Hidup tak selalu sesuai apa yang kita inginkan.Saat uang dijadikan tolak ukur,saudara pun terasa orang lain.Saat kita berada dibawah tak ada yang mau mengakui saudara tapi saat kita punya segalanya semua sanak saudara datang mendekat. "Kau harus sukses nak,biar bisa membeli mulut-mulut yang sudah menghina kita"kata-kata dari ibu masih terngiang sampai sekarang.
Sandra terlahir dari keluarga miskin dan selalu di hina oleh adik ipar sendiri. Mereka selalu menganggap bahwa orang miskin itu tidak pantas bersanding dengan keluarga mereka.
Nasib siapa yang tau,sekarang boleh di hina karna miskin tapi kita tidak akan pernah tau kedepannya seperti apa. Lalu bagaimana nasib Sandra apakah ia bisa membeli mulut - mulut orang yang menghina keluarganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Keesokan harinya sebelum berangkat bekerja aku terlebih dahulu membantu ibu menyiapkan dagangannya. Setelah itu aku bersiap-siap bekerja dihari pertama.
Selesai mandi aku berganti pakaian dan sarapan bareng ibu dan Rima.
"Bu aku berangkat dulu." Pamitku pada ibu.
"Kamu hati-hati ya nak,baik-baik kerjanya." Nasehat ibu untuk putrinya.
Aku menganggukkan kepala menjawab nasehat ibu."Assalamualaikum bu." Ujarku melangkahkan kaki dengan perasaan bahagia.
"Waalaikumsalam. " Jawab ibu melepas kepergianku.
Tak membutuhkan waktu yang lama,cuma berjalan kaki sepuluh menit dari rumah. Aku sampai ditempat kerja dan mulai belajar melayani pembeli dari karyawan yang sudah berpengalaman.
Hari pertama bekerja terasa agak melelahkan. Toko pak Toni sangat rame pembeli. Ku usap keringat yang bercucuran di kening dengan telapak tangan.
"Hai sandra,kamu keliatan semangat banget kerjanya." Tanya salah satu karyawan yang bernama Alya.
Aku menanggapi perkataan Alya dengan senyuman saja. Karna aku masih canggung disini.
Waktu makan siang sudah tiba. Kami para karyawan mendapatkan sebungkus nasi kotak untuk mengisi tenaga yang lelah bekerja. Kami makan tanpa bersuara.
Setelah makan siang aku bergegas mengambil air wudhu untuk sholat dzuhur dan setelah itu kembali bekerja.
"Bagaiman hari pertama kerja disini nak." Terdengar suara pak Toni bertanya.
"Alhamdulillah menyenangkan pak,teman-temanya disini pada baik semuanya. Mereka silih berganti mengajari saya." jawabku sopan.
Pak Toni terkenal akan keramahan pada semua karyawan. Mereka sudah dianggap bagain dari keluarganya . Pantes ada beberapa karyawan yang betah bekerja bertahun-tahun di toko ini.
Aku sangat beruntung,mengingat zaman sekarang susah mendapatkan kerjaan dan mendapat bos yang sebaik pak Toni.
Jam empat sore pembeli mulai sepi,terdengar suara Alya yang duduk disebelahku
"Sandra,kamu tau ga anaknya Pak Toni yang duduk di meja kasir sering curi-cari pandang padamu." Ucap Alya berbisik.
"Itu cuma perasaanmu aja Al,lagi pula disini kita cuma karyawan untuk bekerja bukan bergosip." Ucapku santai.
"Kamu tau ga kalau mba Ria pengawas kita menaruh hati sama mas Raka. Tapi kayanya mas Raka biasa aja,cuek gitu." Ucap Alya.
Ria adalah pengawas kadang-kadang juga bertugas di meja kasir sewaktu-waktu bos dan anaknya lagi ada keperluan.
Gayanya selangit,jadi para karyawan disini enggan berteman dengannya. Orangnya judes dan kalau bicara seenaknya saja pada karyawan lain tapi didepan bos berbicara dengan mulut manis.
Pernah aku coba mengajak kenalan. Namun terkesan aku dicuekin. Aku tak ambil pusing yang penting aku mesti rajin bekerja.
Jarum jam menunjukkan di angka lima,saatnya bagi kami para karyawan pulang kerumah masing-masing selalu toko ditutup.
Rasa lelah bekerja hari ini tak ku dihiraukan.Melangkah pulang dengan hati orang gembira.
Sesampai dirumah kulihat ibu sudah menungguiku di depan pintu. Senyum beliau menghilangkan lelahku.
"Assalamualaikum bu." Aku mencium punggung tangan ibu dengan takzim.
"Waalaikumsalam,gimana kerja dihari pertamanya nak?" Tanya ibu.
"Alhamdulillah lancar bu,bos baik dan teman-temanya juga baik bu." Jawabku.
"Ya sudah kamu buruan bersih-bersih habis itu kita makan bareng." Ujar ibu.
Karena badan rasanya sangat lengket aku bergegas ke kamar mandi. Dinginnya air mengalir membasahi tubuh. Hawa sejuk menjalar keseluruh badan. Rasa penat seakan sirna,tubuh terasa segar kembali.
Selesai mandi dan berpakaian aku lihat ibu dan Rima sudah menunggu ku duduk ditikar satu-satunya yang kami punya.
"Gimana jualannya hari ini bu." Membuka obrolan sore ini.
"Alhamdulillah san,walau tak begitu rame. Tapi cukup buat makan kita sehari-hari." Ujar ibu tersenyum.
Ibu adalah sosok perempuan yang tangguh,tak kenal lelah berusaha. Apapun akan dilakukan demi kami anak-anaknya.
Tak terasa sudah tiga bulan ibu jualan nasi uduk dan lontong sayur, akupun selalu membantu ibu menyiapkan bakulan sebelum berangkat bekerja. Karna mungkin belum banyak yang tau jadi jualan ibu belum begitu rame pembeli. Paling yang beli hanya tetangga sekitar atau ada orang lain yang kebetulan lewat.
Tapi kami selalu bersyukur masih diberi rezeki oleh sang pencipta. Disetip lantunan doaku memohon dan meminta pertolongan-Nya. Moga hari-hari kami yang kami lewati berjalan lancar tentunya.
Perlahan matahari mulai tenggelam,warna temaran menambah keindahan senja. Sayup-sayup azan magrib berkumandang sahut-sahutan. Memanggil hambanya menunaikan kewajiban.
...****************...
Terimaksih buat pembaca setia karya - karya aku. Terimaksih like dan komennya,tanpa kakak2 semua aku bukanlah siapa2 dan tidak akan mungkin sampai di titik ini. 😊😘😍🙏
Tinggalkan jejak dengan memencet tombol like dan komen yang banyak agar Author semangat menulis bab selanjutnya😊😘😍🙏
coba bikin rido berpaling biar tau rasa
kl kayak gini kasian ridho dah tulus nerima dia yg jendes ternyata imbal balik nya kayak gini. nyesel dulu nyatuin Sandra dng ridho. ridho berhak dpt yg lbih baik yg gk tamak oleh harta. demi dpt harta bnyak tp mlh mengabaikan kluarga.
pdhl ada satu kalimat kejarlah akhirat mk dunia akan mengikuti.
pantas Sandra gk sukses sukses msih sibuk kerja krn dia yg di uber cm dunia nya. ambisi sukses tnp mengkikut kan akhiratnya.