NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikahi Pewaris Playboy

Terpaksa Menikahi Pewaris Playboy

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Paksa / Identitas Tersembunyi / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Tina Mehna 2

Sebuah pernikahan dari kedua konglomerat terpengaruh di negara Willow. Keluarga Edvane yang menjadi keluarga terkaya kedua di negara itu, mempunyai seorang putri pertama yang bernama Rachel Edvane. Dia gadis sederhana, suka menyembunyikan identitasnya agar bisa berbaur dengan masyarakat kalangan bawah, Cantik, Mandiri, dan seorang atlet beladiri professional namun karena masa lalu yang buruk, dia tidak pernah mempercayai pria lain lagi samapi dia dipaksa oleh ayah nya (Rommy Edvane) untuk menikah dengan Putra pertama keluarga Asher yang dimana keluarga paling kaya dan paling terpengaruh di negara Willow. Namanya Ayres Asher, di depan keluarganya Ayres seorang anak yang sangat berbakti, baik hati serta sangat tampan. Namun nyatanya, diluar itu dia adalah pria nakal, playboy dan suka foya-foya dan gila perempuan, Rachel yang mengetahui sifat Ayres tidak tinggal diam. Rachel memutuskan untuk tetap menikah namun diam-diam memberi syarat-syarat tertentu pada pernikahan mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tina Mehna 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 30. TMPP

"Tidak, tidak perlu. Aku pergi sendiri saja.” Tolak ku.

“Nona, saya mohon. Kami semua sangat khawatir kalau anda berpergian sendiri.”

“Iya nona, Kami mohon. Atau kami akan di salahkan nona.”

“baiklah, begini saja. Kalian panggil saja mereka tapi mereka berjalan sangat jauh di belakang ku. Aku tak mau di perhatikan orang-orang.”

“Baik nona, Terima kasih nona. Dengan begini, kami lega.”

“buka dulu pintu nya. Aku akan menunggu di luar sambil berjalan lambat.” Ucapku lagi.

“Baik nona.”

Penjaga pintu pun menelpon 2 bodyguard itu dan tak lama kemudian mereka pun datang dengan berlari cepat.

“Nona? Kami siap mengawal anda!” Seru mereka.

“Oke, terima kasih. Tapi kalian agak berjalan jauh dariku ya.”

“Siap nona.”

Aku pun mulai berjalan keluar dari gerbang. Untung nya sampai di Yayasan, tidak ada hal berbahaya apapun.

“Rey..” panggilku pada teman ku itu.

“Rachel. Ya ampun, aku kira kamu lupa hari ini.”

“Engga lah, maaf ya dari kemarin aku agak sibuk di rumah.”

“Santai. Oh ya kamu sudah baca kan semua schedule nya? Hari ini pokoknya kita sibuk banget nih.”

“Iya udah dong. Semangat terus..”

“Iya dong..”

Aku pun masuk kedalam Yayasan dan masih ku sempatkan aku menoleh ke belakang ku. Aku tak melihat mereka di belakang ku? Kemana mereka? Tapi sudahlah.

Aku tak ingin hari ini kacau. Hari ini murid-murid di Yayasan kami akan mengikuti perlombaan yang kami buat dan untuk mengapresiasi usaha mereka, tentu saja kami sudah mempersiapkan banyak hadiah untuk pemenang nya ataupun yang tidak mengikuti lomba nya.

Tepat pukul 6 pagi, murid-murid pun mulai berdatangan. Aku menyambut semua murid-murid itu dengan ramah dan gembira. Dari kejauhan, kedua bodyguard itu sudah tak nampak namun setelah beberapa lama ku menyadari kalau mereka berada hanya 5 meter saja dari posisi ku. Mereka menyamar menggunakan pakaian biasa dan berbaur dengan para orang tua murid.

Tepat jam 7 pagi, kami pun memulai acara nya. Semua anak-anak semakin bersemangat ketika kami mengiming-imingi hadiah yang kami siapkan.

“Yeeeeyy…” Seru anak-anak itu.

Semua perlombaan pun dimulai, aku di jadwalkan untuk menjadi juri perlombaan melukis. Perlombaan itu diadakan di teras depan. Ku lirik kedua bodyguard itu masih mengikuti dan mengawasi dari kejauhan.

“Hai ka Rachel. Lui kangen sekali sama kakak.” Ucap anak kecil yang mendekatiku.

“Oh, ya ampun. Kakak juga kangen sekali sama lui. Lui sudah bisa nulis angka 8 kan?” jawabku memeluk anak kecil itu.

“Iya kak. Lui selalu belajar nulis itu di mana saja. Lui ke toilet, lui coba tulis pakai air. Lui main tanah juga tulis-tulis di tanah. Pokoknya lui pengen kalau kak Rachel berangkat, Lui udah bisa nulis semua angka kak. Hehe.”

“Ya ampun. Coba tunjukkan ke kakak sekarang. Coba tulis di kertas ini?”

Anak kecil itu pun memperlihatkan itu padaku. Sembari mengawasi para peserta lomba Lukis, aku juga sempatkan untuk banyak bercengkrama dengan murid yang lain. Namun tiba-tiba saja, orang-orang yang berada di depan Yayasan ini heboh dan membuat anak-anak yang ada di sini ikut penasaran mengenai kehebohan itu.

“Apa itu ya kak? Sebentar ya kak, Aku pengen lihat itu.” Ucap seorang anak yang sedang berbicara padaku.

“Eh jangan lari-lari nanti jatuh.” Ucapku.

Akhirnya semua orang pun beranjak dari duduk nya dan berlari hingga ke depan gerbang untuk melihat itu.

“Memang apa itu ya?” Ucap Willy.

“Tidak tau. Kalau sampai semua nya penasaran dan heran seperti itu, berarti ada sebuah benda yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.” Jawabku lalu tak sengaja menatap dua bodyguard yang mengikuti ku. Mereka memberi tanda bahwa bos datang. Namun aku tak mengetahui siapa yang dia maksud bos itu. Bukan kah bos mereka aku?

“Wah, bagus sekali mobilnya.” Ucap orang—orang mengagumi sebuah mobil mewah yang masuk ke area Yayasan.

Aku mengenali mobil itu. Mobil itu milik Ayres, dan benar saja Ryan turun diikuti oleh 2 bodyguard nya juga lalu salah satu dari mereka pun membukakan pintu untuk laki-laki itu.

“Wahh, tampan sekali..” seru orang-orang memandangi laki-laki itu.

“Kenapa dia sampai kemari?” ucapku dalam hati.

“kakak tampan. Anda tampan sekali. Siapa anda?” Tanya seorang wanita berseru pada Ayres.

“Menjauh lah sedikit bu, beliau adalah Putra pertama keluarga Asher.”

Setelah bodyguard itu menjawab, para wanita itu menggila bahkan ada yang pingsan.

“Astaga, jadi dia pewaris di keluarga Asher? Tampan sekali.” Ucap Willy, ku lihat dia melongo.

Ku melihat laki-laki itu berjalan mendekati ku. Namun karena banyak nya orang mengerumuni dia, langkah nya jadi sangat lambat.

“Tuan muda, bolehkah saya minta tanda tangan anda?” Ucap seorang wanita itu.

“Tuan Asher, apa yang anda lakukan kemari? Apa anda mencari kekasih? Hihi.” Ucap seorang wanita lagi.

“Tuan, tuan. Boleh saya meminta pekerjaan?” Ucap laki-laki yang ikut mengerumuni juga.

“Eh, eh jangan mendekat. Tuan Asher kemari ada perlu dengan ketua di Yayasan ini.”

Keadaan semakin buruk, orang-orang yang banyak membuat para bodyguard itu kewalahan.

“Hey bagikan lah uang—uang itu pada mereka di tempat lain.” Seru Ayres pada asisten nya itu.

“Baik tuan,”

Ryan mengambil sebuah koper besar lalu dia berseru agar berbaris rapi di depannya.

“Hey kalian! Berbaris lah. Ini ada sejumlah uang untuk kalian.” Teriak dia.

Mendengar kata uang, para warga serta murid-murid ku juga berlari dan berbaris di sana.

“Uang? Rachel. Ini sebentar ya. aku ingin ikut mengantre.” Ucap Willy menyerahkan map padaku.

“Tapi Wil..” jawab ku namun dia berlari kencang ke sana.

“Tuan tampan terimakasih.” Ucap Willy lalu terus berlari ke sana.

Aku lihat Ayres berjalan mendekati ku dengan senyum liciknya. Karena dia, acara tahunan ini menjadi kacau. Aku mendekatinya lalu mencengkram krah kemeja nya.

“Oh Sabar sayang. lepaskan lah. Memang nya apa salahku. Kenapa setiap bertemu dengan ku, selalu saja marah begitu.”

“Kenapa kamu kemari.” Ucapku tak peduli menatap tajam di depan mata nya.

Tangan ku di lepaskan dari krah kemeja nya, namun aku mencengkram nya lagi. Aku pun berbisik padanya.

“Jangan coba-coba memberitahu mereka tentang diriku.” Ucapku lalu melepaskan nya.

“Lama-lama juga mereka tau sayang. Ayo lah, aku ke sini hanya ingin berbagi untuk mereka. Sekaligus menemui kamu.”

Ku tak mendengarkan nya lalu melewatinya dan mendekati kerumunan itu.

“Ini uang untuk apa tuan?” Aku mendengar seorang laki-laki bertanya pada asisten Ayres.

“Itu adalah uang agar kalian mendoakan pernikahan tuan Ayres dan nona Rachel.”

Mendengar itu, hampir semua orang kaget dan berkata, “Haah?” lalu mereka pun melihat ke arahku.

“Nona Rachel? Apa maksudnya dia?” tanya seorang wanita yang ada di belakang nya.

“Iya benar, beliau adalah putri keluarga Edvane. Rachel Edvane.” Jawab Ryan lagi.

Semua orang terkejut, teman-teman ku yang ikut mengantre pun juga terkejut bukan main.

“Rachel? Jadi kamu putri keluarga Edvane? Rachel? Kenapa kamu tidak pernah memberitahu kami?” Ucap salah satu temanku.

“Maafkan saya nona. Karena saya tidak begitu sopan padamu. Maafkan saya karena selama ini memanggil anda hanya dengan nama saja. Maaf nona.” Ucap salah seorang wali murid padaku.

“Jangan seperti ini. Bersikap biasa saja.” Ucapku yang bingung karena rahasia ku kini sudah terbongkar.

Besambung …

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!