NovelToon NovelToon
TRAGEDI KASTIL BERDARAH

TRAGEDI KASTIL BERDARAH

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:231
Nilai: 5
Nama Author: Doni arda

abella dan sembilan teman dekatnya memutuskan untuk menghabiskan liburan musim dingin di sebuah kastil tua yang terletak jauh di pegunungan. Kastil itu, meskipun indah, menyimpan sejarah kelam yang terlupakan oleh waktu. Dengan dinding batu yang dingin dan jendela-jendela besar yang hanya menyaring sedikit cahaya, suasana kastil itu terasa suram, bahkan saat siang hari.

Malam pertama mereka di kastil terasa normal, penuh tawa dan cerita di sekitar api unggun. Namun, saat tengah malam tiba, suasana berubah. Isabella merasa ada yang aneh, seolah-olah sesuatu atau seseorang mengawasi mereka dari kegelapan. Ia berusaha mengabaikannya, namun semakin malam, perasaan itu semakin kuat. Ketika mereka semua terlelap, terdengar suara-suara aneh dari lorong-lorong kastil yang kosong. Pintu-pintu yang terbuka sendiri, lampu-lampu yang padam tiba-tiba menyala, dan bayangan gelap yang melintas dengan cepat membuat mereka semakin gelisah.

Keesokan harinya, salah satu teman mereka, Elisa, ditemukan t

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doni arda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25: Bayangan yang Tertinggal

Isabella melangkah dengan tenang melalui jalan setapak yang membawanya keluar dari hutan. Cahaya matahari memancar lembut di antara pepohonan, memberikan kesan damai yang telah lama hilang dari kehidupannya. Namun, di dalam dirinya, ada rasa hampa yang tak dapat ia hilangkan.

Kastil itu telah runtuh, pria bertopeng telah lenyap, dan buku misterius itu kini tak lagi ada di tangannya. Tetapi jejak dari semua teror yang ia alami tetap tertinggal di dalam pikirannya, menghantui setiap langkahnya.

Ketika ia mencapai tepi hutan, desa kecil di depan tampak sepi, seperti tak ada kehidupan. Ia memperhatikan dengan hati-hati, tetapi tidak ada suara manusia, hanya angin yang berhembus lembut di udara. Isabella merasa tidak nyaman; tempat itu tidak seperti yang ia ingat.

"Apakah aku benar-benar bebas?" bisiknya pada dirinya sendiri.

---

Saat Isabella berjalan ke tengah desa, ia menyadari bahwa rumah-rumah tampak kosong, dengan jendela-jendela tertutup rapat dan pintu-pintu yang terkunci. Tidak ada seorang pun yang keluar untuk menyambutnya, bahkan tidak ada suara langkah kaki.

"Ada yang tidak beres," pikirnya.

Ia melangkah lebih jauh hingga tiba di alun-alun desa. Di tengah-tengah alun-alun itu, ada sesuatu yang membuat darahnya membeku. Sebuah boneka kayu berukuran manusia berdiri di sana, mengenakan pakaian yang sangat familiar—jubah hitam dengan tudung yang menutupi kepala.

Ketika Isabella mendekat, ia melihat bahwa boneka itu memegang sesuatu di tangannya: sebuah liontin perak yang tampak berkarat. Liontin itu adalah benda yang sama yang pernah ia lihat di dalam kastil.

"Ini tidak mungkin," gumamnya, mundur perlahan.

Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar di belakangnya. Isabella berbalik dengan cepat, tetapi tidak ada siapa pun. Hanya udara kosong yang menyelimuti dirinya. Namun, langkah-langkah itu terus terdengar, semakin dekat, semakin berat.

"Siapa di sana?!" Isabella berteriak, suaranya menggema di seluruh desa yang sunyi.

Tidak ada jawaban, hanya langkah kaki yang terus mendekat. Isabella merasa panik, namun ia tahu ia tidak bisa melarikan diri lagi. Ia harus menghadapi apapun yang datang.

---

Dari bayangan salah satu rumah, muncul sosok yang tak asing baginya. Seorang pria, wajahnya tidak tertutup topeng, tetapi masih memiliki tatapan yang sama dinginnya. Pria itu mengenakan pakaian biasa, tidak ada tanda-tanda ancaman di permukaannya.

"Kau," gumam Isabella, tubuhnya kaku. "Kau... seharusnya tidak ada di sini."

Pria itu tersenyum kecil, langkahnya perlahan mendekati Isabella. "Aku tidak pernah benar-benar pergi, Isabella. Aku hanyalah bagian lain dari semua yang telah kau hadapi."

Isabella mundur, merasa ngeri. "Apa maksudmu?"

Pria itu berhenti di hadapannya, matanya menatap dalam-dalam ke arah Isabella. "Aku adalah apa yang tertinggal. Kau mungkin telah menghancurkan bayangan itu, tetapi kegelapan tidak pernah benar-benar hilang. Ia hanya berubah bentuk."

Isabella merasa tubuhnya gemetar. "Tidak. Aku sudah mengakhirinya. Aku sudah menghancurkan kastil itu, menghancurkanmu."

Pria itu menggeleng pelan. "Kegelapan tidak bisa dihancurkan, Isabella. Ia hanya berpindah tempat. Dan kini, ia ada di dalam dirimu."

Isabella terdiam, tidak bisa berkata-kata. Apa yang ia dengar terasa seperti mimpi buruk, tetapi ia tahu itu mungkin benar. Sejak keluar dari kastil, ia merasa ada sesuatu yang berubah di dalam dirinya—sebuah kekosongan yang tidak bisa ia isi, sebuah bayangan yang terus membayanginya.

---

"Jadi, apa yang kau inginkan dariku?" Isabella akhirnya bertanya, suaranya terdengar putus asa.

Pria itu tersenyum lagi. "Aku tidak ingin apa-apa. Aku hanya ingin mengingatkanmu bahwa pertempuranmu belum selesai. Kegelapan akan terus ada, dan kau adalah bagian darinya. Kau harus menerima itu, Isabella."

Sebelum Isabella bisa menjawab, pria itu menghilang begitu saja, seperti bayangan yang tertiup angin.

Isabella berdiri di tengah alun-alun, sendirian sekali lagi. Boneka kayu itu masih berdiri di tempatnya, tetapi liontin di tangannya kini telah hilang.

Dengan langkah berat, Isabella meninggalkan desa itu, menuju tempat yang tidak ia kenal. Ia tidak tahu ke mana ia pergi, tetapi ia tahu satu hal: perjalanan ini belum selesai.

Kegelapan masih mengintai, dan ia harus menemukan cara untuk menghadapinya—sebelum semuanya terlambat.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!