DASAR MANDUL!
6 tahun sudah, Hanabi Lyxia harus mendengarkan kalimat tak menyenangkan itu dikarenakan ia belum bisa memberikan keturunan.
Kalimat sumbang sudah menjadi makanannya sehari-hari. Meskipun begitu, Hana merasa beruntung karena ia memiliki suami yang selalu dapat menenangkan hatinya. Setia, lembut bertutur kata dan siap membela saat ia di bully mertuanya.
Namun, siapa sangka? Ombak besar tiba-tiba menerjang biduk rumah tangga nya. Membuat Hana harus melewati seluruh tekanan dengan air mata.
Hana berusaha bangkit untuk mengembalikan harga dirinya yang kerap dikatai mandul.
Dapatkah wanita itu membuktikan bahwa ia bukanlah seorang wanita mandul?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ATM11
Hana mendekati pagar dengan perlahan-lahan. Ia penasaran dan hendak mengintip, siapa gerangan yang datang. Gavriil? Atau suaminya, Damar? Namun, belum sempat ia mengintip, kepala seseorang lebih dulu muncul di pagar dan langsung menyeringai.
"KETEMU~"
BUGH!
Hana kaget dan langsung menonjok area mata pria yang tiba-tiba muncul dari sebalik pagar.
"Awh! Apaan sih lo, Han? Main tonjok aja, lo kira gue samsak?" Gavriil meringis kesakitan, pria itu menutup wajah dengan kedua tangannya.
Bola mata hazel milik Hana, auto terbelalak. Mulutnya menganga lebar. 'Mampus aku!'
"Sorry, Gav, sorry! Sumpah, gue kira lo Damar!" Hana menggigit ujung bibirnya.
"Tega lo, nyama-nyamain gue sama manusia tulang lunak kayak begitu!" cicit Damar.
"Elu sih, kebiasaan suka ngagetin orang! Sakit banget ya?" Hana tampak khawatir.
Gavriil masih menutup wajahnya dengan kedua tangan sambil sesekali mengaduh, membuat Hana semakin bersalah. Padahal di balik telapak tangan itu, Gavriil tengah tersenyum brutal. Pria itu nyaris kayang sangking senang bertemu cinta pertamanya itu.
Gavriil menurunkan kedua tangannya, lalu menatap Hana lekat-lekat. Tatapan maut pria itu membuat Hana salah tingkah.
"Jadi kita mau ke ma-----na?" Gavriil menarik napas dalam-dalam saat matanya tak sengaja melirik dada Hana yang terekspos.
Secepat kilat pria tampan rupawan itu mendongak ke atas dan melempar jauh pandangannya ke langit luas.
Hana menyadari jika buah melon milik nya telah merusak iman dan imun Gavriil. Wanita itu berusaha menutupi benda keramat itu dengan kimono yang dikenakan nya. Namun, tetap saja, gundukan dua melon itu tak dapat disembunyikan.
"Terserah mau bawa gue ke mana, yang pasti kita harus pergi dari sini. Mas Damar pasti lagi keliling nyariin gue, Gav!" jawab Hana.
Gavriil mengedarkan pandangan ke area luar pagar mushola tersebut, ia memastikan situasi benar-benar aman.
Setelah memastikan keadaan, Gavriil menggenggam jemari Hana dan menariknya dengan lembut.
"Ayo, kita ke apartemen ku," ajak Gavriil.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Damar pulang ke rumah dengan perasaan hampa. Ia tak menemukan apapun dan siapapun di mushola.
"Tapi, jelas ada sisa aroma parfum Hana di area mushola tadi. Sepertinya aku kalah cepat," gumam Damar dengan wajah murung.
Dengan langkah gontai, Damar berjalan menuju dapur. Pintu kulkas ia buka, lalu meraih sebotol air mineral dingin dan di teguknya hingga kandas. Tenggorokannya terasa kering, efek lelah malam-malam buta berkeliling menggunakan sepeda.
Damar menyandarkan tubuhnya pada sebuah kursi di ruangan makan. Pikiran nya melalang buana, semua memori nya bersama Hana kembali terkenang.
Di tatapnya arloji yang melingkar di pergelangan tangan, nyaris jam setengah tiga. Damar menghela napas panjang, saat teringat biasanya jam segini ia tengah bermain kuda-kudaan dengan istrinya tercinta.
"Di mana kamu, Hana?" Damar bermonolog sendirian, suara nya terdengar sedih.
"Apa mungkin pernikahan kita akan kandas? -- Jika kandas, mau jadi apa kamu tanpa ku, Hana? Apa kamu pikir di luar sana ada laki-laki yang mau dengan seorang janda yang tak sanggup memberikan keturunan? Hanya aku yang bisa menerima kekurangan mu, Hana," lirih Damar kembali.
Damar menarik napas sedalam-dalamnya, lalu kembali menghembuskan nya.
'Kamu dimana, Sayang?' batin Damar, sambil mengusap-usap benda keramat miliknya yang masih terasa nyeri.
"Ah, ini gara-gara si bodoh Tuti, ngapain juga ini barang sakti pakai di kremek segala. Untung gak pecah, ada-ada aja wanita itu! -- Hmm, tapi, dia di mana ya? Apa sudah tidur?" Damar mengedarkan pandangan.
Pria itu lekas bangkit, hendak menuju ke kamar Tuti. Meskipun sempat di buat jengkel, Damar juga merasa tak enak hati karena sudah membentak sang istri malam ini.
Selagi ia menuju ke kamar Tuti, samar-samar Damar mendengar suara sang istri sedang mencak-mencak di kamar sendirian.
Damar mempercepat langkahnya, pintu sudah di depan mata. Daun telinganya bergerak-gerak, fokus menguping.
"Pokoknya, jangan telfon-telfon aku lagi. Aku tidak punya uang!"
Suara Tuti terdengar jelas dari balik pintu. Damar mengernyit heran dengan kalimat yang dilontarkan sang istri.
'Apa Tuti terlibat hutang piutang?' batin Damar.
Setelah memikirkan matang-matang, pria itu mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam sana. Damar mundur selangkah dan kembali melangkah, kali ini tujuannya ke kamar Hana.
"Apa Tuti menyembunyikan sesuatu dari ku?" gumam Damar.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Suasana di dalam mobil begitu canggung, Gavriil lebih banyak diam dan fokus menatap ke depan.
Begitupun juga dengan Hana, sebenarnya wanita itu merasa tak nyaman. Bayangkan saja, hampir di sepertiga malam ia bersama lelaki lain dengan menggunakan piyama robek nan tipis serta membawa dua buah melon yang gundal gandul.
'Mau gimana lagi? Aku gak punya pilihan lain, untung aja Gavriil bisa diandalkan. Salut sih sama nih cowok, normal padahal, tapi ... bisa setenang itu ngelihat belahan dada ku yang terekspos gini. Apa jangan-jangan aku udah gak menarik ya? Tapi, dia keren sih!' puji Hana di dalam hati.
Hana tidak tau, faktanya, Gavriil nyaris tak bernafas. Tubuhnya keringat dingin saat terbayang-bayang melon milik Hana yang sempat ia lirik di depan mushola tadi.
Gavriil menggeleng-gelengkan kepala ketika dua melon itu menari-nari di dalam isi kepalanya.
GRADAK!
Lubang di jalanan yang terlindas oleh mobil yang Gavriil kemudi, seketika menyadarkan pria itu dari dunia permelonan.
"Perasaan kemaren-kemaren kagak ada tuh lubang," sungut Gavriil.
"Fokus, Gav, fokus. Mikirin apaan sih lo? Mikirin ayank?" ledek Hana.
Dada Gavriil bergemuruh.
'Mikirin lu punya melon, Hanaaaa!' jerit Gavriil di dalam hati.
Gavriil berusaha tenang, ia kembali fokus mengemudi. Apalagi jarak ke apartemen nya sudah tidak jauh, pria itu sedikit melajukan mobilnya.
Lima belas menit kemudian, Hana dan Gavriil sudah tiba di apartemen. Dengan sopan, Gavriil mempersilahkan wanita itu masuk.
Hana melangkah pelan, ia sedikit canggung. Bola mata wanita itu melirik dua gelas yang ada di meja ruang tamu.
"Ada tamu ya?" tanya Hana sopan pada Gavriil yang berdiri di depannya.
Gavriil berbalik badan, lalu menatap meja. "Oh itu, tadi waktu lo telfon, ada Mama di sini."
"Malam-malam buta begini? Lo bikin masalah?" selidik Hana.
"Mama baru pulang dari luar kota, jam sepuluh malam kebetulan melintas di daerah sini, jadi nyempetin mampir." Sambil bicara, Gavriil berjalan menuju ke dapur.
Pria itu membuka pintu kulkas, lalu menyambar dua botol minuman teh melati dan lekas memberikan salah satunya pada Hana.
"Gue mandi dulu ya, Han, asli gerah. Lo kalau mau tidur, duluan aja. Lo bisa pakai kamar gue, tuh di sebelah sana." Kata Gavriil setelah meneguk habis minumannya.
"Terus lo gimana?" tanya Hana.
"Sofa lah, santuy aja." Gavriil menatap lurus bola mata Hana, pria itu berusaha menghindar dari dunia permelonan.
Belum sempat Hana menjawab, Gavriil sudah melangkah pergi, menuju ke kamar mandi. Pria itu merasa semakin gerah.
"Parah banget cuaca, malam-malam gini berasa di sembur naga. Padahal tadi hujan loh, kok bisa panasnya sampai gini amat?!" gumam Gavriil begitu sampai di dalam kamar mandi.
Gavriil lekas menyalakan shower dan mengatur suhu dingin. Kedua tangan pria itu bersandar pada dinding.
Bulir-bulir air dingin membasahi tubuh gagah berisi otot-otot sempurna milik Gavriil. Begitu banyak air yang membasahi tubuhnya, tapi, Gavriil seakan tak puas. Ia merasa panas dan haus, bayang-bayang melon Hana kembali menghantui isi kepala perjaka ting-ting itu.
Nafas Gavriil seakan tercekat di tenggorokan, dada nya berdetak kian kencang.
BRAK!
Gavriil tersentak, kala pintu kamar mandi yang lupa ia kunci terbuka lebar hingga menghantam dinding.
Mata pria itu membulat, jantungnya nyaris melompat, tepat saat Hana menyambar bibirnya.
"Hana," desah Gavriil. "Kau bisa menyesal nan---ti~"
*
*
*
Kira-kira, apa ya yang bakal terjadi?
Readers 🧡💛💚💙💜🤎🖤🤍❤❤️🔥
Buat yang ingin memberikan dukungan untuk karya ini, kalian bisa memberikan like, komentar, permintaan update, gift ataupun Vote ya ✅
Sehat selalu untuk para readers ❥ Selamat membaca ♡
tapi tetap semangat y Thor buat cerita ny yg lbih bagus lgi👍😘
lanjutkan pokoknya😆😆😆
bener tuh kata David🤭😆😆😆