Demand adalah seorang petarung maniak dan menakutkan di sekolah Giulietta. Pertarungan selalu ada di depan mata, tanpa pandang bulu, hanya ada perkelahian baginya. Sebuah geng ataupun seorang individu, yang kuat ataupun yang lemah, yang memiliki kuasa atau tidak, semuanya akan dimusnahkan.
Rekannya Miller sedang diculik oleh sekelompok geng misterius, tanpa ragu Demand datang seorang diri ke markas geng tersebut. Dalam beberapa saat geng itu dibuatnya tak berkutik dan hancur dikalahkan olehnya.
Namun ternyata seorang wanita cantik terlibat dalam masalah itu dan juga sedang disandera, ia bernama Lasiana. Seorang wanita cantik dengan karakter pemalu dan baik hati itu membuat Demand mengalami cinta pandangan pertamanya. Tapi... siapa sangka hal itu akan membawanya kepada kematian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon M. Novri Al-zanni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akankah Aku Mati?
Malam ini ... Aku telah menolak pernyataan cinta seorang gadis cantik dengan mentah-mentah. Aku tak seharusnya langsung berkata seperti itu, ini semua karena sejenak aku teringat dengan Lasiana di masa lalu. Apakah aku telah melukai perasaannya, apakah dia akan membenciku?.
Apakah ini adalah pilihan yang seharusnya untuk kulakukan?. Aku benar-benar menjadi resah dan khawatir jika aku melukai perasaannya. Tapi ... Begitu dia mendengar bahwa aku telah menolak cintanya, dia hanya tersenyum kepadaku. Padahal dia sudah berusaha untuk membuatku suka padanya, meskipun dia malu untuk melakukannya.
Tapi dengan mudahnya aku menolak cinta darinya.
"Apa kau baik-baik saja?" Ucapku yang merasa khawatir karena dia malah tersenyum saat cintanya ku tolak.
"Iya ..." Ucapnya dengan singkat.
Kemudian aku menghampirinya dan duduk di sebelahnya untuk memastikannya lagi apakah dia benar-benar baik-baik saja.
"Tapi kenapa kau tersenyum?" Ucapku sambil memasang raut wajah heran.
"Tidak apa-apa ..." Ucapnya yang lagi-lagi dia menjawab pertanyaanku dengan singkat.
Kemudian aku dan Shania diam sebentar dan duduk di bangku taman bersama. Hingga akhirnya dia beranjak dari bangku taman dan menatap ke arahku.
"Aku pulang dulu ya, Demand" ucapnya yang entah kenapa aku merasa tidak enak dan ada sesuatu yang mengganjal dari wajahnya saat ini.
Kemudian dia pergi meninggalkanku di taman sendirian dengan perasaan bingung dan khawatir padanya. Aku menjadi terlalu memikirkan perasaannya, apakah dia benar-benar baik-baik saja atau dia sengaja menutupi perasaannya dengan senyuman palsu itu.
Apakah aku harus mengejarnya sekarang? Atau aku harus membiarkan dia pergi sendirian?. Aku benar-benar bingung dan lagi-lagi aku tidak tahu apa yang harus kulakukan saat ini di situasi seperti ini. Karena aku belum pernah menolak pernyataan cinta seseorang yang begitu tulus kepadaku.
Arghhhhhh! Menyebalkan! Pada akhirnya aku memutuskan untuk mengejar gadis itu, karena perasaanku benar-benar tidak bisa membohongiku. Aku benar-benar khawatir padanya, terlebih lagi aku merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan tatapan wajahnya di saat-saat terakhir.
Dia tersenyum sambil menutup matanya, senyuman yang dia tunjukkan terlihat sangat palsu. Dia sama sekali tidak pandai menutupi perasaannya, dari yang ku dengar wanita itu tidak pandai menutupi perasaannya. Sekalinya terlihat dari wajahnya, maka pria akan paham, meskipun terkadang pria yang tidak peka sekalipun seperti aku.
Aku berlari-lari mencari kemana dia pergi, aku terlalu lama untuk memikirkannya dan memutuskan apa yang harus kulakukan padanya. Sepertinya dia sudah pergi cukup jauh dari sini, tapi kemana dia pergi. Sepertinya aku harus mendapatkan informasi dari orang-orang disekitar sini.
"Permisi pak, apakah bapak melihat gadis SMA berambut pendek yang menggunakan topi" ucapku yang terburu-buru.
"Sepertinya aku tidak melihat siapapun di sepanjang aku berjalan nak" ucap bapak itu.
Kemudian aku terus berlari-lari dan bertanya-tanya kepada orang-orang yang ku temui dengan perkataan yang sama. Aku terus bertanya dan mencarinya, tapi tidak ada satupun dari semua orang yang ku tanya pernah melihat Shania.
Aku sudah kelelahan, tapi aku tidak boleh berhenti, aku tidak boleh membiarkan dia pergi begitu saja dalam keadaan seperti itu. Aku terus berjalan dan bertanya kepada orang-orang meskipun aku sudah merasa lelah. Lalu ... Sepertinya aku sudah terlalu jauh pergi dan bertanya kepada orang-orang, apakah Shania benar-benar akan pergi sejauh ini?.
Aku bahkan tidak tahu rumahnya dan kemana dia pergi. Apakah aku harus kembali karena aku sudah terlalu jauh dari tempat kita bertemu. Tapi ... Entah kenapa firasatku mengatakan dia pergi lebih jauh dari sini. Jadi aku terus bertanya dan bertanya kepada orang-orang yang ku temui.
Aku terus mengulang pertanyaan yang sama kepada orang-orang yang ku temui.
"Apakah dia memakai baju hijau dan rok biru?" Ucapnya yang membuatku terkejut.
"Benar paman! Apakah paman benar-benar melihatnya!" Ucapku yang terlalu bersemangat begitu mendengar bahwa ada orang yang menyebut spesifik yang benar-benar mirip dengan apa yang di pakai Shania.
"Aku sempat melihatnya, dia lari ke arah jembatan gantung disitu" ucapnya yang membuat perasaanku tidak enak.
"Lari? ..."
"Iya ... Dia berlari dan sepertinya ... Dia sedang menangis" ucapnya yang membuatku semakin terkejut.
Tanpa basa-basi aku langsung berlari ke arah yang di beritahu oleh paman itu. Sampai-sampai aku lupa untuk mengucapkan terimakasih kepadanya. Lain kali jika aku bertemu dengan paman ini aku akan berterima kasih kepadanya. Tapi saat ini ada hal penting yang harus kulakukan.
Aku berlari ke arah jembatan itu dengan sangat cepat, aku mengeluarkan semua tenagaku untuk berlari mengejarnya. Begitu aku sampai di ujung jembatan, aku melihat ada seseorang yang berdiri di pinggir jembatan sambil memandang ke arah bawah yang berupa air yang jaraknya cukup tinggi.
Seorang wanita berambut pendek, memakai topi, berbaju hijau, dan memakai rok biru. Tidak salah lagi apa yang ku lihat dari kejauhan itu adalah Shania. Aku segera berlari untuk menghampirinya, dasar bodoh apa yang akan dia lakukan?! Jangan bilang dia akan melakukan sesuatu yang aneh.
"Shania! Shania! Shania!" Teriakku yang berkali-kali memanggil namanya, namun dia sama sekali tidak mendengar perkataanku.
Saat aku hampir sampai dan mencoba untuk meraihnya menjauh dari pinggir jembatan agar tidak terjatuh. Tiba-tiba saja Shania memiringkan badannya ke arah depan. Gawat! Aku harus segera menangkapnya, dia akan terjatuh!. Aku sudah berada di depannya dan akan meraih tangannya.
Eh?! Dia ... Benar-benar terjatuh dari jembatan?!. Saat itu juga yang aku lakukan adalah ikut melompat bersamanya. Aku sama sekali tidak berpikir hal lain saat itu, dan hanya fokus untuk menyelamatkannya. Bahkan aku tidak peduli pada nyawaku sendiri, padahal ketinggian jembatan ini cukup tinggi. Sepertinya setinggi 50 meter lebih dari dasar air ke jembatan ini.
Aku berhasil menangkapnya dan saat ini dia sedang berada di pelukanku. Wajahnya terkejut saat melihatku ada bersamanya, wajahnya masih basah penuh dengan air mata. Jadi ... Kau benar-benar menangis ya? Kau menutupi semua kesedihan itu kan?. Wajahmu yang penuh dengan air mata ini tidak bisa lagi membohongiku dengan senyuman palsu mu, Shania.
"Demand?! Apa yang kau lakukan!" Ucapnya sebelum akhirnya kami akan jatuh ke dasar.
"Kau bilang, kau baik-baik saja ... Kenapa kau menangis?" Ucapku sambil tersenyum tulus kepadanya.
"Kenapa?! Kenapa kau sampai melakukan ini?!" Ucapnya yang pada akhirnya dia menangis dengan begitu kencang.
Aku mengusap air matanya yang terus keluar bagaikan air sungai yang mengalir dengan deras, sambil membelai rambutnya yang wangi dan lembut.
"Aku ... Tidak tahu" ucapku sambil tertawa kecil.
"Apa?!"
"Maaf ya, Shania ... Dan terimakasih"
Byuarrrr ... Kami terjatuh bersama-sama ke dasar air, aku sengaja menaruh diriku di posisi paling bawah dengan harapan agar dia selamat. Aku ingin dia hidup dan suatu saat dia bisa mendapatkan orang yang sangat mencintainya, aku ingin dia menemukan cintanya dan hidup bahagia.
Tidak peduli apa yang terjadi padaku, aku telah memutuskannya agar dia bisa selamat. Apakah aku terlalu baik? Atau terlalu bodoh? Aku benar-benar tidak tahu. Aku benar-benar tidak tahu apa yang ku pikirkan saat ini dan apa yang ku rasakan saat ini. Aku hanya memutuskan dan melakukan apa yang menurutku harus kulakukan, dan inilah akhirnya.
Apakah aku akan mati lagi? Apakah aku akan diberikan pilihan lagi untuk hidup kembali atau mati seperti sebelumnya?. Jika iya ... Aku telah membuat 2 dunia dimana Lasiana tidak lagi bertemu denganku. Lasiana yang sudah menjadi dewasa, dia pasti kesepian dan penuh dengan rasa bersalah.
Lalu Lasiana di kehidupan ini ... Aku tidak tahu apa yang akan terjadi padanya, dan apa yang membuatnya di sandera kala itu. Apakah dia akan terus di kurung di gudang terbengkalai itu untuk selama-lamanya yang dipenuhi oleh orang-orang jahat karena aku tidak ada di sana untuk menyelamatkannya.
Aku telah melakukan hal yang buruk kepada 2 duniaku sebelumnya. Kedua Lasiana yang ku tinggalkan, pasti akan merasa kesepian dan ketakutan. Aku selalu meninggalkan Lasiana dalam keadaan yang tidak baik. Aku tak bisa merasakan apapun ... Sepertinya aku sudah mati sekarang.