Seorang gadis bernama Amira berusia 20 tahun baru di pecat dari pekerjaannya. Karena rekomendasi dari ibu kosnya akhirnya ia masuk ke yayasan pengasuh milik teman ibu kosnya itu. Tak lama ia pun mendapat majikan yang baik bernama nyonya Sarah. Amira sangat menyukai pekerjaannya itu.
Hampir dua tahun ia bekerja disana dan ia pun bukan hanya mengasuh satu anak namun dua sekaligus karena tak lama setelah Amira diterima menjadi pengasuh nyonya Sarah melahirkan anak keduanya. Perlakuan nyonya Sarah yang baik dan bahkan menganggapnya seperti saudara membuat Amira sangat menghormati dan menyayangi majikannya itu begitu juga dengan kedua anaknya.
Suatu hari saat Amira ikut berlibur bersama keluarga majikannya tiba-tiba terjadi suatu peristiwa yang sangat mencekam. Saat suami nyonya Sarah tiba-tiba harus pergi karena urusan kantor terjadi penyerangan terhadap nyonyanya. Dalam keadaan terluka nyonya Sarah menitipkan kedua anaknya pada Amira. Kini Amira harus berjuang menyelamatkan kedua anak majikannya itu...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ye Sha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dalam pelarian
Karena bersemangat Amira mempercepat langkahnya, namun tak sengaja kakinya terpeleset tanah yang basah. Hampir saja ia tersungkur dengan dua anak yang ada dalam gendongannya, untung saja tangannya sempat meraih dahan pohon yang ada di sebelahnya. Saat itu terlihat olehnya kilatan cahaya senter dari arah belakang. Secepatnya Amira bersembunyi dibalik pohon besar. Ia tahu itu pasti orang-orang yang sedang mengejarnya. Dari jumlah kilatan cahayanya bisa di perkirakan ada dua orang yang mencarinya.
Dengan gemetar Amira berusaha berfikir apanyang harus ia lakukan. Jika harus melawan dengan jumlah lawan yang hanya dua orang ia tak masalah karena sesungguhnya walaupun bertubuh agak gemuk dulu ia juga pernah belajar beladiri saat sekolah. Namun ia mengkhawatirkan dua bocah yang ada bersamanya itu. Saat Amira sedang bimbang tanpa ia sadari cahaya senter itu semakin dekat dan suara langkah orang menerobos ilalang mulai terdengar.
Amira tersentak dalam fikirannya mau tidak mau ia harus melawan. Perlahan ia mendudukkan dirinya disamping pohon tempat persembunyiannya, lalu dibukanya ikatan pasminanya dan disandarkannya tubuh Anna yang tertidur pada pohon tersebut. Setelah itu giliran Adit yang ia letakkan disebelah Anna. Lalu ditutupinya tubuh kedua bocah itu dengan beberapa ranting untuk menyembunyikan keberadaan keduanya. Setelah itu dikenakannya pasminanya untuk menutupi kepalanya. Ia pun menunggu orang-orang itu datang sambil membawa ranting yang cukup besar sebagai senjatanya. Tak berselang lama Amira mulai mendengar suara orang yang sama seperti saat di villa.
"Heh ...kemana sih pengasuh sialan itu membawa anak-anak itu pergi..." umpat salah satu dari mereka.
"Sudah cepat ..mereka tak akan bisa lari jauh..." sergah suara yang lain.
"Arrgh...sial " tiba-tiba salah satu diantara mereka terpeleset.
"Apa mungkin si gendut itu lari kearah sini? apalagi dengan membawa dua orang anak balita..." ucap salah satu dari mereka.
"Bisa sajakan dia sengaja membuka lubang itu untuk mengecoh kita... lalu dia melarikan diri ke jalan raya." sambungnya sambil mengarahkan senternya kesegala arah.
"Sial ...kenapa tadi kita tidak berfikir seperti itu..." ungkap yang lain.
"Cepat kita kembali dan memeriksanya mudah-mudahan perempuan itu belum jauh"
Kemudian kedua orang itupun berbalik dan pergi kearah tadi mereka datang. Amira yang sedari tadi bersiaga di tempat persembunyiannya akhirnya bernafas lega. Setelah memastikan orang-orang yang mengejarnya sudah benar-benar pergi ia pun menghampiri kedua bocah yang tadi ia tinggalkan. Untung saja kedua bocah itu masih tertidur saat Amira menghampiri mereka. Karena situasi yang tidak memungkinkan akhirnya Amira pun ikut bersandar disamping keduanya dan akhirnya ikut terlelap.
Sementara itu divilla...
Nyonya Sarah yang tergeletak tak berdaya dikamar kedua anaknya masih tak bergerak. Kedua orang yang tadi mengejar Amira telah kembali dan merekapun segera memeriksa lagi setiap ruangan tapi mereka hanya melewati nyonya Sarah tanpa memastikan lagi keadaan nyonya Sarah saat memeriksa kamar tidur anak. Sehingga mereka tak tahu jika nyonya Sarah masih hidup walau dalam keadaan kritis. Setelah semua ruangan diperiksa dan tak menemukan apa yang mereka cari kemudian mereka pun bergegas keluar dari rumah dan menaiki kendaraannya untuk mencari kearah jalan raya berharap dapat segera menemukan Amira dan kedua anak yang diasuhnya itu.
Pagi pun hampir menjelang terdengar sayup-sayup suara azan dari musolla di perkampungan yang terletak agak jauh dari villa. Nyonya Sarah yang pingsan pun perlahan tersadar ... dengan tenaganya yang tersisa ia berusaha menyeret dirinya untuk mencari pertolongan. Untung lukanya sudah ditutup kain oleh Amira sebelum pergi hingga darah sudah tak lagi keluar dari lukanya. Dengan perlahan ia keluar dari kamar, tujuannya satu mencari ponselnya yang ada dikamar tidurnya. Setelah bersusah payah akhirnya ia dapat sampai di kamarnya dan dengan tubuh yang gemetar dan lemah ia berusaha meraih ponsel yang ia taruh diatas nakas.
Dengan bertumpu pada satu tangan sedang tangan yang lain meraba-raba nakas ia mencari ponselnya, untung tak berapa lama ia berhasil meraihnya. Setelah mendapatkan ponsel ia pun menjatuhkan dirinya kelantai karena tak kuat menahan beban tubuhnya sendiri. Lama ia berdiam dilantai sebelum akhirnya mendapatkan kekuatan untuk menekan tombol nomer darurat pada ponselnya. Tak berapa lama terdengar nada tersambung dan terdengar suara operator diseberang.
"Hallo .... ada yang bisa kami bantu?".
"Too ..long ..sa..ya...a..da..yang.. mau .. mem ..bu..nuh....." tak ada lanjutan karena nyonya Sarah kembali pingsan.
"Hallo... siapa ini ? tolong jawab ... anda ada dimana?" namun tetap tak ada jawaban hingga operator pun menghubungi pihak kepolisian dan melacak lokasi penelpon dengan bantuan GPS.
Amira yang baru saja terlelap terbangun karena mendengar Anna mengigau.
"Mammmaaa..." teriak bocah kecil itu.
"Anna ...bangun sayang..." ucap Amira sambil menepuk pipi Anna perlahan.
"Mama mbak..." tangis bocah itu pecah saat terbangun.
"Sabar sayang..." kata Amira lembut sambil memeluk Anna.
Tak lama Adit pun terbangun bocah 2 tahun itu tampak bingung dengan suasana di sekelilingnya yang temaram dan penuh dengan pepohonan.
"Adit sudah bangun ?" tanya Amira sambil menarik bocah itu ke dalam gendongannya. Bocah kecil itu hanya mengangguk dan memeluk Amira, dengan cekatan dibetulkannya gendongan Adit lalu Amira pun menyuruh Anna untuk kembali menaiki punggungnya. Bocah itu pun langsung menurut. Lagi Amira menggunakan pasminanya untuk menggendong Anna dibelakang. Setelah dirasa cukup Amira pun melanjutkan langkahnya dengan di pandu suara gemericik air ia menuju arah sungai.
Dengan perlahan dan hati-hati Amira berjalan dan tak lama kemudian ia pun berhasil sampai ditepi sungai.Tepat pada saat itu terdengar suara azan subuh. Amira merasa sangat bersyukur mereka dapat sampai dengan selamat. Diturunkannya kedua bocah yang ada pada gendongannya itu.
"Anna sama Adit tunggu di sini sebentar ya...mbak mau sholat subuh dulu sebentar..." ucapnya setelah mendudukkan keduanya pada sebuah batu besar di tepi sungai.
Kedua anak itu hanya mengangguk sambil saling berpegangan tangan. Setelah itu Amira pun mengambil air wudhu dan bersiap menjalankan ibadahnya diatas batu disamping Anna dan Adit duduk. Walaupun ia tak memakai mukenah yang layak hanya baju setelan panjang yang biasa digunakannya untuk tidur dan kerudung pasminanya namun Amira tetap ingin menjalankan ibadahnya sebagai tanda syukur ia telah diselamatkan dari mara bahaya. Dan setelah sholat tak lupa ia juga mendo'akan keselamatan untuk nyonya Sarah yang kini tengah terluka sendirian di dalam villa.
Terimakasih buat para pembaca yang sudah mau membaca karya pertama saya. Mohon maaf apabila dalam penulisan maupun alur cerita yang kurang karena saya masih dalam tahap belajar...terima kasih🙏🙏