Menikah Dengan Duda Loyo

Bab 33

"Sayang, katamu Papa Bagas berubah setelah selingkuh dengan Bu Rosdiana. Memangnya apa yang berubah dari dia dulu?" tanya Argani ketika berada berdua di kamar bersama Andhira.

Wanita yang sedang duduk bersandar pada tubuh suaminya, menoleh sedikit. Dia merasa aneh karena Argani menanyakan tentang ayahnya. Setahu dia laki-laki itu benci kepada mertuanya sendiri.

"Hmmm, banyak sekali perubahannya. Aku sampai tidak percaya papa berubah drastis seperti itu," jawab Andhira.

"Misalnya seperti apa?" tanya laki-laki berwajah seperti Eropa dengan jambang tipis.

"Papa itu tidak pernah berkata tinggi apalagi kasar kepada mama juga sama aku. Papa itu selalu berkata baik dan tidak pernah menolak keinginan aku. Tapi, dia berubah menjadi orang yang suka berkata kasar sama kita berdua. Awalnya aku shock banget karena tidak pernah diperlakukan seperti itu. Papa juga berani menampar mama ketika bertengkar," ucap Andhira. "Ketika aku melihat papa menampar mama karena membela selingkuhnya, aku merasa dunia aku hancur. Sejak itu aku benci papa karena setiap kali bertengkar selalu berbuat kasar dan mencaci-maki kepada mama."

Air mata Andhira bercucuran deras ketika bicara karena kembali mengenang masa lalunya yang membuat dunianya berubah. Melihat itu Argani panik. Dia buru-buru memeluk dan menghapus cairan bening istrinya.

"Sayang, jangan menangis. Maafkan aku karena sudah membuat kamu mengingat kenangan buruk." Argani menciumi wajah Andhira dengan lembut.

"Tidak apa-apa, Mas. Aku hanya sedih karena papaku berubah seperti orang yang tidak aku kenal," balas wanita yang sedang berbadan dua itu sambil menggenggam tangan suaminya.

"Apa kamu pernah punya pikiran kalau orang itu bukan papamu, tapi orang lain?" tanya Argani karena dia berpikir seperti itu setelah mendengar cerita dari Pak Rangga.

Mendengar itu Andhira terperangah. Karena dia sering bicara seperti itu ketika bertengkar dengan papanya, dahulu. Tidak segan-segan dia bilang kalau Pak Bagas bukan papanya, tapi setan yang menyamar menjadi dirinya. Hasilnya dia akan kena pukul.

"Ya. Aku dulu berpikir kalau orang itu bukan papa. Karena papa itu sayang sama aku dan mama. Tidak akan melukai aku dan mama," jawab Andhira dengan tatapan sendu.

Argani merasa galau membicarakan apa yang sedang dia pikirkan saat ini kepada Andhira. Dia takut itu akan menjadi beban pikiran istrinya dan bisa berakibat buruk pada calon anak mereka. Dia teringat dengan pembicaranya tadi siang.

"Jika melihat foto mama kandung Andhira dengan Bu Rosdiana, masih cantikan mamanya Andhira. Tapi, kenapa Papa Bagas bisa tergila-gila kepada Bu Rosdiana? Apa ada unsur magis, 'kah?" Ini yang tadi diucapkan oleh Argani ketika berada di rumah Pak Rangga.

Hal ini membuat orang-orang di sana berpikiran ke sana juga. Menurut informasi, kalau ada kerabat Bu Rosdiana yang merupakan seorang dukun. Ini informasi di dapat oleh Pak Hari.

"Tapi, dulu ada suatu kejadian yang membuat aku berpikir seperti itu. Karena aku sempat melihat papa makan durian. Sedangkan papa itu paling anti sama durian. Mencium baunya saja dia suka muntah-muntah, apalagi memakannya." 

"Maksud kamu, Papa Bagas tidak mungkin makan durian, tapi setelah sifat dan perbuatan Papa Bagas berubah, dia jadi suka durian?" 

"Iya. Aku sampai terbengong melihat itu. Ketika aku tanya kenapa makan durian? Bukannya anti, dia malah menjambak rambut aku kuat sampai banyak yang rontok."

Argani membelai lembut kepada Andhira. Dia ikut sakit membayangkan bagaimana dahulu Pak Bagas memperlakukan istrinya ini.

"Yang bikin mama marah dan membenci papa, dia memindahkan beberapa aset miliknya dan mengatas namakan selingkuhannya. Siapa yang tidak akan marah? Sementara dahulu mama menjual semua harta warisan miliknya untuk membantu mengembangkan perusahaan milik papa. Seharusnya perusahaan itu milik berdua. Mama mempercayakan perusahaan itu seluruhnya kepada papa. Tapi, ketika usia aku menginjak 25 tahun. Maka setengah saham perusahaan diubah atas nama aku," jelas Andhira.

"Wah, parah sekali papamu itu!" 

Siapa pun pasti akan marah dan berusaha mempertahankan haknya. Akan tetapi, Pak Bagas malah akan melaporkan istrinya dan memfitnahnya dengan penggelapan uang perusahaan. Padahal Agni tidak tahu apa-apa. Uang yang masuk ke dalam rekeningnya juga dia tidak tahu. Wanita itu merasa dijebak dan berakhir dengan merelakan semua aset miliknya diubah menjadi milik Pak Bagas. 

Agni melakukan hal ini karena dia memikirkan Andhira. Jika dia di penjara, siapa yang akan menjaganya. Dia lebih baik kehilangan harta daripada harus mengorbankan putrinya semata wayangnya.

"Aku masih ingat ketika diusir bersama Mama di malam hari setelah kita makan berdua. Mana malam itu sedang  turun hujan lagi. Aku dan mama luntang-lantung di jalanan dalam keadaan kedinginan dan ketakutan."

Andhira tidak bisa menahan diri untuk tidak bicara. Walau Argani sudah meminta jangan mengingat kenangan buruk yang terjadi kepadanya.

"Kita sempat tinggal di kolong jembatan beberapa hari. Sampai aku dan mama bertemu Bi Eneng. Kita dikasih uang dan diajak ke kampungnya. Di sana kebetulan rumah Bi Eneng kosong. Aku dan mama jadi buruh tani dan suka cari barang rongsokan." 

Rasa menyesal dirasakan oleh Argani karena sudah memancing Andhira untuk mengingat kejadian di masa lalu. Dia ikut sedih, sakit hati, dan marah ketika mendengar cerita istrinya ketika beranjak remaja.

"Ketika sakit mama semakin parah dan membutuhkan banyak biaya. Aku mencoba mendatang papa. Baru saja sampai teras rumah aku sudah diusir sama anak tirinya dan istri barunya," lanjut Andhira. "Aku sampai bersumpah akan membuat mereka semua jatuh miskin."

Andhira menarik napas karena dadanya merasa sesak. Kejadian di masa lalu membuatnya ingin menghancurkan keluarga baru papanya.

"Makanya aku senang ketika mendengar perusahaan papa akan bangkrut. Sialnya malah aku dimanfaatkan untuk mendapatkan uang."

Argani yang sejak tadi memeluk istrinya merasa uang sebanyak lima miliar itu tidak seberapa dibandingkan dengan Andhira. Dia rela memberikan lebih dari itu asal Andhira menjadi bagian keluarganya.

"Apa kamu tahu kenapa aku ingin kuliah, Mas?"

"Ya, agar kamu pintar dalam berbisnis dan bisa mendapatkan pekerjaan yang layak."

"Salah. Tujuan aku kuliah adalah untuk mendapatkan gelar sarjana. Karena ketika aku lulus SMA dan mencoba melamar pekerjaan ke perusahaan papa, jawabnya aku ditolak karena bukan seorang sarjana."

Argani membenarkan kalau saat ini lulusan SMA sulit sekali bisa mendapatkan posisi bagus di perusahaan. Minimal memiliki gelar sarjana.

"Jika aku sudah mempunyai gelar, aku akan masuk ke perusahaan papa dan menghancurkannya seperti dahulu papa menghancurkan karir mama. Sampai tidak bisa bekerja di mana pun karena seluruh ijazah miliknya dibakar." 

Andhira bicara dengan penuh rasa amarah. Dia tidak perduli jika disebut sebagai anak durhaka karena berencana menghancurkan perusahaan milik ayahnya sendiri.

***