Devina Putri Ananta berusaha menata hati dan hidupnya setelah bercerai dari suaminya, Arthur Ravasya Barnett. Perceraian yang terjadi lima tahun yang lalu, masih menyisakan trauma mendalam untuknya. Bukan hanya hati yang sakit, namun juga fisiknya. Terlebih ia diceraikan dalam keadaan hamil.
Devina dituduh berselingkuh dengan adik iparnya sendiri. Akibat kejadian malam itu, saudari kembar Devina yakni Disya Putri Ananta harus meninggal dunia.
"Menikahlah dengan suamiku, Kak. Jika bersama Kak Arthur, kakak enggak bahagia dan terus terluka. Maafkan aku yang tak tahu jika dulu Kak Reno dan kakak saling mencintai," ucap Disya sebelum berpulang pada Sang Pencipta.
Bayang-bayang mantan suami kini kembali hadir di kehidupan Devina setelah lima tahun berlalu. Arthur masih sangat mencintai Devina dan berharap rujuk dengan mantan istrinya itu.
Rujuk atau Turun Ranjang ?
Simak kisah mereka yang penuh intrik dan air mata 💋
Merupakan bagian dari novel : Sebatas Istri Bayangan🍁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 - Perang Siap Dimulai
"Maaf Mas, aku enggak bisa." Devina pun akhirnya menjawab setelah terdiam cukup lama memikirkan permintaan Arthur yang ingin rujuk dengannya.
"Kenapa, Dev? Apa kamu masih enggan memaafkanku?"
"Aku sudah melupakan masa lalu kita, Mas. Aku juga sudah memaafkanmu jauh sebelum kamu minta maaf padaku. Walaupun sejujurnya, hatiku masih marah dan kecewa padamu karena kamu meragukan anak kita. Tapi, aku berusaha ikhlas melupakan kenangan pahit itu. Kamu tak sepenuhnya salah. Aku juga punya salah karena tak jujur padamu tentang hubunganku dengan Reno di masa lalu,"
"Aku enggak peduli perihal Reno dan kamu di masa lalu. Yang aku ingin, cuma kamu dan Aaron bisa menemani hingga akhir hayatku nanti. Kita bisa menghabiskan banyak waktu bersama untuk menebus segala waktu yang terbuang selama lima tahun ke belakang akibat kebodohanku. Aku ingin mengukir banyak kenangan indah bersama kalian berdua,"
"Bukankah Mas akan menikah dengan Lisa?"
"Aku sudah putus dengannya beberapa minggu yang lalu," jawab Arthur.
"Apa Lisa menerima jika Mas putuskan dia begitu saja?"
Deg...
Arthur terkejut mendengar pertanyaan Devina barusan. Arthur tak menyangka jika Devina mampu membaca situasi yang sedang terjadi antara dirinya dengan Lisa.
Sebuah helaan napas berat menyergap Devina. Diamnya Arthur, itu sudah cukup baginya untuk memberikan sebuah jawaban.
"Tanpa perlu Mas jawab, aku sudah tahu jika Lisa dan kamu belum sepakat putus. Pasti baru secara sepihak yakni dari kamu, bukan di pihaknya."
"Aku tak peduli. Toh kami berdua masih status bertunangan dan belum menikah. Wajar jika putus sewaktu-waktu. Lagi pula aku enggak mencintainya. Aku cuma mencintaimu, Dev. Percayalah,"
"Kalau cuma mencintaiku, kenapa kamu bertunangan sama wanita lain? Terlebih Lisa, sahabatku."
Skakmatt...
Arthur semakin terpojok dengan ungkapan dari Devina. Arthur tak berkutik.
"Aku paham kamu pasti kecewa. Asal kamu tahu, aku terpaksa bertunangan dengannya karena desakan Mamaku dan keadaan saja. Tapi, aku enggak cinta sama Lisa." Arthur berusaha menjelaskan pada Devina. "Kamu katanya cinta sama aku, kenapa mau nikahin Reno sialan itu?" sambungnya.
"Tiga puluh menitmu sudah habis, Mas. Ayo kita lebih baik pulang saja,"
"Aaron lebih membutuhkanku sebagai ayah kandungnya daripada bersama Reno,"
"Sudahlah, Mas. Kita jalani hidup masing-masing," ucap Devina. Dirinya terpaksa mengatakan hal ini pada Arthur karena tak ingin ada pertengkaran lagi dalam keluarga besarnya. Ia tak ingin ada pertumpahan darah kembali atau kesedihan.
"Bagaimana dengan Aaron? Apa sama sekali ia tak bisa memanggilku Papa atau bermain bersamaku?"
"Beri aku waktu untuk menjelaskan padanya. Suatu hari nanti jika memang waktunya sudah tepat, Mas bisa bermain bersama Aaron. Aku tak akan menghalanginya jika memang Aaron bersedia. Tanpa paksaan apa pun,"
Akhirnya Arthur memilih untuk mengalah dan tak ingin membuat Devina marah padanya. Namun dalam hatinya, ia tak akan menyerah begitu saja. Keduanya pun memutuskan kembali naik ke atas kapal untuk kembali ke Jakarta.
Sedangkan di pusat perbelanjaan tepatnya area gedung bioskop tengah riuh ramai akibat Reno yang mengamuk karena tak menemukan Devina. Ia meminta diputarkan C C T V namun tak bisa. Sebab, ponsel Devina dihubungi olehnya tetap tidak aktif.
Setelah urusan dengan sang klien selesai, Reno bergegas kembali ke bioskop yang di mana baru saja film selesai diputar.
"Aku akan tuntut kalian!" teriak Reno seraya mengancam pegawai mall tersebut.
"Maaf, Pak. C C T V kami sedang dalam perbaikan sehingga tidak bisa dibuka pada Anda," ujar kepala keamanan pusat perbelanjaan tersebut.
Padahal faktanya C C T V di mall itu tak ada masalah. Semua sudah Arthur rencanakan dan kekuasaan serta uangnya bertindak. Tanpa diketahui oleh Reno, jika Arthur memiliki saham cukup besar di pusat perbelanjaan tersebut.
"Brengsek !!" maki Reno seraya pergi meninggalkan area bioskop dengan hati yang super dongk0l.
Akhirnya ia memutuskan untuk pulang ke rumah Opa Arjuna. Reno berpikir bisa jadi Devina sudah pulang.
"Devina pasti kecewa sama aku. Aarggh sial banget hari ini!" umpat Reno seraya memukul kemudi mobilnya.
☘️☘️
Sore hari, Devina dan Arthur tiba di komplek rumah Opa Arjuna.
"Berhenti di sini saja, Mas."
"Kenapa?" tanya Arthur heran karena mendadak Devina menyuruhnya menghentikan mobilnya padahal tinggal beberapa meter lagi akan tiba di rumah Opa Arjuna.
"Aku enggak ingin ada orang lain yang tahu jika aku bersamamu. Sebab, tadi aku keluar bersama Reno bukan denganmu. Lagi pula keluargaku tak ingin aku berdekatan atau berhubungan lagi baik denganmu maupun keluargamu. Mohon pahamilah situasinya,"
"Baiklah, kali ini aku mengalah. Tapi, jangan terkejut bila sewaktu-waktu kamu melihatku."
"Maksudmu?" tanya Devina yang kebingungan.
"Masuklah, Aaron pasti sudah menunggumu."
Devina pun menganggukkan kepalanya. Lalu ia berpamitan pada Arthur.
Klik...
Suara kunci pintu mobil berbunyi. Tanda Arthur sudah membukanya. Saat tangan Devina ingin membuka pintu, mendadak urung karena Arthur memanggilnya.
"Dev,"
"Ya," jawab Devina seraya menoleh pada wajah Arthur yang tampak murung.
"Maafkan aku. Love you..." ucap Arthur penuh sorot mata cinta pada Devina.
"Jaga diri Mas baik-baik. Aku pergi dulu," jawab Devina.
Ceklek...
Pintu telah dibuka oleh Devina. Ia langsung melangkah keluar dan menutupnya kembali. Bergegas melangkah menuju kediaman Opa Arjuna. Tanpa disadari keduanya, dari kejauhan mobil Reno tengah berhenti di sudut yang sepi.
Reno sengaja menunggu kedatangan Devina. Sebab, sebelumnya ia tahu jika Devina belum pulang ke rumah Opa Arjuna.
"Loh, kamu pulang kok sendirian? Mana Devina?" tanya Opa Arjuna.
"Iya, Ren. Devina mana?" sahut Oma Bening.
Deg...
Dari hal itu, Reno tahu jika Devina ternyata belum pulang. Reno akhirnya terpaksa berbohong pada Arjuna dan Bening. Ia tak mau membuat kedua lansia itu memiliki banyak pikiran hingga jatuh sakit soal keberadaan Devina yang dirinya sendiri pun tak tahu.
"Oh, Devi tadi ketemu teman sekolahnya di mall. Terus diajak jalan-jalan sama kumpul dadakan. Aku disuruh pulang dulu buat kasih tahu ke orang rumah biar enggak khawatir. Mungkin nanti agak sorean Devi baru pulang katanya. Opa dan Oma enggak perlu khawatir," jawab Reno.
"Oh, begitu. Ya sudah kalau dia main sama teman sekolahnya. Itu juga baik untuk dirinya agar tidak takut lagi dengan dunia luar sama banyak orang," tutur Oma Bening.
Reno berpamitan pulang pada Arjuna dan Bening. Namun ia sengaja tak langsung pergi dari komplek perumahan tempat tinggal Arjuna, demi mengintai kedatangan Devina. Sebab, ia mencurigai sesuatu. Kini kecurigaannya itu pun terbukti.
"Siapa yang bersama Devina?" batin Reno seraya menelisik tajam ketika melihat Devina keluar dari sebuah mobil sedan mewah.
Reno tak kenal dengan mobil yang digunakan Arthur saat ini. Sebab mobil itu tak pernah digunakan oleh Arthur. Faktanya, mobil itu milik salah satu teman Arthur yang sengaja lelaki itu pinjam agar tidak dikenali siapa pun. Hanya untuk sekedar kamuflase.
Devina sudah masuk ke dalam rumah Opa Arjuna. Arthur menekan pedal gasnya dan bergegas pergi dari sana. Saat berada di jalan komplek yang cukup sepi, Reno menghentikan laju mobil yang dikemudikan Arthur dengan cara menikungnya.
Cittt ...
Alhasil Arthur melakukan pengereman secara mendadak. Seketika Arthur cukup terkejut melihat mobil Reno yang ternyata menghentikan laju mobilnya. Namun tatapan Arthur terbilang santai seraya menatap Reno yang baru saja keluar dari mobil.
DOR... DOR... DOR...
"BUKA !!" pekik Reno seraya tangannya menggedor-gedor dengan kencang pintu kaca mobil Arthur.
Sedangkan di dalam mobil, Arthur melepas sabuk pengamannya dengan santai. Lalu, ia menekan tombol kunci pintu mobilnya untuk dibuka. Seketika...
Bersambung...
🍁🍁🍁
bikin kita ngarang cerita sendiri...eehhh tak taunya ...👍👍👍