Pacaran bertahun² bukan berarti berjodoh, begitulah yang terjadi pada Hera dan pacarnya. Penasaran? Ikuti terus karya Hani_Hany hanya di noveltoon ☆☆☆
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB SEBELAS
Hera melanjutkan lari dengan pelan, melampiaskan kekesalannya kepada Aldo. Sudah terlanjur kecewa, dulu saja diajak kenalan nolak. Sekarang datang mendekat, maksudnya apa coba? Pikir Hera.
Dia mendengar ada notifikasi masuk. Dia cek ponselnya tapi belum sempat membaca pesan masuk datang Rika mengagetkannya.
"Hera, kenapa main kabur sih!" ucap Rika mengimbangi jalan Hera. Hera menengok sebentar kemudian membaca pesan yang masuk.
"Kan mau lanjut lari." jawabnya enteng. "Ish, ngapain coba dia kirim pesan segala." batin Hera langsung menghapus pesannya.
"Ya sudah ayo lari." ajak Rika, akhirnya mereka melanjutkan lari-lari kecil mengelilingi lapangan. Sampai pada tempat mereka bertemu Aldo tapi sudah kosong.
"Cepat juga perginya Aldo." celetuk Rika. "Kalian akrab ya?" kepo Rika, mereka berjalan kecil kemudian kembali duduk di tempat tidak jauh dari Naura dan penjual somay.
"Dia menggunakan jurus menghilang." jawab Hera asal. "Akrab dari Hongkong?" tanya Hera ketus.
"Kamu kenapa sih? Semenjak ketemu Aldo kayak ketus gitu." komentar Rika merasakan ada perbedaan sikap Hera dari sebelumnya.
"Suruh jauh-jauh dariku itu teman kamu!" jawab Hera menatap Rika. "Dia kan dulu teman kamu ya? Kasih tahu dia ya! Supaya gak usah ganggu aku. Aku gak suka." ucap Hera tegas.
"Lah. Dia temen aku dulu Ra, itu pun sebentar doang di SMP. Dia aja dah lupa sama aku! Jangan terlalu membenci seseorang Ra, jangan sampai dia jodoh kamu." ucap Rika serius. Rika menatap sepupunya yang asyik makan somay.
"Kesana yuk, aku jadi lapar." ajak Rika ke tempat Naura. Hera mengangguk setuju, mengekor dibelakang Rika menuju penjual Somay.
"Sudah larinya?" tanya Naura masih makan somay. Dia memang jago ngemil tapi jarang makan nasi.
"Sudah." jawab Rika singkat sambil mengambil porsi somay sepuluh ribu. Begitu juga Hera, dia mengambil somay sendiri sepuluh ribu. Mereka makan sambil cerita-cerita. Usai makan somay mereka pulang ke rumah masing-masing.
"Dari mana nak??" tanya Ibu Rosita yang sedang duduk-duduk di pinggir jalan lorong. Bersama ibu Setia, ibu Sumi, dan tetangga lainnya.
"Dari taman bu, lari-lari sama Rika dan Naura." jawab Hera jujur. Dia pulang sendiri karena Rika lewat jalan yang berbeda.
"Oh, sana masuk mandi nak." perintah ibu Rosita lagi. Hera mengangguk, sebelum masuk dia ditanya oleh ibu Setia.
"Hera gak ketemu Hasyim?" tanya ibu Setia. Hera langsung menghentikan langkahnya, berbalik menatap ibu Setia.
"Gak tan, tadi saja saya ke taman gak janjian sama Rika tiba-tiba ketemu disana." jawabnya jujur. "Saya permisi tante semua." pamitnya masuk ke dalam rumah.
Usai membersihkan diri, Hera meraih ponselnya di atas nakas. Berniat membalas pesan Aldo tapi ragu, dia mencari kembali pesan Aldo ternyata sudah dia hapus.
"Gak ada pesannya. Apa perasaan aku doang ya? Atau terhapus?" Hera bermonolog sendiri. Berselang beberapa menit ada pesan masuk lagi dari Aldo.
[Balas dong pesan aku Hera, maaf ya!] pesan terbaca di Hera. Hera menghela nafas panjang. "Balas gak ya!" ujarnya.
[Iya, aku sudah maaf kan kamu. Jadi semua sudah selesai. Tolong jauhi aku!] balas Hera pada Aldo. Dia meyakinkan diri jika apa yang dikatakan Rika itu tidak benar.
"Jangan-jangan awalnya Aldo terlalu membenciku jadi sekarang jatuh cinta padaku." gumam Hera pelan. Kemudian dia menepuk dahinya pelan. "Kenapa ucapanku jadi ngelantur sih." imbuhnya.
[Maaf ya, nanti malam aku belum bisa ke rumah kamu. Aku mau ada kegiatan] pesan Aldo masuk lagi di ponsel Hera. "Rajin banget sih kirim pesan." gerutu Hera, dia abaikan pesan dari Aldo tersebut.
Hari demi hari Hera lewati dengan suka cita, jika di kelas Aldo akan tetap bersikap cuek, acuh, dan dingin. Tapi berbeda jika melalui pesan atau bertemu berdua, seolah Aldo memiliki kepribadian ganda.
Lama-lama Hera terbiasa dengan perhatian yang diberikan Aldo. "Kok Aldo gak ada kabar ya?" gumam Hera pelan, dia masih di rumahnya sebelum ke kampus. Sebulan berlalu, Hera sudah dekat dengan Aldo.
Sebulan kemudian Aldo datang ke rumah Hera. "Hai. Apa kabar?" sapa Aldo saat berada di depan pintu pagar rumah Hera. Aldo turun dari motor dan membuka helmnya.
"Kamu??" kaget Hera, dia sedang kerja tugas diteras rumah bersama Rika. Meski beda jurusan tapi kerja tugas sama-sama supaya semangat.
"Kalian makin akrab saja. Udah jadian saja lah!" ledek Rika dia paling semangat. Aldo duduk di kursi teras bersama Rika dan Hera meski belum disuruh duduk.
"Memang kenapa? Kami kan satu kelas." jawaban Aldo memang ada benarnya, alasannya karena kerja tugas makanya Aldo sering datang.
"Iya juga sih, tapi terlalu rajin datang." ucap Rika curiga. Dia memperbaiki posisi duduknya memperhatikan Aldo dan Hera bergantian. "Ya sudah, aku pamit ya! Tugasnya dah kelar." ucap Rika pengertian.
"Aroma-aromanya ada yang penting yang akan mereka bahas." batin Rika lalu pamit pulang.
"Kenapa buru-buru sih?" tanya Hera tidak paham. Rika berlalu tanpa menjawab, hanya lambaian tangan yang dia berikan. "Aneh banget." batin Hera melihat tingkah Rika.
Mereka tinggal berdua, Hera melanjutkan pekerjaannya yang tinggal sedikit. Aldo menatap dengan kagum, hingga tidak berkedip. "Cantik." batinnya bermonolog.
"Sebentar ya tinggal dikit kok." ucap Hera tanpa menatap Aldo. Yang diajak bicara hanya menatap Hera dalam. "Emang tugas kamu sudah? Atau belum?" tanya Hera.
"Sudah." jawab Aldo singkat. Usai dengan pekerjaannya, Hera merapikan bukunya dan membawanya ke dalam. Saat keluar Hera membawa minuman dan cemilan.
"Ayo diminum tehnya, ini ada keripik pisang, keluarganya Hasyim yang buat." ucap Hera menawarkan.
"Oh. Mana rumah Hasyim sahabat kamu itu?" tanya Aldo penasaran. Dia memperbaiki posisi duduknya untuk mendengar jawaban Hera.
"Itu, rumah depan agak ke kanan." jawabnya sambil menunjuk rumah Hasyim, tetangga sekaligus sahabat. Aldo manggut-manggut saja.
"Hera. Aku mau ngomong serius." ucap Aldo tiba-tiba membuat jantung Hera berdetak kencang.
"Ada apa?" tanyanya heran. Dia menatap mata Aldo dalam.
"Hera Kurniawan. Aku mencintai kamu, kamu mau jadi pacar aku?" tanya Aldo serius. Dia tatap mata Hera mencari jawaban disana. Hera menghela nafas panjang sebelum menjawab.
"Iya aku mau. Aku juga nyaman denganmu." jawab Hera tersenyum, dia berusaha menetralkan detak jantungnya yang memompa lebih kencang dari sebelumnya.
"Beneran Hera!" Aldo memastikan lagi, Hera mengangguk mengiyakan. "Terima kasih sayang." ucapnya semangat, ingin memeluk Hera tapi langsung Hera tolak. "Maaf." ucapnya lirih. Dia salah karena main peluk saja padahal baru pacaran.
"Gak apa-apa. Jangan diulang." jawab Hera tersenyum manis membuat Aldo meleleh. Usai jadian mereka mengobrol membahas kesukaan, kegiatan sehari-hari, pertemanan, sahabat, semuanya.
"Jadi kalian empat orang sahabat. Awet juga persahabatan kalian!" ujar Aldo merasa heran karena biasa sahabat laki dan perempuan tidak akan awet. Karena akan ada yang jatuh cinta sehingga persahabatan mereka akan hancur.
"Iya. Ada aku, Rika, Hasyim dan Rudi." jawab Hera semangat karena merekalah tempat berbagi suka duka saat sekolah.
"Kok nama kalian inisialnya H ada dua dan R ada dua. Jadinya kayak dua couple." jawab Aldo curiga.
Deg....
cocok