Jo Wira, pemuda yang dikenal karena perburuan darahnya terhadap mereka yang bertanggung jawab atas kematian orang tuanya, kini hidup terisolasi di hutan ini, jauh dari dunia yang mengenalnya sebagai buronan internasional. Namun, kedamaian yang ia cari di tempat terpencil ini mulai goyah ketika ancaman baru datang dari kegelapan.
{Peringatan! Novel dewasa, pembaca di bawah umur disarankan untuk menjauh}
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon orpmy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jamur Raksasa
**Area Dekat Basecamp 17**
Bumi terus berguncang hebat. Hutan yang dulunya dipenuhi pepohonan kini hancur rata dengan tanah, seolah banjir bandang telah menyapu semuanya. Kehancuran skala besar ini adalah akibat pertempuran dua *kaiju* yang telah berlangsung selama tiga hari.
Salah satu monster raksasa menyerupai buaya dengan moncong panjang. Ia berdiri di atas dua kaki dengan lengan panjang berujung cakar tajam. Kulitnya begitu keras, melebihi baja. Saat berdiri tegak, tingginya mencapai 70 meter.
Di sisi lain, seekor harimau raksasa dengan kulit sekeras batu merangkak mendekat. Taringnya panjang seperti harimau purba, dan tubuhnya membentang hingga 130 meter.
Kedua monster ini penuh luka akibat pertempuran sengit, namun tak satu pun menunjukkan tanda menyerah, karena nyawa mereka menjadi taruhannya.
Harimau bumi menghentakkan kaki depannya untuk memulai serangan. Menyadari serangan ini, buaya raksasa segera melompat tinggi ke udara, menghindari jarum-jarum tanah yang muncul dari bawah. Sambil melayang di udara, buaya raksasa melancarkan serangan cakarnya ke arah wajah harimau.
**ZRAAT!**
Serangan itu berhasil melukai wajah harimau bumi. Namun, buaya raksasa terkejut saat lengannya tergigit oleh taring tajam harimau bumi. Buaya raksasa mengerang kesakitan dan berusaha melepaskan gigitannya dengan memukul wajah lawannya berulang kali.
Meskipun merasakan sakit yang luar biasa, harimau bumi tetap menggigit erat lengan buaya sambil memanggil kekuatan tanahnya. Duri-duri tanah muncul dari segala arah, menyerang buaya raksasa.
Mengetahui bahaya itu, buaya raksasa segera mengeraskan kulitnya untuk meminimalisir luka. Ia kemudian menyerang balik dengan nekat membiarkan salah satu tangannya tergigit demi melancarkan serangan lebih keras.
Serangan buaya membuat luka di kepala harimau bumi semakin parah. Merasa nyawanya terancam, harimau bumi mengerahkan seluruh kekuatannya untuk mendorong buaya raksasa mundur.
**GROOOAR!**
Raungan keras harimau bumi berhasil mendorong buaya raksasa hingga ratusan meter jauhnya. Tak ingin memberi kesempatan, harimau bumi menerkam leher buaya, menancapkan taringnya dalam-dalam hingga buaya raksasa meraung kesakitan saat kulit kerasnya akhirnya tertembus.
Buaya raksasa balas menyerang dengan memukul perut harimau bumi. Pukulan itu begitu keras hingga harimau bumi memuntahkan darah dari mulutnya. Namun, sebelum buaya raksasa bisa melancarkan serangan lebih lanjut, harimau bumi menendangnya keras untuk menjaga jarak.
Tendangan itu menghantam buaya raksasa dengan kuat, membuatnya terjatuh menimpa sebuah pondok di bawahnya.
**BLEDAAAM!**
Ledakan besar terjadi akibat tumbukan tersebut. Gelombang kejut dari ledakan membuat harimau bumi terpental jauh. Sementara itu, buaya raksasa yang berada di pusat ledakan mengalami luka fatal, nyawanya berada di ujung tanduk.
***
Di dalam kamar rahasia, Wira memandangi Dungeon Core yang bersinar lembut di atas altar. Dengan hati-hati, ia mengambil bola kristal tersebut.
Kali ini, tidak ada guncangan seperti yang biasa terjadi ketika core dipindahkan. Sebagai seorang Dungeon Master, Wira kini memiliki kendali penuh untuk memindahkan Dungeon Core ke mana pun, selama masih dalam wilayah Dungeon Goa Tambang.
Wira duduk di depan altar, memegang Dungeon Core sambil membuka fitur manajemen Dungeon. Ia meneliti berbagai opsi yang tersedia, terutama opsi pengembangan. Ia berencana memperbesar area Dungeon agar lebih efektif dan luas.
"Untuk memperluas area Dungeon, diperlukan peningkatan rank Dungeon," pikirnya.
Wira tahu ada dua cara untuk meningkatkan Rank Dungeon. Cara pertama adalah membelinya menggunakan Dungeon Poin, dan cara kedua adalah dengan mengumpulkan energi spiritual.
Namun, cara pertama jelas tidak memungkinkan saat ini. Wira hanya memiliki 5.000 Dungeon Poin, sedangkan untuk meningkatkan rank ke Langka dibutuhkan 100.000 Dungeon Poin.
"Butuh waktu berbulan-bulan untuk mengumpulkan poin sebanyak itu," desah Wira. Menyadari cara ini tidak efisien, ia memutuskan menggunakan cara kedua.
Mengumpulkan energi spiritual dari alam memang lebih lambat, tetapi ini adalah opsi yang lebih realistis untuk saat ini. Selama dua hari terakhir, Dungeon hanya mampu menyerap 3% dari energi spiritual yang diperlukan untuk peningkatan rank.
Selain menyerap energi dari alam, Dungeon Core juga dapat menyerap energi spiritual dari makhluk yang terbunuh di dalam Dungeon.
"Baik Dungeon Poin maupun energi spiritual bisa didapatkan dari kematian para pengunjung," gumam Wira. Ia menarik napas panjang. "Meskipun ada opsi netral, menjadi Dungeon pemakan jiwa ternyata jauh lebih menguntungkan."
Karena belum mampu meningkatkan rank Dungeon, Wira memutuskan menggunakan metode primitif: menggali goa secara manual untuk memperluas Dungeon.
Saat memikirkan bagaimana ia akan mengatur biaya untuk proyek ini, Wira tidak menyadari bahwa Dungeon Core di tangannya mulai bersinar terang. Bola kristal itu menyerap energi ki miliknya secara perlahan.
Dalam sekejap, energi spiritual yang dibutuhkan untuk meningkatkan rank Dungeon bertambah dengan cepat.
***
Wira, yang tengah memikirkan proyek perluasan Dungeon, tiba-tiba dikejutkan oleh Dungeon Core di tangannya yang mulai memanas.
"Apa yang terjadi?" gumamnya kebingungan, melihat Dungeon Core bersinar terang tanpa sebab yang jelas.
Ding!
[Energi spiritual yang dibutuhkan untuk meningkatkan Rank Dungeon Core telah terpenuhi]
"Hah?" Wira terperanjat mendengar notifikasi itu. Ketika memeriksa layar status, ia mendapati kapasitas energi spiritual telah terisi penuh.
Rasa penasaran membuncah di benaknya. Ia segera mencari tahu sumber energi tersebut dan akhirnya menyadari bahwa Dungeon Core telah menyerap energi spiritual darinya.
"Aku tidak pernah mendengar mekanisme seperti ini saat bermain game," pikirnya. Mungkin saja, Dungeon Core miliknya memiliki keunikan khusus yang memungkinkan untuk menyerap energi dari masternya.
"Yah, apa pun itu, syukurlah sekarang aku bisa meningkatkan rank Dungeon dan memperluasnya." Wira bersiap untuk meningkatkan rank Dungeon. Namun, sebelum ia sempat melakukannya, suara alarm dari ranselnya tiba-tiba berbunyi nyaring.
Wajah Wira langsung berubah serius. Alarm itu adalah peringatan bahaya. Tak lama kemudian, suara ledakan dahsyat mengguncang bumi, disusul oleh getaran hebat.
Tanpa pikir panjang, Wira berlari keluar dari dalam Dungeon. Beberapa orang yang berpapasan dengannya menyapanya, tetapi ia tak menggubris mereka. Di luar, beberapa Kobold dan Troll menatap ke arah barat dengan penuh ketertarikan dan penasaran.
"Jamur!" seru seorang Kobold dengan suara berat.
"Jamur yang sangat besar," ujar Troll lainnya, terperangah.
Begitu berada di luar, mata Wira membelalak melihat sebuah jamur hitam raksasa membumbung tinggi ke langit, hasil dari ledakan bom nuklir.
"Sialan, ini kacau sekali," umpat Wira, hatinya dipenuhi kekhawatiran akan rumahnya.
Ledakan besar itu berasal dari Basecamp 17, tempat di mana rumahnya berada. Ledakan nuklir itu adalah mekanisme otomatis untuk menghapus jejak jika lokasi persembunyiannya terdeteksi.
Tanpa membuang waktu, Wira segera bertindak. Ia memanggil Kinta, Sumba, dan Malika, lalu bersama-sama mereka menaiki kapal udara, terbang dengan cepat menuju rumahnya.
Di atas kapal terbang, Wira terus memikirkan berbagai kemungkinan yang menyebabkan ledakan besar di Basecamp 17.
Kemungkinan pertama: seseorang berhasil melacak keberadaannya dan menemukan bunker rahasia di bawah pondok. Namun, karena orang tersebut tidak berhasil memasukkan kode yang benar pada pintu rahasia, sistem pembersihan otomatis akhirnya terpicu.
Kemungkinan kedua: terjadi guncangan besar yang menghancurkan pondoknya, memicu bom nuklir yang tersimpan di bawah tanah.
"Kemungkinan pertama sepertinya kecil terjadi. Tapi kemungkinan kedua...," pikir Wira. Ia teringat pada Harimau Titan yang pernah ia lihat sebelumnya. "Jika monster sebesar itu secara tidak sengaja menginjak rumahku dan memicu ledakan...."
Wira membayangkan pemandangan absurd seekor kucing raksasa menginjak ranjau hingga memicu kehancuran.
Merasa situasi bisa menjadi lebih buruk, Wira memutuskan untuk memanfaatkan waktu perjalanan ini untuk memperkuat dirinya.