Apa hal tergila yang terjadi di hidup Jessica kecuali saat suaminya berselingkuh selama tiga tahun dengan istri Noel, sahabatnya sendiri. Sementara itu di saat dia menyandang status janda cantik berkarir cemerlang, ada beberapa kandidat yang bersedia menggantikan posisi mantan suaminya:
1. Liam, sahabat sekaligus pernah menjadi pacarnya saat kuliah selama dua tahun. Greenflag parah! Jessica belum ngomong aja dia udah paham saking pekanya!
2. Noel, sahabat yang jadi korban sama seperti Jessica. Istrinya diembat suami Jessica loh!! plusnya dia punya anak cantik dan menggemaskan bernama Olivia. Jessica ngefans berat sama nih bocil~♡
3. Ferro, pengusaha kaya raya, tajir melintir, suka sama Jessica dari pandangan pertama. Rela apa aja demi membuat senang Jessica, tentunya dengan uang, uang dan uaaaang ^^
4. Delon, cinta pertama Jessica di saat SMP. Dulu Jessica saat masih aura gerhana diputusin saat lagi bucin-bucinnya. Sekarang tuh cowok balik lagi setelah Jessica punya aura subuh!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon agen neptunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17: Panah Asmara
Tertegun, membeku dan tidak mampu berkata-kata dalam waktu yang lumayan lama. Alesha harus membuat kepingan kebohongan lainnya agar rumah tangganya baik-baik saja. Lalu, dia punya satu jalan yaitu berdalih dan membuat dirinya merasa terfitnah.
“Hah?” Alesha tertawa getir. Tak menyangka dirinya telah dituduh Noel seperti itu.
“Apa? Kamu mau membela diri lagi? Ayo, ngomong!” tantang Noel dengan tangan berlipat di dada. Kartu mati Alesha sudah dia buka.
“Lelucon macam apa ini? Kamu menuduhku selingkuh?” tanya Alesha.
Noel langsung tertawa sarkas. Bisa-bisanya hingga detik ini Alesha tetap tidak mengaku juga.
“Perselingkuhanmu sudah aku ketahui sejak Jessica menuntut cerai Deon. Kamu pikir kami tidak tahu perselingkuhan kalian?” tanya Noel dengan nada miris.
Alesha masih bisa bersikap tenang dan tak percaya begitu saja. Dia pikir kalau Noel sekarang sedang memancingnya untuk bicara.
“Sumpah, kayaknya kamu harus istirahat,” saran Alesha.
Noel menjadi sangat geram karena Alesha masih saja tidak mengaku.
“Kamu ngerasa gak sih, kalau di drama perselingkuhanmu ini … kamu adalah karakter yang paling bodoh dan sekarang tengah dibodohi selingkuhanmu sendiri,” cecar Noel yang menatap iba bercampur sinis ke istrinya.
Alesha mengerutkan kening, berusaha mengartikan sendiri apa maksud suaminya.
Dan, Noel paham kalau sekarang Alesha memang tengah dibodohi Deon.
“Alasan Jessica menuntut cerai itu karena dia tahu kalian berselingkuh. Deon pun tahu alasannya. Dan, dari ekspresimu sekarang … sepertinya Deon gak ngasih tau kalau ternyata kita semua tengah menonton hubungan busuk kalian,” kata Noel dengan suara tenang dan sekarang dia merasa menang.
Seketika sekujur tubuh Alesha gemetar. Selama ini dia pikir alasan perceraian Deon dan Jessica karena hal lain. Deon juga cerita kalau yang menceraikan itu justru dirinya, bukan istrinya.
“Kenapa? Kaget banget?” sindir Noel ketika melihat kepalan tangan Alesha bergetar hebat.
“A–aku—”
Noel mengangkat tangan, meminta agar Alesha jangan bicara apapun. “Cukup. Tidak perlu penjelasan. Selama ini aku hanya mengamati kalian. Diam-diam mengikutimu singgah kemana saja termasuk hotel langganan kalian,” cecar Noel tanpa ada nada emosi sedikitpun.
Alesha skakmat.
“Dan, itu semua kulakukan untuk mengumpulkan bukti tentang perselingkuhan kalian di persidangan nanti. Dengan begitu … aku bisa mengambil hak asuh Olivia,” jelas Noel dengan senyum penuh kemenangan.
“Ja–jangan.” Suara Alesha bergetar. Matanya mulai berkaca-kaca. Apalagi alibi yang dia katakan sekarang. Tidak ada alasan apapun. Hanya ada satu kalimat sakti yang mungkin bisa merubah takdirnya yaitu, “A–aku minta maaf … Noel.”
Noel berdecih dan menggelengkan kepala. Tak menyangka akhirnya semuanya menjadi seperti ini. Noel yang awalnya akan diam saja, ternyata memutuskan untuk mengungkap kebusukan istrinya sebelum semakin jauh.
“Noel … kumohon. Aku mohon … jangan pisahkan aku sama Olivia. Please, Noel … i’m begging you.” Alesha menangis seraya mengatupkan kedua tangan gemetarnya. Ia bahkan langsung berlutut di depan suaminya.
“I can’t,” jawab Noel.
“Noel, lihat aku … aku istrimu. Olivia anakku. Aku ibunya. Jangan pisahkan kami, Noel. Aku mohon,” tangis Alesha sambil memegang kaki ayah dari anaknya.
Noel melepaskan tangan Alesha dengan pelan lalu membungkuk dan menatap tajam wajah perempuan yang dinikahi atas dasar cinta itu.
“Aku … sudah muak dengan segala dramamu,” bisik Noel dengan sarkas.
Kemudian, ia berdiri dan meninggalkan Alesha yang menangis histeris. Meraung. Berteriak meminta maaf, memohon ampunan, meski dia tahu kalau pintu maaf untuknya telah tertutup rapat dan tak mungkin terbuka lagi.
***
Menikmati wine di tepi pantai ternyata bukan ide yang buruk. Jessica sengaja memesan sebotol anggur untuk dinikmati sendirian. Angin malam yang dingin membuat dirinya bisa berpikir dengan tenang.
“Kenapa sendirian saja?” sapa Fero yang tiba-tiba berdiri di belakang Jessica.
Perempuan itu menoleh sambil menyelipkan rambutnya yang diterpa angin laut. “Hey! Sudah selesai kerjanya, Mas Waiter?” candanya.
Fero terkekeh dan sekarang ia berdiri di samping Jessica. “Karena kamu sudah selesai makan malam. Jadi, aku selesai juga kerjanya.”
“Hm … jadi, tadi itu khusus melayaniku? Sudah seperti tamu VVIP saja.”
“Hahaha. Memang begitu. Sebagai lawyer-ku, jelas aku harus melayanimu semaksimal mungkin. Anggap ini sebagai feedback,” jawabnya menanggapi candaan Jessica.
Perempuan itu tertawa kemudian menyodorkan botol wine ke Fero. “Mau?”
“No, thanks,” tolaknya dengan halus.
“Kenapa? gak boleh mabuk, ya?”
“Bukan begitu … sekarang kan aku lagi sama tamu resort. Mana mungkin aku bisa mabuk,” jelasnya.
“Make senses,” jawab Jessica mengangguk kemudian menghabiskan wine di gelasnya. “Aaah, enak sekali,” pujinya.
“Senang mendengarnya kalau ada tamu yang puas dengan pelayanan resort kami.”
“Hmm.” Jessica mengangkat gelas kosongnya dan melihat laut menjadi cembung di gelas kaca itu. “Sekarang aku bisa memasukkan laut ke dalam gelas,” ujarnya.
Fero menahan tawa. Sepertinya tamu spesialnya kali ini mulai mabuk.
“Aku mau masuk ke dalam gelas rasanya,” gumam Jessica ngelantur.
Fero tak dapat menahan tawa juga akhirnya. “Hahahaha! Sepertinya kamu harus kembali ke kamar,” usulnya.
“Emh! no, no, no. Aku belum selesai curhat dengan Neptunus,” tolak Jessica lalu menjatuhkan gelasnya ke pasir pantai.
“Baiklah kalau begitu.” Fero mempersilakan Jessica untuk melakukan apa yang dia inginkan.
“Wahai, Neptunus … Kapan aku diberi tiga permintaan?!” teriaknya.
“Hahahaha!” Fero semakin terbahak mendengar itu.
“Ayolaaah … aku juga punya lampu ajaib di kamarku,” rengek Jessica.
“Jess, cukup, Jess.” Fero memegang perutnya karena sekarang ekspresi Jessica terlihat sangat menggemaskan.
“Kenapa? Kalau aku diberi tiga permintaan, akan kuberi satu untukmu.”
“Thanks, Jes. Tapi … Bukan Neptunus yang tinggal di lampu ajaib,” kata Fero masih tertawa.
“Hah? Bukan, ya?” heran Jessica. Ia diam sesaat, memikirkan di antara file-file otaknya yang begitu penuh dengan masalah. Lalu, “Astaga! Aladdin!” serunya lalu terbahak diikuti Fero.
“Dasar!” Fero tertawa dan menatap wajah Jessica yang tertawa lepas. Sesaat ia terpana dengan paras indah perempuan itu. Tawa Fero memudar tatkala Jessica menatapnya tanpa sengaja. “Jess,” panggilnya.
Tawa Jessica juga mereda. Ia tak mengalihkan pandangan dari wajah duda tampan di hadapannya.
“Fero.”
Mereka saling tatap, begitu dalam satu sama lain. Baik Fero maupun Jessica tak ada yang bicara. Hanya terdengar suara ombak dan angin saja.
“Aku—” Jessica mulai merasakan gelenyar aneh di dalam perutnya. Ia harus bisa mengendalikan diri sebelum kejadian bersama Liam waktu itu terulang kembali.
“Biar kuantar kamu ke kamar,” tawar Fero dengan cepat. Tampak dia sendiri juga sedang mengontrol keinginannya yang tiba-tiba saja ingin menyentuh wajah Jessica.
“Aku … sendiri saja,” tolak Jessica. “Selamat malam, Fero.”
Fero tidak memaksa. Ia mengangguk dan membiarkan Jessica pergi begitu saja meninggalkannya.
Jantung Fero berdebar cepat. Terakhir kali dia merasakan ini ketika jatuh cinta pada istrinya. Dan, Jessica adalah perempuan kedua yang mampu membuatnya salah tingkah dan senyum-senyum sendiri seperti orang yang sedang terkena panah asmara.
***