Tak Tersentuh

Beberapa Bulan berlalu, Arka masih saja belum mau menyentuh Fahira. Sedangkan Fahira yang jenuh dengan kehidupannya yang seperti itu saja, membuat dia ingin kembali bekerja sebagai pengajar Sekolah Menengah Atas seperti saat dirinya berstatus Janda.

Pagi ini, Fahira seperti biasanya membuatkan sarapan untuk suaminya. Dia menyiapkan segalanya di meja makan dengan penampilan yang membuat Arka menelan salivanya.

Fahira pagi ini memakai kaos tangtop dengan lengan yang sedikit lebar berwarna merah hati kemudian memakai celana hot pant selutut yang begitu ketat, membuat mata Arka sedikit tidak sehat.

"Sarapan Mas.."

Lamunan Arka buyar setelah mendapat tawaran dari Fahira.

"Ehem.."

Dia kemudian berdehem dan menetralkan ekspresinya agar tidak terlihat gugup karena melihat penampilan Fahira yang tidak biasanya.

Arka menarik kursinya sambil sesekali melirik Fahira yang masih memindahkan masakannya ke dalam mangkuk dan ditaruh di meja makan. Fahira yang tak sengaja melihat Arka menatapnya membuat dia menghentikan kegiatannya.

"Kenapa Mas ? Apa ada yang salah ?" tanya Fahira.

"Ah nggak, tumben saja melihat penampilanmu seperti itu."

Arka berusaha untuk bersikap biasa saja. Dia kemudian menatap ke meja makan yang sudah berisi beberapa makanan dan lauk disana. Fahira yang berbalik ke arah kompor terus tersenyum. Dia berhasil membuat Arka kelimputan dengan penampilannya saat ini.

"Mau sarapan apa Mas ?"

Fahira menenteng piring kosong menawari suaminya untuk memilih sarapan yang mana yang dia inginkan. Arka menatap Fahira sekilas dan menyahut pertanyaan sang istri.

"Aku mau nasi dan telor balado saja, dan itu kerupuknya satu."

Fahira mengambilkan semua yang Arka inginkan dan menaruh dihadapan suaminya. Fahira berusaha untuk tetap biasa saja meski hatinya menari-nari saat melihat Arka salah tingkah.

Setelah selesai mengurus suaminya, dia menarik kursinya duduk di sebelah Yumna dan menyuapi sang putri dengan telaten.

Cukup hening tak ada pembicaraan disana, Fahira yang sudah memikirkan matang-matang bahwa dirinya ingin bekerja, kini menarik nafasnya dalam dan mengajak Arka bicara untuk meminta ijin padanya.

"Mas.. Aku mau bicara.."

Ucapan Fahira membuat Arka menghentikan mulutnya yang sedang mengunyah makanan. Dia kembali menggerakkan tangannya untuk menyuap nasi dan menyahut ucapan Fahira.

"Bicara saja Fahira, kau mau bicara apa ?" sahut Arka masih menyuap nasinya ke dalam mulut.

"Aku mau.. Em, aku mau minta ijin.."

Fahira gugup, dia takut Arka tak mengijinkannya dia bekerja. Namun jika tidak diijinkan dirinya bisa memaksa dengan berbagai alasan.

"Ijin ? Kau mau pergi kemana ?" jawab Arka menatapnya penuh tanya.

"Aku nggak pergi kemana-mana Mas, aku cuma mau minta ijin kalau aku ingin kerja lagi seperti dulu.."

Penjelasan Fahira membuat Arka menatapnya lekat dan penuh dengan banyak pertanyaan dibenaknya. Bagaimana bisa Fahira minta ijin untuk bekerja ? Apa uang yang dia berikan kurang ? Atau memang sengaja tidak mau mengurusnya dirumah ? Atau bahkan dia selingkuh dengan alasan bekerja ?

Berbagai macam pertanyaan bernostalgia di pikiran Arka hingga membuat Fahira merasa heran dengan lamunan Arka seakan bertanya apa yang ada dipikirannya.

"Mas.."

"Ah iyaa.. Kenapa ?"

Lamunan Arka buyar setelah Fahira memanggilnya, Fahira lalu tersenyum dan kembali mengajukan pertanyaan yang tadi.

"Aku mau ijin bekerja, boleh kan ?"

Mendengar pertanyaan kedua kalinya dari Fahira, Arka terdiam dan berfikir. Dia lalu menyahutnya dengan mengajukan beberapa persyaratan.

"Boleh, asalkan sebelum kerja kau sudah pastikan selesai dengan tugasmu mengurusku dirumah."

"Oke, nggak masalah.. Semua akan aku selesaikan sebelum aku berangkat." sahut Fahira antusias.

Hal itu membuat Arka mengerutkan keningnya. Bukan jawaban itu yang Arka mau, Arka menginginkan Fahira mengeluh dengan persyaratan yang ia ajukan padanya.

Namun bukan Fahira namanya jika tak bisa membuat Arka bingung dibuatnya.

"Lalu Yumna ? Dia pasti akan kesepian jika berada dirumah sendirian." ujar Arka yang masih sedikit keberatan jika Fahira bekerja.

"Kan bisa aku bawa Mas.." sahut Fahira tersenyum padanya.

"Memangnya kau mau bekerja dimana ?"

Arka penasaran, apa yang akan Fahira lakukan dengan pekerjaannya jika membawa anak ke sebuah perusahaan.

"Aku kan ngajar Mas, Aku mengajar di Sekolah Menengah Atas.." jelas Fahira memberitahu bahwa dirinya seorang Guru SMA.

"Oh, kau Guru sekolah ? Aku pikir kau bekerja di Perusahaan.."

Hal itu membuat Fahira tersenyum lebar melihat Arka yang sudah salah menduga. Selesai membicarakan tentang Fahira yang ingin bekerja, kini Arka pergi ke kantor menggunakan mobilnya.

Sedangkan setelah kepergian Arka, Fahira mengajak Yumna masuk ke dalam dan menyuruh Yumna untuk bermain dengan bonekanya. Sementara Fahira mencari beberapa berkas untuk melamar pekerjaan disekolah SMA terdekat di sekitar Perumahan Arka.

*

Fahira terus melangkah sambil memeluk berkas di tangan kirinya dan ditemani Yumna yang ia gandeng di sebelah kanan untuk melemar pekerjaan di sekolah terdekat.

Fahira menghentikan langkahnya saat sampai di depan Gerbang sekolah tersebut sambil menatap bangga, karena dirinya akan kembali mengajar disana.

"Assalamualaikum.. Permisi.."

"Waalaikumsalam.. Yaa ada yang bisa dibantu Bu ?"

Fahira tersenyum dan menunduk sopan setelah mendapat jawaban dari guru yang sedang duduk di kantornya. Fahira yang masih berdiri di ambang pintu lalu mengutarakan niatnya untuk mencari Kepala Sekolah disana.

"Maaf, ruang kepala sekolah dimana ya Bu ?" tanya Fahira sopan dan Ramah.

"Ooh itu Bu, disebelah sana.. Memangnya ada keperluan apa ya ?" tanya seorang Guru wanita disana penasaran akan keperluan Fahira.

"Ah tidak apa-apa, hanya ingin bertemu dan mengobrolkan tentang kegiatan sekolah.." sahut Fahira yang memang selalu menutupi niatnya sebelum dirinya benar-benar diterima sebagai pengajar.

"Ooh seperti itu, ya masuk saja Bu. Pak kepala sekolah ada diruangannya.."

Fahira kemudian melangkah pergi menuju ruang Kepala sekolah. Setelah sampai didepan ruangan, Fahira mengetok pintu yang ada dihadapannya itu.

Tok..Tok..Tok..

"Ya silahkan masuk.."

Fahira membuka gagang pintu dan melangkah masuk setelah dirinya diperintahkan untuk masuk. Fahira tersenyum ramah saat melihat sosok Kepala Sekolah yang duduk di kursi kebesarannya.

"Selamat siang Pak.." ucap Fahira mengulurkan tangannya.

"Selamat siang, silahkan duduk."

Fahira duduk ditemani Yumna disampingnya setelah Kepala sekolah tersebut menyambut uluran tangan Fahira.

"Yaa.. Ada yang bisa saya bantu ?" tanya Kepala sekolah tersebut yang bernama Wiranto.

"Perkenalkan saya Fahira Salsabila, saya datang kemari dengan bertujuan ingin melamar pekerjaan sebagai pengajar pelajaran Bahasa Inggris di sekolah ini.." jelas Fahira sambil menyerahkan berkas yang ia punya dengan pengalamannya sebagai pengajar.

"Oh begitu, pernah ngajar dimana Bu Fahira ?" tanya lagi Pak Wiranto.

"Saya dulu mengajar di kota X pak, kebetulan disini saya ikut suami saya. Jadi saya ingin mengajar disini."

Pak Wiranto terus mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar penjelasan Fahira. Fahira juga terus menjelaskan keahliannya saat dulu mengajar di kampungnya.

Pak Wiranto yang mengetahui keahlian Fahira dalam berbahasa Inggris tak diragukan lagi. Dengan berbagai pertimbangan dan perbincangan, Pak Wiranto akhirnya dapat memutuskan apakah Fahira pantas diterima atau tidak.

"Baiklah Bu Fahira, berdasarkan pengalaman dan kemahiran anda dalam berbahasa Inggris. Maka tidak ada alasan bagi saya untuk tidak menerima Bu Fahira disekolah ini, cuma ada sedikit yang harus Bu Fahira lengkapi berkasnya.." kata Pak Wiranto sambil membereskan berkas milik Fahira.

"Apa itu Pak ?"

Fahira merasa semua berkas dan datanya sudah dipenuhi. Jika masih ada yang kurang, maka dirinya harus kembali lagi besok pagi.

"Surat keterangan dari tempat Bu Fahira mengajar dulu, bahwa Bu Fahira di pindah tugaskan ke sekolah ini. Agar semuanya bisa di proses ke pihak wali kota dengan mudah.."

Fahira menganggukkan kepalanya mengerti dengan maksud dan penjelasan dari Pak Wiranto. Selesai membicarakan semuanya, Fahira lalu pamit undur diri. Dia akan kembali lagi besok setelah semua berkas sudah memenuhi syarat.

...----------------...

Bersambung...