"hiks, hiks sakit sekali....
"sakiiiiit....sakiit...
Intan pindah dari kota setelah bercerai dari suami nya, dia meninggali rumah yang dulu milik adik Ibu nya dan rumah itu sudah lama di biarkan kosong sebab Adik nya Ibu Intan menghilang tak ada yang tahu rimba nya.
Namun ketenangan Intan tak bertahan lama, sebab setiap malam ada suara rintihan atau juga menangis di kamar yang paling belakang sekali membuat Intan tak kuat menghadapi nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14. Wanita di jendela
Intan menatap baguan belakang rumah yang terasa lebih seram dari bagian mana pun, pohon rambutan yang sangat besar dan buah nya juga begitu lebat dan nampak merah semua. Intan heran karena tak ada satu pun anak anak yang berani mengambil, tampak nya gosip tentang horor nya rumah ini memang sangat nyata sehingga siapa pun tak punya nyali untuk dekat atau pun masuk kawasan rumah Bu Nisa. Intan tidak tahu apa yang sebenar nya sudah terjadi, namun dia tahu bahwa kematian Ibu nya cukup aneh karena ada kawat yang keluar dari mulut nya dan juga kemaluan, dia tahu dari teman nya yang bernama Suci.
"Aku sebaik nya bertemu dengan Suci, supaya tahu lebih jelas tentang kisah Ibu." batin Intan sambil mengambil kayu.
Niat nya datang kerumah Suci sambil membawa buah rambutan yang sangat manis ini, sebenar nya kalau di panen semua maka bisa di jual kepasar desa tetangga, namun Intan tak akan bisa memanen semua ini. harus ada orang yang menolong nya untuk memetik semua buah yang ada, itu juga harus pakai upah karena orang tak akan mau bila cuma cuma. entah lah Intan juga belum tahu akan menyambung hidup dengan apa, desa nya juga sangat terpencil sehingga akan susah cari kerja di sini.
"Panen, Tan?" Anto datang menegur teman lama nya ini.
"Ya allah, Anto! kamu buat kaget saja, apa kabar kamu?" Intan ingat dengan pria ini.
"Alhamdulilah baik, kamu kabar nya gimana?" tanya Anto ramah.
"Kurang baik tapi ya di syukuri saja." jawab Intan tersenyum manis.
Anto tertawa dan dia juga melihat pohon rambutan yang sangat lebat buah nya ini, dia tahu kenapa buah rambutan milik Intan bisa awet karena alasan nya adalah rumah yang begitu seram ini sehingga para bocah tak akan punya nyali. kalau pun mereka berani, maka pasti para orang tua akan melarang mereka mati matian.
"Mau di jual atau gimana ini?" Anto ikut mengambil kayu.
"Aku enggak bisa panen semua, kalau di jual sebenar nya lumayan juga." jawab Intan yang sayang melihat buah rambutan banyak di makan kalong.
"Iya nih mumpung ini hari selasa, Pakde To akan akan keliling desa cari apa yang bisa di beli untuk di jual kekota." beritahu Anto.
"Mana keburu lah, aku juga masih cari orang yang bisa panen juga." ucap Intan.
"Aku bisa, asal ada komisi nya." gurau Anto yang libur karena ini tanggal merah.
"Beneran? siap lah." angguk Intan setuju.
Akhir nya rambutan ini memang di panen oleh Anto dan Intan, buah nya sangat banyak sekali. Intan mencari karung yang ternyata sangat banyak di gudang, baru separuh saja sudah dapat delapan karung besar.
"Kaki mu kenapa, Tan?" Anto baru sadar karena Intan pincang.
"Keselo ini." dusta Intan tam ingin jujur.
"Ya allah, maka nya hati hati kalau jalan." seru Anto menjatuhkan banyak rambutan.
Melihat pohon rambutan milik Intan bergoyang goyang, Tedi yang sedang libur kerja juga ikut mendekat karena tadi dia sempat melihat Anto kesini, pasti nya mereka yang panen bukan hantu nya Bu Nisa yang gentayangan menyakiti banyak warga, hantu Bu. Nisa sudah jadi momok yang paling menakutkan.
"Kalian panen kok enggak ngajak aku sih?" Tedi langsung mencicip rasa nya.
"Eh Tedi, kamu di sini juga?" Intan menyapa ramah.
"Lama baru ketemu kamu lagi." Tedi menyalami Intan.
Wanita cantik ini tersenyum karena di sini dapat teman lama nya lagi sehingga mereka dapat mengenang masa kecil, Tedi juga membantu memasukan kedalam karung agar cepat selesai karena nanti jam dua Pakde To akan datang mencari apa saja yang bisa di beli untuk di bawa kekota, kan lumayan dapat sebanyak ini rambutan milik Intan.
"Manis sekali rasa nya." Intan juga kaget dengan rasa nya.
"Kayak nya ini laku lima puluh ribu sekarung, Tan." ujar Anto.
"Alhamdulilah kalau sampai segitu, ini ada enggak sepuluh karung ya?" Intan menatap buah yang masih berserakan.
"Lebih lah, ini kalau di karungi semua ada dua puluhan karung." ujar Anto.
"Apa Pakde To mau membeli semua?" tanya Intan lagi.
"Mau, nanti kan dia ngasih teman nya juga! pasar kota kan besar." jelas Anto.
"Ambil lagi karung mu sana." suruh Tedi.
Intan bergegas masuk kedalam rumah meninggalkan dua teman nya, yang di tinggal langsung merapat karena rasa takut nya tetap ada walau pun siang hari begini.
"Aku tidak salah lihat kan, To?" lirih Tedi yang mendadak cemas.
"Kau lihat apa?" Anto melirik teman nya yang ketakutan.
"Di jendala ada wanita yang berdiri memunggungi." jelas Tedi.
Anto menatap jendela yang di buka oleh Intan sejak tadi, namun dia tidak melihat yang di maksud oleh Tedi, dia pun menenangkan teman nya agar tidak semakin takut.
"Salah lihat kamu, aku enggak ada lihat kok." Anto berusaha tenang.
"Dia masih ada, To!" Tedi membuang muka setelah sempat melirik.
"Kamu melihat wajah nya?" Anto tahu Tedi tak akan bohong.
"Tidak! kepala nya di bungkus kain hitam, itu apa ya." Tedi cemas sekali.
"Baca ayat kursi." bisik Anto.
Braaaak.
"Astagfirullah!"
Kedua nya sama sama loncat ketika pintu di buka dari dalam, Intan juga kaget karena teman nya seperti sangat takut, sedangkan dia tadi buru buru membuka pintu karena takut juga mengingat kejadian tadi malam yang menimpa nya.
"Kau membuat kami kaget saja!" rutuk Tedi mengusap dada.
"Maaf ya, pintu nya agak seret jadi ku paksa tadi." cengir Intan.
"Dapat ndak karung nya?" Anto tidak ingin membahas lebih banyak masalah setan.
Intan memberikan karung yang dia dapat dari dalam, namun dia masuk lagi karena mengambil kantong kresek karena dia ingat dengan Inah yang punya panenan dan membagikan nya dengan tetangga. Intan pun berbuat demikian, harus saling berbagi di desa ini.
"Intan ini kok tidak takut ya, To!" heran Tedi.
"Iman nya kuat." jawab Anto asal saja.
"Kau pikir aku tidak kuat iman, sembarangan saja mulut mu." kesal Tedi.
Anto tertawa agar rasa canggung akan ada nya setan bisa hilang, tadi sudah ateng tidak ada yang nama nya setan, Tedi datang malah membahas masalah itu. Intan keluar lagi sambil membawa kresek yang sangat banyak, bila di perkirakan mungkin ada dua puluhan kantong yang harus di bagikan pada para tetangga. namun intan tidak masalah karena panen nya sangat banyak, hanya pohon satu batang saja bisa sebanyak ini.
mestinya justru sdh dibela sblm intan dijahati
ngeri dan biadab😡