.kau pikir mudah hidup menjadi diriku?"
Tanpa terasa setetes air mata jatuh membasahi pipinya. Sinta melanjutkan langkahnya, pertanyaan Bara barusan sudah membuatnya tersinggung.
"Dia marah padaku kah?"ujar Bara.
****
Makanlah,nanti kau mati,"geram Bara karena sejak tadi ia merayu Sinta untuk makan tapi gadis ini menolak.
Sinta hanya diam saja,dalam hatinya sangat sakit sekali saat Bara bertanya seperti tadi.
"Orang kaya sepertimu kenapa tidak pergi bekerja?"tanya Sinta tanpa menoleh ke arah Bara.
Bara menghembuskan napas panjang,pria ini menatap tajam kearah Sinta yang sejak pagi sudah menguji kesabaranya. Tanpa mengatakan hal apa pun Bara memutuskan untuk pergi.
Bukanya pergi ke showroom, Bara justru pergi ke mall bersama Danil,jelas saja Danil merasa heran karna hal semacam ini sangat langka terjadi dalam hidup Bara.
"apa yang kau lakukan di mall?"tanya Danil penasaran.
"bantu aku memilih pakaian untuk Sinta termasuk celana dalam dan gantungan kuncinya,"jawab Bara sontak saja membuat Danil merasa kaget mendengarnya.