Novel ini terinspirasi dari novel lain, namun di kemas dalam versi berbeda. Bocil di larang ikut nimbrung, bijaklah dalam memilih bacaan, dan semua percakapan di pilih untuk kata yang tidak baku
-Entah dorongan dari mana, Dinar berani menempelkan bibirnya pada mertuanya, Dinar mencoba mencium, berharap Mertuanya membalas. Namun, Mertuanya malah menarik diri.
"Kali ini aja, bantu Dinar, Pak."
"Tapi kamu tau kan apa konsekuensinya?"
"Ya, Saya tau." Sahutnya asal, otaknya tidak dapat berfikir jernih.
"Dan itu artinya kamu nggak boleh berenti lepas apa yang udah kamu mulai," kata Pak Arga dengan tegas.
Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon An, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perkenalan
Di hari ini tepat usia Dinara eleta (Dinar) yang menginjak dua puluh tahun, statusnya yang awalnya adalah seorang perempuan single telah berubah menjadi seorang istri, istri dari Evano satya wijaya. Sekarang ia harus menerima statusnya sebagai istri dari Evano satya wijaya tersebut yang lebih akrab dipanggil (Vano).
Vano adalah anak dari keluarga terpandang di desa. Keluarganya banyak membantu keluarga Dinar, baik dalam semua hal, termasuk finansial. Umur Vano dan dinar tidaklah terpaut jauh, hanya berbeda empat tahun saja.
Setelah menikah, Dinar baru tahu bahwa kabarnya Vano sendiri yang meminta sang Ayah untuk meminang Dinar saat itu. Dan ayahnya setuju untuk menjadikan Dinar sebagai menantu dari putra sulungnya.
Dinar menerima pinangan Vano, semua resepsi pernikahan digelar secara tiba-tiba begitu saja, Dinar bahkan mungkin sangat belum terlalu mengenal suaminya, lalu bagaimana dia bisa mencintai seseorang yang sekarang sudah berubah status menjadi suaminya itu?
Pada saat itu, Dinar hanya mengenal Vano sebagai pemuda desa yang berperawakan tampan, berwibawa, bodynya atletis dengan pembawaannya yang tenang. Semua perempuan di desa amat memuja Vano, dan berniat menginginkan merebut hati Vano supaya bisa dipersunting oleh lelaki tampan itu. Namun, Dinar tidak pernah menyangka, bahwa pada akhirnya Vano sendirilah yang memilihnya.
"Ra, bisa buatkan kopi untuk mas, kamu lagi nggak sibuk-kan?" Dinar mendengar suara suaminya. Dinar yang sedang membersihkan rumput di permukaan tanah pot bunga segera menyelesaikan kegiatannya. Nara adalah panggilan khusus Vano untuk Dinar.
"Iya Mas. Nara buat dulu kopinya ya." jawabnya sedikit teriak dari dapur.
Saat Dinar sampai di dapur, ternyata sudah ada Pak Arga, Bapak mertua Dinar.
Mertuanya itu berdiri memunggunginya. Tangannya sedang memegang cangkir gelas, dan bergerak seolah menyeduh air panas dari dalam termos.
Dinar menegur mertuanya itu dengan nada sopan, "Pak, kenapa gak bilang sama Dinar kalau mau ngebuat kopi? Dinar sekalian buatkan kalau gitu, kebetulan Mas Vano juga minta dibuatkan kopi."
Pak Arga, mendengarkan Dinar sambil terkekeh, "Ini cuma kopi aja Dinar. Jangan terlalu dijadikan beban, bapak bisa sendiri, kan tinggal dituang air panas saja. Toh kamu juga udah ngerebus airnya tadi kan?"
"I...iya Pak. Yaudah kalau gitu, Dinar mau buatkan kopi dulu untuk Mas Vano Pak."
Dinar mengambil gelas yang ada di rak, kemudian memberikan beberapa sendok bubuk kopi hitam ke dalam gelas. Tidak lupa, Dinar memberikan sedikit gula, Vano tipe laki-laki yang tidak suka menyeduh kopi terlalu manis. Katanya, pasti akan aneh kalau terlalu manis sekali.
Air panas pun sudah Dinar tuang ke dalam gelas. Dinar mengambil sendok teh, kemudian mengaduknya.
Namun, saat Dinar hendak mengaduk teh, tangannya tiba-tiba saja licin, sendok itu terjatuh. Dinar menghela napas, lalu merendahkan tubuh, meraih sendok yang jatuh ke lantai.
Tanpa disadari Dinar, posisi Pak Arga sejajar dengan punggungnya di belakang. Tubuhnya merunduk, membuat matanya melebar, rok yang Dinar kenakan saat itu terangkat dan memperlihatkan pula paha mulusnya yang berkulit putih.
Pak Arga yang berada di belakang Dinar, melihat paha mulus itu seraya meneguk saliva-nya tanpa berkedip.
Sialnya, Dinar lupa bahwa ia mengenakan rok satin yang hendak bebas bila bergerak. Dinar menyadari itu lalu segera mungkin membenahi posisinya, kembali berdiri saat sudah meraih sendoknya.
Dinar memalingkan wajahnya ke belakang, dan mendapati Pak Arga juga memalingkan wajah ke sisi lain.
"Astaga! Untung aja, mertuaku gak ngelihat semua ini." Dinar membatin.
*
*
...BERSAMBUNG,...
Catatan author! 👇🏻
Hai guys ini novel ke-dua aku, mohon suport sebanyak-banyaknya ya!!! biar othornya kian semangat terus.
Bacalah dari awal hingga akhir, jangan skip-skip ya guys karena ini karya bukan bon hutang, dihayati kaya lagi baca surat cinta dari gebetan.
Budayakan like setiap episode dan klik tombol minta update di akhir bab.
Lope sekebon buat kalian.🥰🥰🥰
Sehat selalu dan rejeki kalian lancar di manapun kalian berada orang-orang baik, Aminnn.💫