Seorang pemuda yatim piatu dan miskin yang tidak memiliki teman sama sekali, ingin merubah hidupnya. Buku warisan nenek nya menjawab tekadnya, 7 mentor atau guru yang berasal dari dunia lain yang jiwanya berada di dalam buku mengajari nya macam macam sampai dia menjadi orang yang serba bisa.
Kedatangan seorang gadis bar bar di hidupnya membuat dia mengetahui apa yang sebenarnya terjadi kepada keluarganya dan membuat dirinya menjadi yatim-piatu. Ternyata, semuanya ulah sebuah sekte atau sindikat yang berniat menguasai dunia dari balik layar dan bukan berasal dari dunia nya.
Akhirnya dengan kemampuan baru nya, dia bertekad membalas dendam pada musuh yang menghancurkan keluarganya dan menorehkan luka di keningnya bersama gadis bar bar yang keluarganya juga menjadi korban sindikat itu dan tentu juga bersama ke tujuh gurunya yang mendampingi dirinya.
Genre : Fantasi, fiksi, action, drama, komedi, supranatural.
mohon tinggalkan jejak ya, beri like atau komen agar author semangat upload.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 6
“Van...Van,”
“Ugh,” Evan membuka matanya, dia melihat wajah Bella berada di depannya, harum nya aroma masakan menyapa hidungnya.
“Uh...ada apa Bel,” ujar Evan yang masih setengah tidur.
“Ayo makan, gue udah masakin,” balas Bella.
“Oh...lo masak ya,” balas Evan yang masih setengah tidur.
Bella berjalan ke meja makan kecil di dekat dapur, Evan menoleh melihat Bella yang duduk di kursi dan langsung makan tanpa menunggu dirinya. Mata Evan melirik ke sebelah Bella, dia melihat sebuah koper yang cukup besar berada di sebelahnya. Karena penasaran dia bertanya,
“Bel, itu koper apa ?” tanya Evan.
“Oh ini ? baju baju gue ama keperluan gue, mulai hari ini gue tinggal di sini,” jawab Bella santai sambil makan.
“Oh gitu ya (loading 10...20...30...40...50...60...70...80...90...sadar) hmm ? hah ? lo mau pindah kesini ?” tanya Evan yang mendadak segar.
“Yap, mohon kerja sama nya ya, teman serumah...hmm ga pas, apa ya yang pas, ah gue tahu, suami gue hehe,” jawab Bella.
“Ntar...ntar...ntar...lo beneran gila ya, trus kalo ketahuan tetangga atau sekolah gimana, di sini padet, tetangga bolak balik rumah gue, kalo ketangkep di kawinin gimana, apa lo ga mikir kesana ?” tanya Evan.
“Loh kan lo udah gue panggil suami gue, jadi sekalian aja kan haha,” ujar Bella santai sambil makan.
“Aduh lo tuh bener bener, gue kan udah bilang, kamar gue cuman satu, trus biaya aja gue morat marit, belom bayar ini itu, hidup gue berat tau ga,” ujar Evan.
“Ya udah, lo tidur bareng aja napa, ranjang lo kan gede,” balas Bella.
“Ranjang gue gede karena dulu aja gue ama nenek gue tidur bareng mau ga mau, aduh...kenapa jadi gini sih,” ujar Evan panik.
“Ya udah, kalo lo ga seneng gue ada di sini, gue keluar, paling gue di kolong jembatan,” ujar Bella.
Evan terdiam, dia melihat Bella berhenti makan sebentar, kemudian meneruskan makannya lagi dengan santai, Evan menghela nafas, sebenarnya hatinya tidak tega juga membiarkan Bella yang tidak punya tempat keluar dari rumahnya dan tidur di kolong jembatan. Akhirnya dia duduk di kursi yang berada di depan Bella.
“Lo lagi ada masalah apa sih ?” tanya Evan.
“Ga apa apa, dah lo ga usah mikirin gue, makan aja dulu, ntar keburu dingin, abis makan gue cabut,” jawab Bella.
Evan diam lagi, dia hanya menatap Bella yang makan sambil melihat smartphone nya, matanya mengintip sedikit ke layar smartphone Bella, rupanya Bella terlihat sedang mencari cari nomor kontak, Evan menduga mungkin Bella sedang mencari orang yang bisa di hinggapi oleh dirinya. Pikiran Evan mulai melayang mengarah kemana mana, di tambah dia melihat Bella yang memakai pakaian milik nya dan nampak seksi, jika sampai Bella kenapa napa, maka yang akan di salahkan adalah dirinya karena mengusir dia dari rumah.
“Aaaaah...ya udah, lo boleh di sini, tapi kasih tau alasan nya dong,” ujar Evan.
“Serius nih ? jangan maksain diri loh, gue ga mau,” ujar Bella.
“Gue ga maksain diri, gue serius, tapi lo harus cerita alasannya, kalo ga gue ga mau,” ujar Evan.
“Hehe ok (menaruh smartphone nya di meja) gue kabur dari rumah, alasannya itu,” balas Bella.
“Lah...kaburnya napa ?” tanya Evan.
“Sori, soal itu gue belum mau cerita, tapi nanti kalo gue udah siap, gue cerita ama lo,” jawab Bella.
“Gini gini Bel, gue bukannya mau tahu, tapi kalo tiba tiba ada polisi dateng nuduh gue yang nyulik lo, gue ga mau loh ya,” ujar Evan.
“Tenang aja, nyokap dan bokap tiri gue ga akan nyariin gue, percaya deh,” balas Bella.
“Ya udah, trus lo tidur di kamar aja, gue di sofa,” ujar Evan.
“Kaga mau kalo gitu, lo tadi bilang kan, lo tidur ama nenek lo dulu, ya lo anggep aja gue nenek lo,” balas Bella.
“Jah...itu waktu gue kecil kale, sekarang ya beda lah,” balas Evan.
“Hehe ya udahlah gampang, makan dulu gih, ntar dingin,” ujar Bella.
Evan mengambil sendoknya, Bella mengambil piring Evan dan mengambilkan nasi ke piring Evan, kemudian dia menambahkan beberapa lauk yang dia masak ke piring Evan. Setelah piring berada di depannya, Evan sediki tertegun melihat makanan di depannya,
“Napa ? lo ga doyan ya ?” tanya Bella khawatir.
“Bu..bukan itu,” jawab Evan terbata.
Tangannya yang memegang sendok mulai menyendok nasi beserta lauknya di meja, “hap,” dia memasukkan suapan pertama ke mulutnya, Evan terkejut karena ternyata masakan Bella terasa sangat enak di lidahnya, langsung saja dia kalap dan makan dengan lahap, Bella yang melihatnya tersenyum namun tiba tiba Bella tertegun dan raut wajahnya berubah menjadi khawatir,
“Van...lo ga apa apa ? kalo lo ga doyan atau ga enak, jangan maksa di makan ya,” ujar Bella khawatir.
“Ga apa apa...gue ga apa apa....sruuk,” ujar Evan sambil makan.
Tanpa di sadarinya, air matanya berlinangan sambil terus menyantap makanan nya, Bella yang menatap Evan tersenyum melihat Evan makan dengan lahap di depannya.
“Udah berapa lama ya, ga ada yang masakin buat gue, sejak kejadian dulu itu, tangan nenek jadi sakit dan ga bisa masak lagi, kita selalu beli sayur jadi, ternyata kalau ada yang masakin enak ya,” ujar Evan dalam hati sambil mengambil nasi lagi dan menambah lauknya.
Selesai makan, Evan membantu Bella mencuci piring di tempat cuci piring, mereka melakukannya bersama sama dan terlihat kompak, kemudian Evan bertanya,
“Kenapa gue Bel ?” tanya Evan.
“Hah...maksud lo apa ?” tanya Bella.
“Enggak, lo kan sekarang ke tempat gue, tapi gue penasaran, kenapa gue ?” tanya Evan.
“Hmm ga ada alasan khusus sih, lo harmless kali hehe,” jawab Bella.
“Hah...jadi maksudnya gue bukan cowo gitu ?” tanya Evan.
“Kaga lah, gue ga pernah mikir gitu, gimana ya, di sekolah cuman lo yang kalo jalan nunduk dan ga liat gue, biasanya cowo kalo ketemu gue liat bagian ini dan ini, geli gue ama cowo kayak gitu,” ujar Bella menunjuk wajahnya dan dadanya.
“Lah tapi lo malah pacaran ama si Surya yang preman itu,” ujar Evan.
“Karena gue pikir ama dia aman, eh ga taunya dia malah biang kerok nya, tapi tadi gue hajar mingkem kok dia, gue jamin dia ga akan ganggu lo lagi,” balas Bella.
“Loh lo tadi sengaja nyamperin dia ?” tanya Evan.
“Yoi, gue tanya, dia ngapain lo kemarin, eh malah nyolot, trus ngomong ga jelas, tabok aja sekalian,” jawab Bella.
“Jadi hari ini lo bonyok gara gara gue kemaren gitu ?” tanya Evan kaget.
“Jeh ya kaga lah, gue kesel aja ama tuh orang, jangan mikir gara gara lo lah,” jawab Bella.
“Oh...ok,” balas Evan.
Evan menoleh melirik Bella di sebelahnya yang nampak rileks dan tersenyum lepas, kemudian dia kembali mencuci piringnya. Pikirannya mulai memikirkan kemungkinan yang hanya 1% kalau Bella menyukai dirinya.
“Masa iya sih, ga mungkin lah,” ujar Evan dalam hati.
Evan kembali menoleh melihat piring yang sedang di pegangnya, namun terlihat senyum tipis di wajahnya.