"Ayah, kenapa Ayah merahasiakan ini semua padaku Yah?" Tanya Alesha yang harus menelan pil pahit saat mengetahui kebenaran tentang dirinya, kebenaran bahwa Ia adalah anak hasil dari pemerkosaan yang di alami oleh ibunya.
"Nak, kamu anak Ayah, apapun yang terjadi, kamu tetap anak Ayah." Ucap Pak Damar dengan air mata yang mulai membasahi pipinya.
"Tidak Yah, aku benci Ayah. Aku benci pada diriku sendiri yah." Ucap Alesha sembari memukuli tubuhnya sendiri.
"Jangan lakukan itu Nak, kamu Anak Ayah, sampai kapanpun kamu anak Ayah." Ucap Damar sembari memegangi tangan Alesha agar tak memukuli tubuhnya lagi.
Melihat anak yang begitu Ia sayangi seperti ini membuat hati Damar begitu hancur.
"Atau jangan jangan Ibu terkena gangguan jiwa karena aku Yah, karena Ibu hamil anak dari para bajing*n itu Yah." Tebaknya karena semua orang bilang Ibunya gila semenjak melahirkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma Banilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Positif
...Ajeng hendak masuk ke dalam kamar, namun matanya tak sengaja melihat kalender, Ajeng pun berjalan mendekati kalender itu dan mengingat kembali kapan Ia terakhir haid. Ajeng baru sadar kalau dirinya sudah telat haid 4 hari....
..."Apa jangan jangan aku..."...
...***...
"Ngga ngga, aku ngga mungkin hamil, ini pasti cuma masuk angin saja." Gumam Ajeng menepis dugaannya lalu segera masuk dan kembali merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.
Ajeng berusaha memejamkan matanya kembali, namun bayangan dirinya hamil membuatnya tak bisa tidur kembali.
"Kalau aku beneran hamil gimana." Ucapnya.
"Apa aku coba test saja ya, sepertinya aku masih menyimpan testpack dari teman temannya Mas Damar sebagai kado pernikahan kami waktu itu." sambungnya lalu mencari testpack yang sempat Ia simpan di lemari, Ia menaruhnya di sebuah kotak berwarna coklat.
"Nah ini dia, kalau ngga salah aku menyimpannya disini." Gumannya sembari membuka kotak tersebut yang memang berisi beberapa testpack yang masih terdapat ucapan dari sahabat Mas Damar.
"Happy Wedding Damar dan Istri, semoga secepatnya dapat momongan ya, kalau sudah ada tanda tanda langsung pakai ini ya. From Shadow light" Ajeng membaca isi surat dari sahabat suaminya sembari senyum senyum.
"Memang Absurd banget mereka." Ucap Ajeng segera mengambil satu testpack lalu menyimpan kembali kotak yang masih berisi beberapa testpack ke tempat semula.
"Apa aku coba test aja kali ya." Gumam Ajeng sembari menatap testpack di tangannya.
Ajeng menghela napas sebelum akhirnya memutuskan untuk mencoba melakukan pemeriksaan urine menggunakan testpack tersebut.
Masuk kedalam kamar mandi, lalu menampung urine kedalam wadah kecil, Ajeng segera mencelupkan testpack tersebut kedalam urine untuk beberapa menit.
Jantungnya berdegup begitu kencang dan tangannya bergetar hebat saat mengambil testpack tersebut. Ajeng menutup mata dan menghela napasnya mengumpulkan kekuatan untuk memberanikan diri melihat testpack tersebut.
Untuk saat ini Ajeng berharap hasilnya negatif, karena dia takut jika hamil sekarang ada kemungkinan anak yang Ia kandung bukanlah anak suaminya, melainkan anak dari para laki laki bejat itu.
"Bismillah" Ucap Ajeng perlahan membuka matanya dan melihat testpack yang ada di tangannya.
***
"Hei kawan, kau kenapa sih? kok kaya ngga semangat gitu kerjanya, lagi mikirin apa?" Tanya Kevin menghampiri Damar yang terlihat sedikit murung saat mengawasi para barista dan Chef yang sedang menyiapkan makanan dan minuman untuk hidangan acara.
"Iya nih Vin, aku lagi mikirin istriku, tadi pagi dia muntah muntah, aku jadi khawatir kalau dia sakit." Jawab Damar lalu duduk di kursi yang ada di dapur.
"Muntah muntah?" Tanya kevin nampak kaget.
"Iya Vin, aku ngga tau kenapa tiba tiba Ajeng muntah muntah." Jawab Damar.
"Damar, jangan jangan istrimu hamil." Tebak Kevin dengan senyum di bibirnya, kevin yang tidak tau kejadian saat itu merasa bahagia jika benar sahabatnya akan memiliki sorang anak.
"Hah Hamil? Masa sih?" Tanya Damar tak percaya.
"Iya mana aku tau, coba kamu periksakan istrimu, kali aja dia beneran hamil kan." Jawab Kevin lalu meminta Damar untuk membawa Ajeng periksa.
Pikiran Damar menerawang entah kemana, jika memang istrinya hamil, dia tidak tau harus bahagia atau sebaliknya, dan dia tidak tau apakah anak itu anaknya atau justru...
"Hei, malah melamun." Tegur Kevin menepuk pundak Damar.
"Astagfirullah." Kaget Damar tersadar dari lamunannya.
"Kenapa sih? malah melamun gitu?" Tanya Kevin.
"Ngga apa apa Vin, hanya kepikiran istriku saja." Jawab Damar.
"Ya sudah nanti jam istirahat kamu pulang saja, segera periksakan istrimu, sekarang kamu fokus ke pekerjaan dulu, karena acaranya akan segera di mulai." Ucap Kevin kemudian berlalu membiarkan Damar melanjutkan pekerjaannya mengawasi para karyawan di sana dan membantu apapun yang bisa dibantu olehnya.
Kevin menatap sekeliling para tamu yang sudah mulai berdatangan, acara akan segera di mulai, dilihatnya seseorang sedang memotret keluarga yang mengadakan acara ulang tahun.
Kevin mengerutkan keningnya saat menyadari seseorang yang menjadi fotografer di acara itu adalah sahabatnya. Namun untuk menghampirinya dia tidak enak karena takut mengganggu pekerjaannya.
Kevin pun memilih untuk kembali ke ruang kerjanya, namun baru beberapa langkah seseorang memanggilnya.
"Kevin."
Kevin segera menoleh ke belakang, sembari tersenyum kevin melambaikan tangannya pada sahabatnya itu.
"Hai Ram." Sapa kevin menghampiri sahabatnya.
"Apa kabar Vin?" Tanya Rama mengulurkan tangannya, Kevin pun menjabat tangan sahabatnya itu.
"Alhamdulillah baik, kamu sendiri gimana?" Jawab Kevin lalu bertanya balik.
"Alhamdulillah aku juga baik Vin." Jawab Rama melepas jabatan tangannya.
"Oh ya, Damar mana?" Tanyanya kemudian celingukan mencari keberadaan sahabatnya yang lain.
"Ada di belakang, biasa lagi mengawasi yang di dapur, mau aku panggil?" Ucap Kevin.
"Ah ngga usah, nanti malah mengganggu, dia kan lagi kerja." Ucap Rama.
"Nanti saja selesai acara kita kumpul disini." Sambungnya.
"Oke lah, aku tinggal dulu ya." Ucap Kevin kemudian pergi ke ruangannya setelah mendapat anggukan dari Rama.
***
Mata Ajeng terbelalak, membulat sempurna saat melihat ada dua garis merah pada testpack tersebut.
"A.. apa ini benar? A.. apa aku tidak salah lihat?" Suara ajeng bergetar saat mengucapkan itu, lalu Ajeng melempar testpack itu.
Airmata Ajeng pun luruh membasahi pipinya, Tanpa sengaja tangan Ajeng memegang perutnya yang masih rata.
"Apa.. apa Benar kamu ada di rahim ku." Ucap Ajeng lalu terisak.
Andai kejadian itu tidak pernah terjadi sudah pasti dia akan sangat merasa bahagia dengan kehamilannya, namun sekarang kehamilannya membuat Ajeng justru semakin tertekan, memikirkan siapa Ayah dari anak yang Ia kandungnya, andai anak ini anak suaminya mungkin dia akan bahagia, namun jika anak ini ternyata bukan anak suaminya lalu apa mungkin suaminya akan menerimanya.
Ajeng menghentikan tangisnya, namun pandangannya menatap kosong ke arah depan, begitu banyak hal yang Ia pikirkan. Ajeng saat ini masih terduduk di kamar mandi dengan kran air yang masih menyala. Hingga air itu meluap dan karena saluran air yang sedikit mampet membuat air itu meleber ke luar kamar mandi.
***
Saat jam istirahat, Damar memutuskan pulang lebih dulu untuk melihat istrinya, namun Damar begitu terkejut saat membuka pintu justru melihat banyaknya air di kontrakannya.
"Astagfirullah, kenapa jadi banjir, Ajeng kemana?" Tanya Damar pada diri sendiri sembari mengedarkan pandangannya ke sekeliling rumah, lalu samar samar dia mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi.
Damar dengan penuh hati hati melangkah menuju dapur, lantai yang sedikit licin membuat Damar hampir terpleset, untung saja dia segera berpegangan pada meja yang ada di dapur. Lalu Damar melihat air yang membanjiri rumahnya berasal dari kamar mandi.
Brak... Brak... Brak
"Sayang... Sayang..." Panggil Damar sembari menggedor pintu kamar mandi yang terkunci.
Namun berkali kali Damar menggedor pintu tersebut tak kunjung ada sahutan dari dalam, membuat Damar semakin merasa khawatir.
Akhirnya Damar mendobrak pintu itu, dan melihat Ajeng yang sedang duduk di lantai dengan baju yang sudah basah kuyup.
"Sayang kamu kenapa?" Tanya Damar panik menatap mata Ajeng namun Ajeng sama sekali tidak merespon kedatangannya, tatapan mata Ajeng kosong.
"Apa yang terjadi sama kamu sayang?" Tanya Damar lagi saat tak mendapat jawaban dari Ajeng.
Damar segera mematikan kran air yang masih menyala lalu menelisik sekeliling kamar mandi, dan matanya menangkap testpack yang baru saja di lempar oleh Ajeng, Damar pun langsung mengambil testpack itu dan terkejut melihat ada dua garis merah di testpack tersebut.
Damar ikut terduduk di samping Ajeng, sejenak Damar berpikir apa yang harus dia lakukan sekarang, mengusap kasar rambutnya lalu kembali menatap Ajeng, hati Damar kembali merasakan sakit saat melihat kondisi wanitanya yang nampak Syok, Damar pun memeluk Ajeng.
"Sayang, kamu jangan seperti ini, harusnya kamu senang kita akan memiliki seorang anak sayang." Ucap Damar berusaha menenangkan sang istri, namun bukannya tenang Ajeng justru menangis begitu kencang.
"Hiksss Hiksss,, kenapa Mas, kenapa harus seperti ini, kenapa semua ini terjadi Mas, kenapa aku harus hamil Mas, kenapa? Aku tidak tau anak yang ada di dalam kandungan aku ini anak kamu atau anak..."