Kisah seorang murid yang menjadikan gurunya sebagai inspirasi terbesar nya. Terjadi di dunia modern, yang semuanya serba ada namun serba sulit banyak kekurangan.
Murid yang selalu berusaha mencari perhatian sang guru. Dengan kemampuan aneh yang dimilikinya. Dan bagaimanakah kisah kelanjutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febby Sadin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masih Membekas
Dua tahun kemudian
Masih dengan kesibukannya yang sama, perkuliahan dan pekerjaan di perusahaan percetakan sekaligus dimalam harinya menjaga warung kopi.
"Tak terasa udah dua tahun ya kita kuliah, udah semester empat." ucap Bara, dia kini sedang bermain di warkop nya Bintang bersama Hasbi juga.
Oia, dalam dunia perkuliahan. Berbeda dengan tingkatan sekolah. Kalau sekolah menggunakan tingkatan kelas. Tapi kalau kuliah tingkatannya semester. Jadi kalau udah semester empat, namanya sudah kating alias kakak tingkat. Udah punya adek tingkat. Kalau di sekolah namanya adek kelas.
"Iya, ngomong-ngomong kamu kebagian magang di mana Bintang?" tanya Bara. Mereka kini telah pembagian magang di sekolah-sekolah semacam mengajar jadi guru namun bukan bekerja disekolahan tersebut. Karena jurusan mereka adalah ilmu Al-Qur'an dan hadits.
"Aku belum liat kemarin di papan Mading. Lupa gak liat." jawab Bintang.
"Iya sama Bin. Aku juga belum liat. Kalau kamu Bar? Kebagian di sekolahan mana?" ucap Hasbi.
"Kalian tau? ...." Bara membuat penasaran kedua temannya.
"Apa?!" ucap Hasbi.
"Aku magang di sekolah SDIMT! Duh seneng aku. Aku rasa Bu Fastaqima juga masih ngajar disana kan? Pasti bisa ketemu beliau nih!" ucap Bara dengan penuh semangat.
Bintang seketika menepuk pundak Bara, "Enak kamu Bar!" kini Bintang sambil menatap langit-langit yang gelap. "Kira-kira bisa request nggak ya magang dimana. Aku pengen magang yang ada Bu Fastaqima nya juga...." rengek Bintang.
"Memangnya kamu sekarang jadi beneran suka sama Bu Fastaqima kah?!" tanya Hasbi dengan nada terkejut.
"Nggak lah! Beliau itu aku hormati. Nanti suaminya marah kalau aku naksir beneran sama beliau." canda Bintang. Lalu dia melanjutkan, "Aku itu cuma nge-fens sama beliau. Nge-fens banget! Bagiku Bu Fastaqima itu sudah seperti inspirasi bagiku. Inspirasi kehidupan ku selama ini, ceramah beliau selama sekolah SD dulu masih melekat dipikiranku. Bu Fastaqima.... Sang Inspirator Bintang!" ucap Bintang sembari seolah berkata pada langit malam. Dia menengadahkan tangannya ke langit benar-benar berhalu ada Bu Fastaqima di depannya.
Kedua temannya pun tertawa terbahak-bahak. "Kalau kamu suka cewek kayak Bu Fastaqima.... Jadi kurang lebih ya inspirasi wajah pasanganmu dimasa depan sebelas dua belas lah ya... Sama wajah Bu Fastaqima...." ucap Hasbi.
Bintang pun tampak berpikir sejenak "Begitu juga boleh."
"Kalau soal kejadian dua tahun lalu. Kalian kira-kira sudah move on nggak?" tanya Bara tiba-tiba.
Membuat Bintang duduk di depannya Bara saat itu juga dengan tatapan serius. "Emangnya kenapa tiba-tiba kamu nanya hal itu?" tanya Bintang.
"Nggak... gak apa... Cuma sejak kejadian di hutan kawah dua tahun yang lalu. Kita udah gak pernah ngadain acara-acara apapun tentang alumni. Jadi kayak gak ada fungsinya gitu title ketua alumni pada diriku ini!" ucap Bara. Dengan pesonanya yang keren dia menepuk dadanya sendiri saat mengucapkannya.
"Aku ada ide." ucap Bintang.
"Apa?" Tanya Bara dan Hasbi bersamaan.
"Sebentar lagi kan bulan puasa, udah bulan depan to! Gimana kalau kita ngadain war takjil di dekat jalan kampung Idiom?!!"
"Ide bagus tuh! Oke. Kabari Permata dulu. Dia juga udah gak pernah wa ke kita sejak kejadian itu." ucap Bara.
Mereka pun langsung tancap gas memulai kembali apa yang sempat terhambat. Bintang pun mengambil hp dari saku celananya.
Assalamualaikum teman-teman
"Hanya wa begitu saja?" tanya Bara saat mendapati wa masuk di grup obrolan alumni SDIMT.
"Iyalah pemanasan dulu." ucap Bintang.
Permata : Waalaikumsalam
Roro : waalaikumsalam
Nur : Waalaikumsalam
Salma : waalaikumsalam
Sari : waalaikumsalam
Fira : waalaikumsalam
"Waduh! Cewek semua yang balas!" pekik Bintang. Dengan penuh semangat dia pun segera membalas.
Bintang: Wah akhirnya gak sepi ya.... kemana semua yang cowok2
Shad: apa Bintang aku hadir
Riz : on kok aku!
Tama : Ehem
Jefri : haloo
"Kalau cowok emang ngawur ya kalau balas!" pekik Bara. Mereka bertiga pun menghabiskan malam itu dengan membicarakan rencana mereka melalui wa dahulu, jika banyak yang setuju mereka akan melakukan war takjil. Namun jika lagi-lagi masih trauma atas kejadian dua tahun lalu, mereka pun kembali panding acaranya untuk waktu yang tak ditentukan.
.
.
.
Lanjutannya secepatnya 😘