novel fantsy tentang 3 sahabat yang igin menjadi petualang lalu masuk ke akademi petualang dan ternyata salah satu dari mereka adalah reinkarnasi dewa naga kehancuran yang mengamuk akbiat rasnya di bantai oleh para dewa dan diapun bertekad mengungkap semua rahasia kelam di masa lalu dan berniat membalas para dewa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Albertus Seran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19: Bayangan Masa Lalu
Setelah berjalan cukup jauh melewati hutan yang mulai terbuka, Aric, Lyria, dan Kael mencapai sebuah dataran kecil yang diselimuti kabut tipis. Matahari mulai terbenam di balik gunung, menciptakan semburat oranye yang menyapu langit. Suasana yang tenang itu tidak berlangsung lama ketika mereka mendengar suara-suara samar yang seperti bisikan-bisikan.
"Apa itu?" Lyria berhenti, meraih tongkatnya dengan waspada. Ia memandang ke sekeliling, tetapi tidak ada tanda-tanda makhluk yang mengancam seperti sebelumnya. "Aku merasa seperti sedang diawasi."
Kael menghunus pedangnya, siap menghadapi apa pun. "Tetap berjaga-jaga. Kita tidak tahu apa yang ada di sini."
Aric mendekat, rasa tegang merayap di punggungnya. Kegelapan yang baru saja mereka kalahkan masih meninggalkan jejak rasa cemas di hatinya. Tapi sekarang, ada sesuatu yang lain, sesuatu yang jauh lebih pribadi. "Suara-suara ini... sepertinya memanggil namaku," katanya pelan.
Tiba-tiba, kabut itu mulai berkumpul di satu titik, memutar dan membentuk bayangan. Dari kegelapan itu, muncul sosok pria tua berjubah putih, dengan janggut panjang dan tatapan penuh kebijaksanaan. Dia melayang di udara, seperti makhluk yang berasal dari dunia lain.
"Selamat datang, Aric, Lyria, dan Kael," suara pria tua itu bergema, membuat udara terasa bergetar. "Kalian telah menempuh perjalanan panjang. Tapi ujian sejati baru saja dimulai."
Aric menatap pria itu dengan penuh kecurigaan. "Siapa kau? Apa kau makhluk lain yang akan mencoba menghalangi kami?"
Pria tua itu tersenyum samar, tatapannya beralih ke Aric. "Aku adalah Penjaga Kenangan. Tugasku adalah menyimpan kisah masa lalu yang telah terlupakan, dan membimbing mereka yang mencari kebenaran."
Lyria melangkah maju, matanya menyipit. "Kebenaran apa yang kau maksud? Apa yang harus kami ketahui?"
Penjaga Kenangan mengangkat satu tangan, dan kabut di sekeliling mereka mulai berubah. Perlahan, pemandangan baru terbentuk, seperti bayangan mimpi yang memudar. Mereka melihat sebuah desa, hancur berantakan dengan api berkobar di mana-mana. Teriakan orang-orang yang ketakutan menggema di udara, sementara sosok besar menyerupai naga raksasa mengamuk, menghembuskan api yang membakar segalanya.
Aric menahan napas, matanya membelalak saat dia melihat sosok naga itu. "Apa... apa ini?"
Penjaga Kenangan menatapnya, mata tuanya dipenuhi kesedihan. "Ini adalah masa lalu yang kau lupakan, Aric. Dua ribu tahun yang lalu, Dewa Naga Kehancuran mengamuk, membalas dendam atas kematian rasnya yang dibantai oleh para dewa."
Kael meremas gagang pedangnya, suaranya bergetar karena ketegangan. "Tapi apa hubungannya ini dengan Aric?"
Penjaga Kenangan menghela napas panjang. "Aric adalah reinkarnasi dari Dewa Naga itu. Selama ini, amarah dan kehancuran yang pernah menghancurkan dunia telah terkunci di dalam dirinya, menunggu saatnya untuk bangkit kembali."
Lyria menatap Aric dengan rasa tidak percaya. "Aric... benarkah itu?"
Aric merasakan dunianya runtuh. Kata-kata Penjaga Kenangan bergema di dalam pikirannya, membuatnya sulit bernapas. "Tidak mungkin... Aku tidak ingin menghancurkan dunia. Aku ingin melindunginya," katanya dengan suara bergetar.
Penjaga Kenangan menatap Aric dengan penuh rasa iba. "Itulah pertarungan yang harus kau hadapi, Aric. Pertarungan antara kehancuran dan perlindungan di dalam dirimu. Pilihan ada di tanganmu."
Aric menundukkan kepalanya, kedua tangannya terkepal. "Tapi bagaimana aku bisa melawan sesuatu yang sudah menjadi bagian dari diriku?"
Lyria melangkah mendekat, meletakkan tangan di bahu Aric. "Aric, kau bukan monster. Kau telah menyelamatkan kami berulang kali. Apa pun yang ada di dalam dirimu, aku percaya kau akan membuat pilihan yang benar."
Kael juga mendekat, meskipun ekspresinya tegang. "Kita sudah melalui banyak hal bersama. Aku di sini bersamamu, apa pun yang terjadi."
Penjaga Kenangan tersenyum kecil. "Hubungan kalian akan diuji. Kegelapan tidak akan tinggal diam. Jika kalian ingin melanjutkan perjalanan, kalian harus menerima kenyataan ini dan menghadapi masa lalu."
Kabut perlahan memudar, membawa kembali pemandangan hutan di sekeliling mereka. Aric mengangkat wajahnya, matanya penuh tekad meskipun hatinya masih bergolak. "Aku mungkin terlahir dari kehancuran, tapi aku akan menggunakan kekuatanku untuk melindungi dunia ini. Aku tidak akan membiarkan masa lalu menentukan masa depanku."
Penjaga Kenangan mengangguk dengan puas. "Kalian telah memilih. Sekarang, bersiaplah untuk ujian terakhir di pusat hutan ini. Kebenaran yang lebih besar sedang menanti."
Sosok pria tua itu lenyap, meninggalkan keheningan yang berat. Aric, Lyria, dan Kael saling berpandangan, merasakan ketegangan tetapi juga kekuatan baru yang mengalir di antara mereka.
"Kita sudah terlalu jauh untuk berhenti sekarang," kata Lyria, dengan senyum penuh semangat.
Kael mengangguk. "Ya, mari kita terus maju. Kita akan mengalahkan kegelapan ini bersama."
Aric menghela napas panjang, lalu menguatkan hati. "Baik. Mari kita lanjutkan. Apa pun yang akan datang, kita hadapi bersama."
Dengan tekad yang baru, mereka melangkah maju, meninggalkan ketakutan dan keraguan di belakang, menuju ke pusat hutan di mana rahasia terakhir menunggu untuk diungkap.