Dalam rumah tangga, CINTA saja tidak cukup, ... Masih diperlukan kesetiaan untuk membangun kokoh sebuah BIDUK.
Namun, tak dipungkiri TAKDIR ikut andil untuk segala alur yang tercipta di kehidupan FANA.
Seperti, Fasha misalnya; dia menjadi yang KEDUA tanpa adanya sebuah RENCANA. Dia menjadi yang KEDUA, walau suaminya amat sangat MENCINTAI dirinya. Dia menjadi yang KEDUA, meski statusnya ISTRI PERTAMA.
Satu tahun menikah, bukannya menimang bayi mungil hasil dari buah cinta. Fasha justru dihadapkan kepada pernikahan kedua suaminya.
Sebuah kondisi memaksa Samsul Bakhrie untuk menikah lagi. Azahra Khairunnisa adalah wanita titipan kakak Bakhrie yang telah wafat.
Tepatnya sebelum meninggal, almarhum Manaf memberikan wasiat agar Bakhrie menikahi kekasihnya yang telah hamil.
Wasiat terakhir almarhum Manaf, akhirnya disetujui oleh Bakhrie dan keluarganya tanpa melihat ada hati yang remuk menjadi ribuan keping.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAM TIGA PULUH
Fasha insecure, yah, ... bersama Bachrie yang saat menikah masih gadis dan segar saja, Bachrie sempat membanding- bandingkan dengan Azahra yang sudah sering berhubungan dengan lelaki lain, apa lagi kini ia janda?
Bukankah ia baru saja bercerai? Bahkan belum ada satu tahun perpisahannya bersama Bachrie, masih cukup kuat ketakutan- ketakutan yang dia alami, dan King Miller sudah menjodohkannya kembali.
Lalu bagaimana dengan kualitas hidup barunya nanti? Bisakah dia melayani Gantara yang mungkin hanya pemuda malang dan digertak King Miller untuk menikahinya?
"Tidak ada yang lebih mencintai mu dari Papa, makanya menurut saja." Aisha mengusap pucuk kepala Fasha yang masih menangis.
"Bang Tara masih bisa mendapatkan wanita yang jauh lebih baik dari Fasha. Dia punya segalanya, dia cerdas, tampan, apa lagi? Tidak sepatutnya dia menikahi Fasha!"
"Dia serius meminang mu," sahut Aisha.
Fasha menggeleng tak percaya. "Papa pasti yang menyuruh Bang Tara menikahi Acha, lalu hanya karena belas kasihan, atau mungkin sekedar balas budi, Bang Tara mau!"
"Ceritanya tidak sesederhana itu. Bang Tara sendiri yang meminta mu." Aisha bersaksi saat Gantara dengan gagahnya datang untuk meminang Fasha.
Gantara lelaki yang religius, sama seperti Bachrie, bisa dipastikan jika Gantara pun takkan pernah mau berhubungan dengan wanita tanpa adanya ikatan sakral.
Dulu, Fasha juga terpaksa menerima Bachrie, tapi pada akhirnya kebersamaan membuat Fasha jatuh sejatuh jatuhnya pada Bachrie.
Bukan tidak mungkin, Gantara akan mampu menyembuhkan luka Fasha. Ada yang bilang, menjalani hubungan baru akan membantu melupakan hubungan yang lama.
"Acha sudah janda, Mi, sementara Bang Tara bukan duda! ... Dia tidak layak dapat Acha yang sudah bekas orang lain!"
Aisha menyela terik. "Tidak ada kata bekas untuk perempuan yang kesuciannya hanya untuk suami, Sayang."
"Fasha nggak mau kalau nantinya Bang Tara menyesal menikahi Fasha!"
"Kamu mau kembali sama Bachrie?" tanya Aisha pada akhirnya.
Fasha ini mengingatkan Aisha kepada ibunya yang meski sudah pernah disakiti ayahnya, masih terus menganggap semua kesalahan bisa diperbaiki di kesempatan kedua.
"Kamu mau rujuk?" Soal itu, Fasha lebih takut, makanya gelengan kepala dia berikan. Dia hanya masih belum bisa menerima siapa pun setelah cintanya diborong oleh Bachrie.
Gantara lelaki yang baik, seharusnya tidak perlu mengorbankan diri untuk menjadi suami baginya yang tak pandai soal apa pun.
"Allah maha membolak- balikkan hati manusia. Dan Mimi yakin, doa Mimi akan terkabul suatu saat nanti, wanita yang terlalu manja seperti mu, mungkin bukan jodoh yang tepat untuk Bachrie. Tapi bukan berarti, tidak tepat juga untuk lelaki seperti Gantara."
Fasha menundukkan wajahnya. Lalu apa kata orang tentang perselingkuhan yang dulu pernah Fatima tuduhkan? Ah, banyak sekali ketakutan yang menggejolak.
"Terima saja perjodohan ini. Percayalah, dicintai lebih besar itu lebih baik dari pada kita yang mencintai lebih besar," kata Aisha.
"Bang Tara hanya menyukai tampilan luar Fasha saja. Tidak dengan segala yang ada pada Fasha kan?" tanya Fasha.
"Sayang..."
"Fasha tidak bisa menceritakan lebih detil perihal ini, tapi yang pasti Fasha tidak handal dalam menyenangkan suami di atas ranjang, sama seperti Mas Bachrie, Fasha yakin Bang Tara juga akan jenuh, karena Fasha tidak layak diperistri siapa pun," lirihnya.
...][∆°°°°^°°∆°°^°°°°∆][...
Bengkel FSH, pertama kalinya Bachrie menginjakan kaki di tempat ini. Tempat yang dia tuju setelah semalaman tak tahan menahan kalut malut di dalam otaknya.
Gantara baru membuka bengkel, pakaiannya masih hanya mengenakan celana panjang dan kaus singlet hitam. Beberapa anak buah sudah ada yang memakai seragam.
Bachrie sudah lelah menunggu di luar hingga bengkel ini buka. Kini, matanya beradu sendu dengan manik kecoklatan Gantara.
Gantara pernah mondok di pesantren kakek Bachrie, kala itu Bachrie masih kelas enam dan Gantara kelas empat, yah masih anak- anak saat berjumpa di masa lalu dengan status sosial yang berbeda jauh.
Kata siapa anak sopir tidak bisa membuat Bachrie takut? Gantara sangat tampan, cerdas, bujangan, sekarang sudah punya usaha dan pekerjaan yang bergengsi.
"Ada apa kau datang ke sini?"
"Aku mohon mundur!" Bachrie bicara baik- baik, karena dengan emosi pun percuma.
"Aku sudah pernah melakukannya. Aku sudah pernah mundur untuk mu! Sekarang, biarkan aku membahagiakannya," cetus Gantara.
Bachrie tertawa samar, terasa miris bahkan ingin sekali menangis. "Dia punya banyak sekali kekurangan. Dan hanya aku yang bisa menormalisasi semua kekurangan Fasha."
"Sebut apa yang kurang dari wanita suci yang hidupnya hanya tahu seputar cinta keluarga dan hukum agamanya saja?" sergah Gantara.
Bachrie menyela ketus. "Hanya aku yang boleh tahu, apa kekurangan Fasha yang kau lihat sempurna dari luarnya!"
Sontak, Gantara meraih kerah jaket jeans tebal kecoklatan milik Bachrie. Keduanya saling mempertemukan tatapan nyalang.
"Asal kau tahu. Bukan kesempurnaan yang ku lihat darinya, Gus. Justru aku tahu semua wataknya yang keras tapi lemah, masalah kualitasnya menjadi seorang istri, aku tidak akan pernah menuntutnya sempurna."
"Bulshit!" teriak Bachrie. Otak lelaki sama saja, begitu pula dengan Gantara. Tapi setidaknya, Bachrie sudah tahu luar dalam seorang Fasha dan rela menerimanya.
Bachrie tidak yakin Gantara bisa bertahan hidup bersama wanita yang manja, pendiam, tidak bisa menginovasi diri, monoton, bahkan tak ada yang bisa diharapkan selain hanya seorang Fasha yang dicintainya.
Kemarin, Azahra hanya sepintas rasa dari yang tidak pernah dia dapat dari Fasha. Tapi jika bicara soal cintanya, Fasha pemenang sebenarnya.
"Hanya aku yang paham Fasha. Bahkan setelah semuanya aku tahu, aku sudah memperlakukannya layaknya ratu!"
Gantara terkekeh, sempat juga menyapu ujung mata yang tak gatal sebagai tanda jika dirinya tidak menganggap Bachrie serius.
"Apa masih harus aku ingatkan lagi bagaimana kau mengangkat tangan untuk wajah Fasha di depan madu mu hm?"
Yah, Bachrie mengangguk. "Semua orang pernah punya kesalahan, Gantara."
"Begitu juga dengan ku." Gantara menyela secara ketus.
"Aku pernah melakukan kesalahan karena mempercayai mu. Dan sekarang, kepercayaan ku terhadap mu sudah hilang, Gus!"
"Dia masih mencintai ku." Bachrie masih ingin bicara baik- baik. "Hidup mu tidak akan pernah mudah bersamanya, percayalah!"
"Jangan mengancam Gantara dengan kesulitan, Gus! ... Gantara dan perjuangan sudah berkawan sejak lama, asal tahu saja."