Rindunya adalah hal terlarang. Bagaikan sebuah bom waktu yang perlahan akan meledak di hadapannya. Dia sadar akan kesalahan ini. Namun, dia sudah terlanjur masuk ke dalam cinta yang berada di atas kebohongan dan mimpi yang semu. Hanya sebuah harapan rapuh yang sedang dia perjuangkan.
Ketika hubungan terjalin di atas permintaan keluarga, dan berakhir dengan keduanya bertemu orang lain yang perlahan menggoyahkan keyakinan hatinya.
Antara Benji dan Nirmala yang perlahan masuk ke dalam hubungan sepasang kekasih ini dan menggoyahkan komitmen atas nama cinta itu yang kini mulai meragu, benarkah yang mereka rasakan adalah cinta?
"Tidak ada hal indah yang selamanya di dunia ini. Pelangi dan senja tetap pergi tanpa menjanjikan akan kembali esok hari"
Kesalahan yang dia buat, sejak hari dia bersedia untuk bersamanya. Ini bukan tentang kisah romantis, hanya tentang hati yang terpenjara atas cinta semu.
Antara cinta dan logika yang harus dipertimbangkan. Entah mana yang akan menang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 Berawal Dari Cerita Drama
Nirmala kembali ke ruang tengah dengan membawa secangkir coklat hangat. Ketika sampai disana, Nirmala melihat Galen sedang duduk di depan laptopnya. Nirmala baru sadar jika sejak tadi laptopnya menyala dan belum dia matikan.
"Em, ini minumnya Tuan. Mungkin Nona Muda akan segera pulang"
Galen menoleh, dia menatap Nirmala yang berdiri disamping meja dan menyimpan secangkir minuman.
"Kau menonton ini?"
"Em, i-iya Tuan"
Galen menatap Nirmala yang hanya berdiri di samping meja. Tanpa berniat melakukan apapun. "Duduklah, sambil menunggu Laura datang. Kita menonton drama ini saja"
Nirmala mengedipkan matanya kaget, dia melihat tangan Galen yang menepuk ruang kosong disampingnya. Nirmala ragu untuk duduk disana. Berdampingan dengan Galen hanya akan membuat hatinya tidak aman.
"Cepat, kenapa kau hanya berdiri saja?"
Nirmala mengangguk pelan, dia duduk disamping Galen dengan posisi yang dia anggap aman. Masih ada sedikit jarak diantara mereka.
"Drama ini sudah episode berapa?"
"Em, ini yang episode empat. Seharusnya Tuan nonton dari episode satu dulu" ucap Nirmala, bahkan tangannya saling bertaut di atas pangkuan. Merasa gugup.
Nirmala mencondongkan wajahnya ke arah laptop, ingin mengubah episode drama yang ditontonnya untuk kembali ke episode satu.
"Tidak perlu kau ubah, ceritakan saja bagaimana alur ceritanya dari episode pertama"
Nirmala seketika langsung menoleh pada Galen, tidak sadar jika jarak mereka berdua terlalu dekat sekarang. Bahkan Galen yang juga sedang menoleh padanya saat ini. Membuat tatapan mereka beradu untuk beberapa saat.
"Ekhem, i-iya Tuan. Biar saya ceritakan saja"
Nirmala segera menjauhkan tubuhnya dari Galen, dia tidak akan aman jika terus berada dalam posisi seperti ini. Nirmala melirik ke arah Galen yang sekarang menatap ke arahnya dengan lekat. Kepalanya yang miring dengan satu tangan yang bertumpu pada sandaran sofa untuk menyangga kepalanya.
"Jadi, bagaimana awal mulai perempuan itu mempunyai hubungan gelap dengan pria itu? Bukannya pria itu sudah mempunyai tunangan?"
"Em, jadi gadis itu adalah sahabat si wanita. Dan karena suatu hal, menjadikan dia sering bertemu dengan pria yang menjadi tunangan si wanita itu. Di sisi lain, si wanita tunangannya itu juga mempunyai teman pria baru yang menurut dia asyik untuk di ajak bicara. Dan pada akhirnya, keduanya menjalin hubungan di belakang. Nah si wanita ini ... Bla ... bla.. bla ..."
Tanpa sadar Galen tersenyum ketika dia melihat Nirmala yang menceritakan tentang cerita dari drama yang dia tonton. Bibir tipisnya yang bererak-gerak saat berbicara membuat Galen merasa lucu.
"Kau lucu"
Deg... Nirmala berhenti untuk bercerita, dia menoleh dan melihat Galen yang menatapnya dengan lekat. Membuat dia gugup.
"Kenapa berhenti? Teruskan ceritamu! Aku belum sepenuhnya mengerti alur ceritanya"
"Em, saat menjalin hubungan itu si pria merasa jika dia lebih bahagia saat bersama dengan teman kekasihnya ini. Begitupun dengan ..."
"Nirma, aku pulang!"
Teriakan itu membuat Nirmala berhenti bercerita, dia menoleh dan melihat Laura yang berjalan ke arahnya. Wajahnya berseri penuh kebahagiaan. Namun, senyuman cerah itu langsung hilang ketika dia melihat pria yang duduk dengan Nirmala sekarang.
"Loh, Galen kapan kamu pulang? Kenapa tidak bilang dulu padaku?"
Galen tersenyum, dia berdiri dan menghampiri kekasihnya. Mengelus kepala Laura dengan lembut.
"Aku ingin memberikanmu kejutan. Tapi saat aku sampai disini, kau malah tidak ada di Rumah. Habis darimana?"
Laura tersenyum, dia memegang tangan Galen yang berada di kepaalnya, lalu membawanya ke dalam genggaman. Melirik Nirmala yang hanya diam ditempatnya. Nirmala bsia melihat bagaimana paniknya Laura saat Galen bertanya seperti itu.
"Ada urusan dan pekerjaan sebentar" Nirmala berteriak tanpa suara, agar Laura bisa memberikan alasan yang sama dengannya.
"Ah, aku ada pekerjaan sebentar. Kamu sih, kenapa gak bilang kalo sudah pulang. Padahal aku sangat merindukanmu" ucap Laura yang langsung memeluk Galen. Berteriak mengucapkan terima kasih pada Nirmala, di balik punggung pria itu.
Nirmala hanya mengangguk saja, dia mematikan layar laptop dan menutupnya. Membawa laptop itu dalam pelukannya. Dia berdiri dan melewati mereka untuk berlalu ke kamarnya.
"Hey, lain kali lanjutkan lagi ceritamu" ucap Galen menghentikan langkah kaki Nirmala.
Nirmala hanya mengangguk saja sebelum dia berlalu dari sana. Menaiki anak tangga dan pergi dari sana. Galen hanya menatap gadis itu yang berlalu ke lantai atas.
"Cerita apa kamu sama Nirma?"
Galen mengerjap, dia sadar akan satu hal jika masih ada Laura. "Karena jenuh menunggumu, jadi aku minta dia ceritakan drama yang dia tonton sejak awal. Tadinya aku ingin menonton bersamanya sambil menunggu kamu. Tapi untungnya kau keburu datang, jadi aku tidak lama menunggu"
Laura tersenyum, dia menuntun kekasihnya untuk kembali duduk di sofa. Melihat secangkir coklat di atas meja.
"Pasti Nirma yang buat ini, dia sering kasih aku minuman ini. Enak loh, kamu belum coba?"
Galen tersenyum, dia meraih cangkir berisi coklat hangat itu dan meminumnya. Rasa manis yang pas dengan kentalnya coklat, terasa hangat di tenggorokan dan membuatnya nyaman.
"Em, cukup enak"
"Kan? Memang minuman ini selalu enak kalo buatan Nirma. Yang dinginnya juga enak"
Galen mengangguk, dia tersenyum sendiri menatap secangkir coklat hangat di tangannya. Meminumnya kembali sebelum menyimpan di atas meja.
"Jadi, kenapa kamu pulang tidak bilang padaku?"
"Hanya ingin membuat kejutan. Oh ya, besok malam kamu tidak ada acara? Aku ingin mengajakmu keluar"
"Em, boleh. Aku hanya ada pemotretan sampai sore"
*
Di dalam kamar, Nirmala melanjutkan nonton yang tertunda. Namun kali ini dia tidak bisa fokus pada drama yang dia tonton. Malah terbayang dengan wajah Galen yang memperhatikannya saat dia bercerita.
"Ah, jantungku tidak aman"
Nirmala memegang dadanya yang berdebar, entah kenapa setiap berdekatan dengan kekasih dari Laura itu selalu membuatnya berdebar seperti ini.
Saat Nirmala ingin mengakhiri menonton karena sudah tidak mendapatkan fokusnya lagi. Suara ketukan pintu terdengar.
"Nirma, ini aku. Boleh masuk ya"
Nirmala menutup laptopnya, lalu dia berteriak. "Masuk saja, tidak dikunci"
Laura langsung masuk, dia menatap saudara angkatnya yang sedang duduk di atas tempat tidur. Segera dia menghampirinya.
"Kebiasaan buruk gak suka kunci pintu. Kalo sampai yang masuk orang jahat gimana?"
"Ya, orang jahat mana yang akan masuk ke Rumah ini. Kan penjagaan juga ketat"
Laura menghela nafas, memang benar yang diucapkan oleh NIrmala itu. Laura merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, menjadikan kaki Nirmala yang berselonjor sebagai bantalan.
"Tuan Galen sudah pulang?"
Laura hanya berdehem kecil dan mengangguk saja. "Dia ngajak aku pergi besok malam. Tapi mendengar dari ucapannya, aku curiga kalau dia bakal lamar aku. Apalagi dia sudah bilang kalau sudah selesai dengan pendidikan dan juga pekerjaannya di Luar Negara, maka dia akan menikahiku. Aaa.. Aku harus bagaimana?"
Nirmala mengerutkan keningnya, merasa bingung dengan sikap Laura saat ini. "Bagaimana apanya? Ya bagus dong kalau dia mau menikahimu"
Laura tidak menjawab, dia bangun dan duduk bersila di atas tempat tidur. Menatap Nirmala dengan lekat. "Besok malam kamu harus ikut denganku"
"Hah?!"
Bersambung
lanjut kak tetap semangat 💪💪💪