Bayangkan terbangun dan mendapati dirimu dalam tubuh yang bukan milikmu. Itulah yang terjadi padaku setiap kali matahari terbit. Dan kali ini, aku terperangkap dalam tubuh seorang pria asing bernama Arya Pradipta. Tidak ada petunjuk tentang bagaimana aku bisa ada di sini, atau apakah ini hanya sementara. Hanya ada kebingungan, ketakutan, dan kebutuhan untuk berpura-pura menjalani hidup sebagai seseorang yang tak kukenali.
Namun, Arya bukan orang biasa. Setiap hari aku menggali lebih dalam kehidupannya, menemui teka-teki yang membuat kisah ini semakin rumit. Dari panggilan misterius, kenangan yang menghantui, hingga hubungan Arya dengan seorang gadis yang menyimpan rahasia. Di setiap sudut hidup Arya, aku merasakan ada sesuatu yang menunggu untuk ditemukan, sesuatu yang lebih besar dari sekadar tubuh yang kumiliki sementara.
Dalam perjalanan ini, aku menyadari bahwa kehadiranku dalam tubuh Arya bukanlah kebetulan. Ada kekuatan yang menyeret
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rendy Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29: Ujian Komitmen
Hari-hari kami setelah bertunangan diisi dengan kebahagiaan, meskipun di balik itu, tetap ada tantangan-tantangan yang datang, menguji komitmen dan cinta yang telah kami bangun. Bisnis Arya yang semakin maju membawa lebih banyak tekanan dan tanggung jawab, dan meski ia berusaha menyeimbangkan semuanya, ada kalanya ia kembali terjebak dalam kesibukan yang luar biasa.
Setiap malam aku menantinya pulang, menyiapkan makanan hangat, berharap kami bisa menikmati waktu bersama. Namun, seringkali Arya pulang terlambat atau sudah terlalu lelah untuk berbicara panjang lebar. Aku bisa melihat bagaimana usahanya menguras energi, dan aku selalu berusaha memahami.
Namun, di balik pemahaman itu, ada sisi lain dalam diriku yang merasa cemas dan sedikit kesepian. Ada kalanya aku merasa tersisih, merasa seperti hanya menjadi bagian dari rutinitasnya yang padat. Aku tahu bahwa ini adalah risiko yang kami hadapi sejak awal, tapi entah kenapa, ketika benar-benar mengalaminya, rasanya jauh lebih sulit dari yang pernah aku bayangkan.
***
Suatu malam, ketika aku tidak bisa lagi menahan semua emosi yang selama ini terpendam, aku memutuskan untuk berbicara dengan Arya. Setelah pulang dari kantornya, aku menunggunya di ruang tamu.
"Arya, bisa kita bicara sebentar?" tanyaku dengan nada yang lembut namun serius.
Arya menatapku sejenak, seolah bisa merasakan kekhawatiranku. Dia duduk di sampingku, menggenggam tanganku. "Ada apa, Sayang?"
Aku menarik napas panjang sebelum menjawab. "Aku tahu pekerjaanmu penting, dan aku sangat bangga melihat semua yang sudah kamu capai. Tapi, aku merasa seperti kita semakin jauh. Aku merindukan saat-saat ketika kita bisa berbicara tanpa gangguan, merindukan momen-momen sederhana yang dulu kita miliki."
Arya terdiam, tatapannya penuh penyesalan. "Maafkan aku," ucapnya dengan suara rendah. "Aku tahu aku terlalu larut dalam pekerjaan, dan mungkin aku tidak sadar bahwa aku membuatmu merasa seperti ini."
Aku menggenggam tangannya erat, mencoba memberikan pengertian. "Aku hanya ingin kita tetap menjaga hubungan ini. Aku tahu bahwa kita bisa melewati ini bersama, asal kita berkomitmen untuk saling menjaga dan memberikan waktu untuk satu sama lain."
Arya mengangguk pelan. "Kamu benar. Aku terlalu terpaku pada pekerjaanku, tapi aku tidak ingin kehilanganmu. Mulai sekarang, aku akan berusaha untuk lebih hadir dalam hidup kita."
Malam itu, kami berbicara dengan hati yang terbuka, saling berjanji untuk tetap saling mendukung dan menjaga hubungan kami. Aku merasa lega, seolah semua beban yang selama ini aku rasakan telah terangkat. Meski kami masih harus menghadapi kesibukan, aku yakin bahwa cinta kami cukup kuat untuk bertahan.
***
Hari-hari berikutnya, aku mulai melihat perubahan pada Arya. Ia mulai lebih memperhatikan jadwalnya, memastikan ada waktu yang ia sisihkan untuk kami. Dia bahkan mengusulkan agar kami melakukan hal-hal sederhana yang bisa membuat hubungan kami lebih hidup, seperti pergi berlibur atau sekadar menikmati akhir pekan dengan kegiatan yang kami sukai.
Salah satu akhir pekan, kami memutuskan untuk pergi ke sebuah pantai kecil yang jarang dikunjungi orang. Di sana, kami menghabiskan waktu berdua, berbicara tentang segala hal, dari mimpi hingga ketakutan kami. Saat matahari terbenam, Arya mengenggam tanganku dan berbisik lembut, "Terima kasih karena selalu ada untukku. Kamu adalah bagian terbaik dari hidupku."
Aku tersenyum, merasakan kehangatan yang begitu tulus dari kata-katanya. Di saat-saat seperti ini, aku tahu bahwa semua yang kami perjuangkan bersama tidaklah sia-sia. Kami telah melalui banyak hal, namun setiap tantangan hanya membuat kami semakin kuat.
***
Namun, kebahagiaan itu tidak bertahan selamanya. Beberapa minggu kemudian, Arya mendapat kabar bahwa bisnisnya sedang menghadapi masalah besar. Salah satu klien utama tiba-tiba membatalkan kontrak, dan proyek yang sudah direncanakan terancam gagal. Arya menjadi lebih stres dan tertekan, berusaha keras untuk mencari solusi.
Aku melihatnya bekerja siang dan malam, mencoba menyelamatkan bisnis yang telah ia bangun dengan susah payah. Meski aku tahu dia sedang menghadapi masa sulit, aku tetap berusaha memberikan dukungan yang bisa aku berikan, memastikan bahwa dia tahu aku selalu ada di sampingnya.
"Arya, apapun yang terjadi, aku di sini untukmu," kataku suatu malam ketika ia terlihat begitu lelah dan tertekan.
Arya menatapku dengan mata yang letih namun penuh rasa syukur. "Kamu adalah kekuatanku, Sayang. Tanpamu, aku tidak tahu bagaimana aku bisa melewati ini."
Hari-hari berikutnya menjadi ujian besar bagi kami. Arya berusaha keras untuk menyelamatkan bisnisnya, sementara aku berusaha menjaga agar hubungan kami tetap kuat. Aku tahu bahwa ini adalah salah satu tantangan terbesar yang pernah kami hadapi, namun di balik semua itu, aku merasakan bahwa cinta kami semakin tumbuh dan matang.
Setelah beberapa bulan penuh perjuangan, Arya akhirnya berhasil menyelesaikan masalah tersebut. Meski bisnisnya mengalami penurunan, dia berhasil mempertahankan sebagian besar kliennya dan memulai kembali dari awal. Aku melihat bagaimana dia tumbuh dari setiap pengalaman ini, menjadi sosok yang lebih kuat dan bijaksana.
Pada suatu malam yang tenang, setelah semuanya kembali normal, Arya memelukku erat dan berbisik, "Kamu adalah segalanya untukku. Semua yang aku lakukan adalah untuk masa depan kita."
Aku tersenyum, merasa bahwa semua pengorbanan dan perjuangan ini telah terbayar. Kami menyadari bahwa hidup ini tidak akan pernah bebas dari ujian, namun selama kami memiliki satu sama lain, tidak ada yang tidak bisa kami lewati bersama.
***
Bab ini ditutup dengan perasaan penuh harapan. Kami tahu bahwa perjalanan kami masih panjang, namun kami siap menghadapi apa pun yang akan datang. Di setiap langkah, kami akan selalu bersama, saling mendukung, dan menjaga cinta yang telah kami bangun dengan susah payah.
Dengan segala suka dan duka yang telah kami lewati, kami merasa lebih kuat dari sebelumnya. Kami bukan lagi dua orang yang dipisahkan oleh jarak dan waktu, melainkan dua insan yang telah menyatu dalam cinta yang tulus dan abadi. Kini, kami yakin bahwa apapun yang terjadi, kami akan selalu memiliki satu sama lain.