"Sepuluh juta untuk satu bulan," Seorang wanita cantik menyodorkan uang dua gepok didepan seorang wanita lain.
Wanita yang diberi menelan ludah dengan susah payah, melihat dua tumpuk uang yang ada didepan mata.
"Jika kamu bekerja dengan baik, saya akan tambahkan bonus," Kata wanita kaya itu lagi.
"B-bonus," Sasmita sudah membayangkan berapa banyak uang yang akan dia terima, dengan begitu Sasmita bisa memperbaiki ekonomi hidupnya
"Baik, saya bersedia menjadi pelayan suami anda,"
Yang dipikir pekerjaan pelayan sangatlah mudah dengan gaji yang besar, Sasmita yang memang pekerja rumah tangga bisa membayangkan apa saja yang akan dia kerjakan.
Namun siapa sangka pekerjaan yang dia pikir mudah justru membuatnya seperti di ambang kematian, Sasmita harus menghadapi pria yang temperamental dan tidak punya hati atau belas kasihan.
Bagaimana Sasmita akan bertahan setelah menandatangani perjanjian, jika tidak sanggup maka dirinya harus mengembalikan dua kali lipat uang yang sudah dia terima
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Markas diserang
"Nyonya!" Sasmita menyibak kerumunan orang-orang yang mengerubuni Mayang.
"Tolong minggir!" Sasmita berusaha membuka jalan.
"Nyonya tidak apa-apa!" Sasmita menyentuh bahu Mayang saat wanita itu menunduk ketakutan.
Kepala Mayang mendongak, dan melihat wajah Sasmita yang khawatir.
"Aku ngak papa, tapi-" Ujar Mayang lirih, namun saat wanita itu hendak berdiri tubuhnya tiba-tiba kembali luruh saat merasakan sakit dikakinya.
"Kaki nyonya luka," ucap Sasmita khawatir.
"Hey.. jangan main pergi aja dong, tanggung jawab!" ucap seorang pria yang memakai jaket dengan wajah keras menahan amarah.
Sasmita menatap kesekeliling, tampak beberapa orang menatap Mayang dengan wajah kesal.
"Sebentar Pak, ini sebenarnya ada apa? Tolong jelaskan dulu." Sasmita masih berjongkok didepan Mayang yang hanya bisa meringis sakit pada kakinya.
"Wanita ini, menyebrang jalan tidak hati-hati dan menyebabkan motor saya jatuh rusak!" Terang pria yang memakai jaket tadi, "Dan lihat istri saya luka-luka!" Tunjuknya pada wanita yang berdiri dibelakangnya.
Sasmita menatap keduanya dengan tatapan tak percaya, istrinya yang luka hanya goresan pada tangan, tapi lihat nyonya Mayang yang jauh lebih parah justru di hakimi.
"Saya akan ganti rugi, tolong bantu saya mambawa ibu ini ke taksi." Ucap Sasmita menujuk taksi yang baru saja berhenti.
Beberapa orang yang tampak iba membantu Mayang, dan Sasmita mengeluarkan uang yang dia punya didalam tas untuk mengganti rugi.
"Saya hanya punya ini, saya rasa cukup." Memberikan beberapa lembar uang ratusan yang dia miliki Sasmita pergi meninggalkan lokasi dan masuk kedalam taksi.
"Dasar wanita sinting! Seenaknya menyebrang jalan!"
*
*
Didalam taksi Mayang tampak terisak, membuat Sasmita tampak tidak tega.
"Nyonya sudah aman, saya akan membawa anda kerumah sakit." Katanya sambil menatap sedih keadaan Mayang.
Wanita yang biasanya ia lihat begitu anggun dan cantik kini terlihat seperti orang yang putus asa.
"Terimakasih Sasmita, kamu sudah menolong saya." Ucapnya dengan suara terisak.
"Saya kebetulan lewat saat pulang kerja." Sasmita tersenyum sambil memberanikan mengusapnya bahu Mayang lembut.
Akkhh
"M-maaf nyonya," Sasmita langsung menarik tangannya saat Mayang merasa kesakitan.
"Tidak apa-apa, tadi jatuhnya terlalu kuat dan sepetinya bahu saya memar."
Sasmita semakin prihatin, apalagi Mayang sepetinya tak membawa apapun.
"Sebenarnya apa yang terjadi nyonya, dimana supir dan tas anda? Apa saya harus menghubungi-"
"Tidak usah, tolong jangan beri tahu orang rumah." Pintanya dengan tatapan memohon.
Sasmita hanya mengangguk, "Baik."
Setelah menempuh perjalanan hampir tiga puluh menit, akhirnya mereka sampai kerumah sakit, beruntung Sasmita selalu menaruh uang di casing ponselnya dan cukup untuk membayar taksi.
Mayang langsung mendapat penanganan dokter, dan Sasmita menunggu didepan ruangan dengan cemas.
"Apa aku hubungi Tuan Riko ya," Pikirnya.
Tapi ingat pesan Mayang yang tidak boleh menghuni orang rumah, Sasmita akhirnya pasrah.
"Kelurga atas nama pasien Mayang!"
Sasmita yang duduk, langsung berdiri menghampiri perawat yang memanggilnya.
"Iya sus, saya keluarga dari pasien bernama Mayang, ada apa ya?" Tanyanya dengan wajah khawatir, Sasmita tampak memegangi tali tasnya karena merasa gugup.
"Anda harus melengkapi admistrasi, untuk ruang rawat inap."
Sasmita menghela napas, ia pikir ada sesuatu yang buruk, "Baiklah,"
Mengingat pesan Mayang, akhirnya Sasmita tidak memberi tahu keluarga Fernandez. Wanita itu memilih menggunakan uang pribadinya untuk biaya Mayang.
*
*
"Ahh... sayang, lebih cepat!" Briana bergerak gelisah saat sesuatu dalam tubuhnya mendesak ingin keluar.
"Umm.."
Drt...Drt..Drt..
Deringan ponsel terus berbunyi disela-sela aktifitas panas mereka. Valen masih merem melek merasakan gelombang hasrat di ujung tanduk. Hingga suara erangan keduanya memenuhi kamar yang sudah entah berapa kali. Untuk saat ini Briana sudah terkulai lemas setelah melayani keganasan Valen.
Ponselnya terus berdering, membuat Valen berdecak kesal disela-sela napasnya yang masih memburu, namun melihat nama yang tertera membuat Valen mengerutkan alisnya.
"Halo!"
"Bos markas diserang," Ucap seseorang diseberang sana degan suara terengah-engah .
"Apa!!"