Mengisahkan tentang persahabatan tiga gadis yang bertemu dimasa putih abu-abu.
Sebuah kisah manis namun penuh luka diawalnya yang dimulai dari seorang Aisha Yuna, seorang anak dari pemilik toko bunga dengan Arga Bimantara yang merupakan teman satu sekolahnya.
Yuna memiliki dua sahabat berbeda karakter dengannya tapi mereka bertiga saling melengkapi satu sama lain dan juga memiliki kisah yang berliku.
karakter tokoh:
Yuna si gadis lembut dan kalem tapi juga mandiri serta kuat. Pemilik sebuah toko bunga yang ia rintis sendiri sejak masa perkuliahan.
Indri si tomboy yang selalu bisa melindungi dua sahabatnya. Seorang penulis artikel yang bekerja di kantor media milik keluarganya.
Riana perpaduan antara kalem dan tomboy. Seorang designer dan pemilik butik.
Ketiganya memiliki cerita yang berbeda, mulai dari karir, keluarga dan kisah percintaan yang tidaklah mulus.
Yuk simak kisah mereka....?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon neng_86, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Reuni
Yuna terpaku saat melihat pria yang berdiri didepannya.
Tanpa sadar, Yuna mundur selangkah. Kakinya terasa kelu. Bibirnya seolah terkunci rapat. Degup jantungnya terasa begitu cepat. Padahal ia dan pria didepannya ini dulu hanya sekilas mengenal. Tapi kenapa seolah mereka seperti mengenal sangat dekat.
Yuna menggeleng pelan, mengusir ingatan sekilas yang muncul.
Pria itu berjalan mendekat pada Yuna. Tanpa senyum, tanpa ekspresi apapun.
"Hai... " sapa pria itu masih dengan wajah datar.
Yuna menarik nafas. Ia mengenali pria ini. Meski sudah sepuluh tahun berlalu tapi ia masih dengan sangat jelas mengingat pria yang berpenampilan sangat berbeda dari dia ketika remaja.
"Arga....?"bisik Yuna dalam hati.
"Hai.... Apa kabar...?" sapa Arga menjulurkan tangan kearah Yuna.
Yuna hanya diam dan menatap uluran tangan itu tanpa ada niat menyambutnya.
Arga sedikit memiringkan kepalanya.
"Well...kamu tidak mau menyambut uluran tangan saya. Tak apa,saya cukup senang sekaligus kaget jika yang menyenggol mobil saya adalah kamu. Aisha Yuna, kamu tidak berubah, masih suka ceroboh dan suka menabrak..." ucap Arga menarik uluran tangan yang tak disambut oleh gadis teman sekolahnya dulu.
Yuna menelan ludahnya yang serat. Pria ini mengingat kebiasaan buruknya itu.
Yuna berdehem untuk meredakan kecanggungannya.
"Saya hanya minta keringanan dari kesalahan yang saya lakukan. Bisakah anda meringankan uang ganti ruginya atau paling tidak biarkan saya membayar dengan menyicilnya... Bagaimana?" ucap Yuna seolah tak terpengaruh oleh Arga.
Arga menaikkan sebelah alisnya. Ia merasa jika Yuna juga masih mengenalnya tapi kenapa ia bersikap seolah mereka adalah dua orang asing. Harusnya tidak seperti ini pikir Arga.
Arga terlihat kecewa tapi secepat kilat ia bisa merubah ekspresi wajahnya kembali pada setelan awal.
Ia lalu berjalan kearah meja kerjanya. Membuka satu laci dan mengeluarkan kertas kwitansi yang ia terima dari pihak bengkel.
"Disini tertulis biaya perbaikan sekitar 50 juta. Jika anda mau menyicilnya maka saya akan mengirim rincian uang yang harus anda bayar pada saya setiap bulannya" ucap Arga yang kini bersikap sama dengan Yuna.
Yuna mengangguk. Tanpa banyak bertanya lagi, ia lalu pamit dari ruangan Arga tanpa ingin berbasa-basi mengenang masa-masa sekolah mereka dulu.
Arga menatap kepergian Yuna. Entahlah, ia hanya merasa kesal dengan sikap gadis itu yang mengabaikan dirinya.
Meski mereka hanya mengenal sebentar tapi mereka dulu pernah berbicara begitu santai saat Arga mengambil pesanan sang kakak, Dewa Bimantara.
"Dia sebenarnya mengenali tapi kenapa bereaksi seolah kami orang asing yang baru pertama kali bertemu. Ada apa dengannya sepuluh tahun ini?" Arga bertanya pada dirinya sendiri yang tentu saja tak ia temukan jawabannya.
Yuna menyandarkan punggungnya pada dinding lift yang akan membawanya turun. Menghela nafas lesu.
Kepalanya tertunduk menatap dua kakinya yang hanya berbalut sneaker biasa buatan lokal. Sangat jauh berbeda dengan tampilan Arga yang serba branded. Pantas saja tadi para gadis di meja informasi memandangnya aneh.
"Arga Bimantara..? Dia tak banyak berubah, hanya penampilan yang lebih dewasa dan kaya" ucap Yuna yang memang mengingat Arga. Hanya saja ia merasa tidak percaya diri saat berhadapan dengan pria itu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Yunaaa.... my lovely..." teriak Riana saat berkunjung ke outlet bunga milik sahabatnya, Aisha Yuna.
Yuna hanya menggeleng kepala. Ia sudah terbiasa dengan sikap gadis yang kemarin baru saja patah hati itu. Apalagi Riana juga sudah akrab dengan karyawan-karyawannya.
"Oh my darling, my sweety... Aku bawa sesuatu buat lo dan lo nggak boleh nolak. Harus kudu, wajib ikut, no bantahan..." ucap Riana yang harus diikuti oleh Yuna.
Yuna menghela nafas panjang. "Memangnya aku harus apa..? Cariin kamu jodoh, nanti aku tanya sama Cakra, siapa tahu ada temannya yang jomblo yang mau dikenalkan sama kamu..." ucap Yuna tanpa mengalihkan perhatiannya pada kertas-kertas yang sedang ia pegang.
"Sembarangan... gua kesini bukan mau cari jodoh. Itu nanti saja. Ada hal yang jauh lebih penting... Taraaaa...." Riana mengeluarkan secarik kertas undangan dari dalam sling bagnya.
"Apaa...? Kamu mau nikah? Wah cepat amat move onnya?" tanya Yuna pura-pura kaget.
"Isshhhh.... nggak peka banget. Ini bukan undangan pernikahan gua. Tapi undangan reuni SMA BINA BANGSA. Dan lo harus kudu ikut, tidak ada tapi. Anak-anak tanyain lo terus... ayolah Yuna.... Ikut ya...ya...ya...?" Riana mencoba merayu sahabatnya itu yang selalu tidak ingin ikut saat sekolah lamanya mengadakan reuni. Yuna selalu mengatakan jika ia bukan alumni dari sana karena keluar saat ia kelas tiga SMA.
"Tapi....?"
"No tapi-tapi. Please, only this time...Gua mohon, Indri juga sudah dalam perjalanan kembali ke Jakarta jadi kita ketemu dia disana... Ayolah... kali ini saja...." pinta Riana dengan wajah memelasnya.
Yuna kembali menghela nafas. Kali ini saja pikir Yuna, pasti tak apa. Toh dia juga tak ada masalah dengan rekan-rekannya di SMA BINA BANGSA.
"Baiklah, tapi jemput aku ya. Aku nggak pede pergi kesana sendiri..." sahut Yuna akhirnya menyetujui permintaan sahabatnya itu.
"Yeay.... Thank you, you're my best friend...." Riana memeluk sahabat yang susah ia anggap saudara itu.
Yuna membalas pelukan sahabatnya itu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Saya nyetir sendiri " ucap Arga pada asistennya.
"Tapi bos.. saya diminta oleh nyonya Hanum untuk mendampingi anda kemanapun anda pergi jika tidak gaji saya akan dipotong oleh beliau" ucap Bismo Mahardika atau lebih akrab dipanggil Bismo.
Arga menghela nafas panjang. Kesal pada sikap overprotektif sang mama.
"Saya tidak akan kenapa-napa dan saya juga tidak akan minum. Jadi kamu tidak usah ikut, Ok... Sini kunci mobil..." ucap Arga bersikeras.
Bismo ragu-ragu menyerahkan kunci mobil tapi Arga merebut kunci dari tangan Bismo.
Arga segera menghidupkan mobil dan berlalu dari hadapan Bismo.
Arga tiba di sebuah hotel tempat diadakannya acara reuni. Ia menyerahkan kunci pada petugas palet parkir yang sudah menunggu di teras lobi hotel.
Arga merapikan jas semi formalnya. Ia menghela nafas dalam. Ini pertama kalinya ia datang keacara ini setelah berpisah dengan teman-temannya sejak 10 tahun lalu. Jika bukan paksaan Heru, ia juga tidak ingin ikut acara yang hanya dijadikan sebagai ajang pamer keberhasilan dan pencapaian.
"Malam semua...." sapa Riana riang.
Semua teman-temannya menyambut gadis itu dengan berseru senang.
"Riana...." teriak Indri yang sudah lebih dulu datang.
"Oh my sweat heart..... Yunaaa..." teriak Indri yang langsung memeluk sahabatnya.
Yuna hampir saja terhuyung kebelakang karena Indri yang berlari memeluknya.
"Gua bahagia karena lo mau datang..." ucap Indri.
"Susah tahu bujuk calon istri dokter Cakra ini... Dan lo harus berterima kasih sama gua karena udah berhasil membawanya kemari" ucap Riana berbangga diri.
Yuna memutar matanya. Sahabatnya ini terlalu berlebihan.
"Terima kasih Riana yang cantik dan comel..." ucap Indri menurutinya.
Ketiga sahabat itu tertawa bersama.
Semua teman-teman Yuna ikut memeluk gadis itu. Maklumlah, sejak Yuna pindah sekolah, mereka tidak pernah berkomunikasi lagi kecuali Riana dan Indri yang bertemu kembali dengan Yuna dimasa perkuliahan sebelum Riana berkuliah di Paris.
Suasana yang heboh makin heboh saat sosok dua pria masuk ke dalam ballroom hotel bersamaan.
"Ndri...Mantan makin cakep aja tuh..."ledek Riana pada Indri yang mendadak jadi food vlogger.
Yuna ikut melirik dua pria yang baru masuk itu.
" Hai Yuna tukang kembang.....Apa kabar...?" Teriak Heru saat melihat Yuna yang duduk diantara Riana dan Indri.
Langkah Heru terhenti saat ia mengenali gadis yang sudah lama tidak ia temui sejak mereka putus beberapa tahun lalu.
"Sssttt.... Mantan gua juga ikut..." Heru menyikut perut Arga yang lebih tertarik menatap Yuna yang entah sedang sibuk apa atau sedang menyibukkan diri lebih tepatnya.
"Heru...Arga... Kalian apa kabar?" sapa Riana ramah.
"Baik.." sahut Arga sopan.
Sedangkan Heru sibuk menatap gadis yang malam ini sangat cantik dalam balutan midi dress berkerah V-neck berwarna maroon yang sangat kontras dengan kulitnya yang putih.
Bersambung.....
terima kasih masukannya...