Letnan satu Bisma Dwipangga patah hati setelah diputuskan oleh tunangannya. Hubungannya yang sudah terjalin cukup lama itu, kandas karena sebuah alasan. Demi sebuah jenjang karier yang masih ingin digapai, dr. Jelita Permata terpaksa mengambil keputusan yang cukup berat baginya.
"Aku ingin melanjutkan studiku untuk mengejar dokter spesialis. Kalau kamu tidak sabar menunggu, lebih baik kita sudahi hubungan ini. Aku kembalikan cincin tunangan ini." Dr. Lita.
"Kita masih bisa menikah walaupun kamu melanjutkan studi menjadi Dokter spesialis, aku tidak akan mengganggu studi kamu, Lita." Lettu Bisma.
Di tengah hati yang terluka dan patah hati, Bu Sindi sang mama justru datang dan memperkenalkan seorang gadis muda yang tidak asing bagi Letnan Bisma.
"Menikahlah dengan Haura, dia gadis baik dan penurut. Tidak seperti mantan tunanganmu yang lebih mementingkan egonya sendiri." Bu Sindi.
"Apa? Haura anak angkat mama dan papa yang ayahnya dirawat karena ODGJ?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 Gara-gara Satu Sloki
Haura terpaksa menahan langkahnya dengan tubuh tidak berbalik. Jantungnya mendadak berdebar kencang dan tidak enak perasaan.
"Tunggu, antar aku ke kamar," pintanya dengan mata yang merah. Bau yang menyengat dari mulut Bisma tercium oleh Haura, sampai Haura menjauh. Ia belum pernah mencium bau itu, tapi baunya sangat menyengat.
"Apakah Kak Bisma mabuk minuman keras? Dan bau ini apakah bau minuman keras? Ya ampun, kenapa Kak Bisma meminum minuman itu?" kaget Haura di dalam hati.
Haura berusaha melepaskan cengkraman tangan Bisma. Namun, semakin dilepaskan semakin kuat cengkraman tangannya.
Bisma bahkan berhasil menyeret tubuh Haura ke dalam ruang tengah yang temaram, lalu menghimpitnya sampai tubuh Haura bersandar di tembok. Di sana tubuh Haura dikungkung Bisma lalu dikunci, sehingga Haura tidak bisa melepaskan diri.
"Kak Bisma, sadar Kak. Haura adik Kak Bisma. Apa yang akan Kakak lakukan? Ummmppppttt."
Protes yang dilayangkan Haura sia-sia, karena Bisma secepat kilat sudah membungkam bibir Haura dengan ciuman ganasnya. Haura berusaha melepaskan dirinya dari ulah liar Bisma dengan menggerak-gerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan berusaha menghindar. Sayang, Bisma sudah menahan tengkuk Haura kuat sehingga usaha yang dilakukan Haura tidak membuahkan hasil yang berarti. Bisma berhasil menodai bibir suci Haura dengan ganas dan tidak tahu diri.
Air mata Haura sudah berlinang menahan ulah liar Bisma yang tidak bisa dihindari lagi. Kini tangan Bisma mulai meraba piyama tidur Haura lalu menariknya kuat. Sepertinya Bisma sedang berusaha membuka paksa piyama yang menghalangi tubuh Haura.
Haura shock dan takut, matanya melotot lalu berusaha tangannya meronta supaya bisa terbebas dari Bisma.
"*Apa yang sedang merasuki Kak Bisma, kenapa dia ingin melakukan ini*?"batin Haura panik.
Haura hanya mempunyai satu cara yaitu menginjak kaki Bisma sekuat tenaga, agar Bisma melepaskan bibirnya yang dengan gila dinikmatinya tanpa henti. Nafas Haura sudah sesak, di momen itu, tidak ditunda lagi kaki Haura ia angkat lalu ia injakkan mengenai kaki Bisma.
"Takk."
Dengan kekuatan penuh, Haura menginjak telapak atas kaki Bisma sekali hentak sehingga Bisma dengan refleks melepaskan tautan bibirnya di bibir Haura. Bersamaan dengan itu, tangan Bisma berhasil menarik sesuatu dari leher Haura yang ia duga piyama Haura.
Haura segera berlari dan menghindar setelah Bisma berhasil melepaskannya. Ia tidak berpikir lagi tentang sesuatu yang ditarik Bisma tadi itu apa dari lehernya. Haura segera menuju kamar dan masuk lalu mengunci pintu kamar itu dua kali. Haura takut Bisma mengejarnya dan mendobrak pintu kamarnya. Sehingga Haura hanya mampu duduk merosot di bawah pintu dengan air mata yang berlinang.
***
Sementara itu, setelah Haura pergi. Tubuh Bisma tiba-tiba terjungkal ke atas sofa di ruang tengah itu setelah Haura berhasil lepas dan menginjak kakinya kuat. Bisma kesakitan karena ia sempat mengaduh. Namun, sakit kepala dan mabuk akibat satu sloki minuman itu, membuat kepala Bisma berat, ditambah rasa kantuk yang tiba-tiba menyerang. Beberapa menit kemudian, Bisma tertidur pulas tidak sadarkan diri di sofa itu dengan tangan menggenggam sebuah benda.
Kumandang adzan Subuh telah diperdengarkan di mana-mana. Bisma terbangun dengan wajah yang heran, kenapa dirinya bisa tertidur di sofa ruang tengah. Perlahan ia bangkit dan duduk sejenak, sesekali ia pijat pelipisnya karena kepalanya masih terasa pusing.
Bisma mengingat semuanya, keberadaannya di danau lalu meminum satu sloki minuman mengandung alkohol sampai ia merasa tenggorokannya terbakar dan kepalanya berat dan pusing.
"Ya ampun sepertinya aku tadi malam mabuk, padahal hanya satu sloki." Bisma kini sadar sesadarnya dengan kejadian tadi malam, bahkan yang terjadi di sofa ruang tengah ini, masih diingatnya. Beruntung Bisma tidak mabuk terlalu berat, sehingga ia masih mengingat semua yang dia lakukan tadi malam terhadap Haura.
Beberapa kali Bisma ngucap disertai mengusap wajahnya. Saat mengusap wajah, ada sesuatu yang jatuh dari kepalan tangannya. Bisma segera meraih benda itu, yang ternyata kalung emas.
"Kalung Haura. Ya ampun, apa yang telah aku perbuat pada Haura? Sialan, Haura pasti sedih banget karena merasa telah aku lecehkan. Gawat, kalau Haura cerita sama mama dan papa," gumamnya mengingat semua.
Bisma segera bangkit dari sofa ruang tengah, dia harus segera beranjak dari sana untuk menuju kamar yang berada di lantai atas, sebelum dirinya diketahui oleh orang-orang di rumah ini terutama mama dan papanya.
Bisma berjalan mengendap dan berharap tidak ada seorang pun yang mengetahuinya. Akhirnya Bisma tiba di lantai atas, dengan segera ia melangkah menuju kamarnya. Tangannya sudah berhasil memegang handle pintu lalu dibukanya.
Bersamaan dengan itu, sebuah pintu kamar yang lain mulai terdengar dibuka dari dalam. Bisma segera memasukkan tubuhnya ke dalam kamar, sebelum si empunya kamar itu keluar dan memergokinya. Nasib baik, Bisma sudah keburu berada di dalam. Kali ini dia selamat dari penglihatan orang-orang di rumah ini. Bisma sedikit lega.
Dengan segera ia memasuki kamar mandi dan membasuh wajah dan sekujur tubuhnya supaya segar kembali.
***
Subuh berganti pagi, semua orang di rumah ini sudah terbangun dan segar kembali, juga siap dengan aktifitasnya masing-masing. Bisma hanya menggunakan kaos oblong biasa dilengkapi jaket lorengnya, dengan bawahan celana jeans. Tampilannya begitu santai. Bisma memang masih cuti selepas kepulangannya dari tugas di wilayah konflik. Jadi pagi ini, dia tidak pergi ke kantor sampai beberapa hari ke depan.
Bisma melangkahkan kakinya menuruni tangga menuju ruang makan. Di sana sudah ada mama dan papanya juga Haura yang sudah siap dan rapi, sepertinya Haura akan pergi ke kampus pagi ini.
Haura hanya menunduk saat Bisma tiba di meja makan tanpa berani menatap pria yang tadi malam hampir memaksanya.
"Haura, ambilkan nasi lemak untuk kakakmu," suruh Bu Sindi. Haura terkejut, untuk beberapa saat ia hanya mematung. "Haura," ulang Bu Sindi menegur Haura yang diam mematung.
"I~iya, Ma."
Mendapati Haura gelagapan, Bisma sadar kalau sikap Haura itu akibat perbuatannya semalam.
"Tidak perlu diambilkan, Ma. Bisma ambil sendiri saja nasi lemaknya," sela Bisma seraya meraih piringnya dan menceduk nasi lemak.
"Baiklah, sebaiknya kita mulai sarapan," ujar Bu Sindi mencairkan suasana tegang antara Haura dan Bisma yang tidak diketahui Bu Sindi dan Pak Saka.
"Haura, kamu ke kampus pagi ini, kan? Biar aku antar," ujar Bisma tiba-tiba setelah ia menyelesaikan sarapannya.
Haura menatap ragu dan takut terhadap Bisma, ia kembali menunduk dan tidak menjawab.
"Iya, Haura pagi ini kuliah pagi. Kamu antar saja sekalian ke kampusnya." Bu Sindi yang menjawab dengan wajah girang. Hatinya bersorak senang dengan sikap Bisma yang tiba-tiba dengan kesadaran diri mau mengantar Haura ke kampus.
"Baiklah. Haura, berdirilah! Biar aku antar ke kampus sekalian aku pulang dulu ke rumahku," ujar Bisma seraya berdiri lebih dulu dengan mata tertuju pada Haura.
Perlahan Haura bangkit. "Tapi, Kak Bisma tidak usah mengantar. Haura pakai motor saja," tolak Haura.
"Sekali-sekali kakakmu biarkan mengantarmu, Haura. Mama ingin kalian lebih akrab lagi sebagai kakak adik, atau kalau bisa lebih," ujar Bu Sindi seraya terakhir menutup mulutnya karena merasa telah keceplosan. Semua mata bersamaan menatap Bu Sindi setelahnya.
"Ayo, kalian cepat pergi. Nanti Haura terlambat pula. Jangan lupa pulangnya jemput lagi di kampus Haura," ujar Bu Sindi setengah mengusir Bisma dan Haura. Tidak lupa diakhir kalimat, Bu Sindi berusaha mengingatkan Bisma untuk kembali menjemput Haura.
Terpaksa Haura menerima tawaran Bisma, padahal hatinya menyimpan berbagai kecamuk rasa atas kejadian tidak terduga semalam. Haura dan Bisma pergi meninggalkan ruang makan.
"Lihat, Pah. Sepertinya setelah menemui mantan kekasihnya tadi malam, Bisma tidak menampakkan wajah sedih seperti kemarin. Mudah-mudahan Bisma segera bisa lepas dari bayang-bayang Jelita," ucap Bu Sindi penuh harap. Pak Saka mengangguk setuju dengan ucapan sang istri.
kamu juga sering menghina Haura...
sama aja sih kalian berdua Bisma dan Jelita...😤
🤬🤬🤬🤬🤬🤬
cinta tak harus memiliki Jelita..siapa suruh selingkuh😁😁😁😁
ada ada aja nih jelita 😆😆😆😆😒
gak sia² si Bisma punya mulut bon cabe 🤣🤣🤣🤣
bilang aja kejadian yang sebenarnya...
Bisma salah paham...